Share

TWIN PRINCE: Siapa Pangeran Gadungan Ini?
TWIN PRINCE: Siapa Pangeran Gadungan Ini?
Author: kotak kuning

Salah Sangka

***

“Waah! Seperti yang diharapkan dari ibu kota kerajaan!” Puji seorang anak laki-laki yang sedang berkeliling menikmati sekeliling wilayah pasar.

“Whoopss, wohooow!” Anak itu melompat di antara kotak-kotak makanan, bergaya seperti monyet yang kegirangan melihat taman bermain. Tapi herannya, tidak ada yang berani menegur apalagi memarahinya. Orang-orang malah memandangi anak itu dengan tatapan ganjil, boleh jadi mereka bingung kenapa ada anak pedesaan tak tahu adab yang bisa mampir ke ibu kota.

Dia menikmati acara jalan-jalan itu dengan uang koinnya yang sangat sedikit, namun di lain sisi berharap bisa mencicipi semua makanan yang dijual di pasar itu.

“Ah terima kasih!” Ucapnya ketika salah satu pedagang buah memberinya sebuah apel gratis, atau begitu lah yang dia pikirkan. Anak itu lupa membayar dan pergi menyelonong begitu saja. Ia lupa diri karena dulu di desanya tidak ada pemandangan yang seperti ini. Kemudian ia mengajak semua orang yang ia temui bicara, begitu periang dan ramah, mampir dari satu toko ke toko lain.

Anak itu bernama Yuno Khebra, putra seorang pandai besi yang baru saja pindah ke ibu kota pagi ini. Mereka berangkat dengan kereta kuda dari sore hari dan baru sampai pagi tadi. Sebelumnya Yuno dan keluarganya tinggal di sebuah desa yang berada di batas paling luar kerajaan, desa Eze. Sebuah pedesaan dengan pagar kayu reyot sebagai peindungnya, tidak seperti dinding-dinding batu kokoh yang menjulang tinggi menutupi sekililing perbatasan ibu kota.

Mereka pindah ke ibu kota karena ayahnya, sang kepala keluarga, mendapat pekerjaan bagus dan harga sewa bangunan yang murah di ibu kota. Meskipun letaknya masih berada di pinggir, tetapi ini adalah ibu kota. Mereka menaruh harapan tinggi di sana daripada hanya bekerja di desa, pekerjaannya tidak jauh-jauh dari memperbaiki cangkul atau mengerjakan perbaikan garpu besi. Ayahnya pun masih harus merangkap bekerja sebagai petani agar bisa mencukupi biaya kehidupan.

Yuno begitu senang ketika mereka sampai di ibu kota. Setelah ia menyelesaikan tugasnya menyusun barang bawaan, ia meminta izin untuk berkeliling dan melihat-lihat sekitar. Berbekal uang tabungannya selama ini, yang sebenarnya sama dengan uang jajan anak bangsawan rata-rata per harinya, Yuno berpikir untuk mencicipi semua makanan enak yang tersedia di pasar. Pasar yang dituju Yuno letaknya tidak jauh dari rumah sewaan mereka. Semacam kawasan perdagangan dengan jalan besar yang membentang di tengah-tengahnya.

Kebanyakan toko yang buka di sisi jalan besar adalah toko-toko  khusus yang menjual barang-barang mahal. Kemudian ada banyak gang-gang sempit yang berada di antara bangungan-bangunan toko, gang-gang ini menghubungkan ke jalan yang lebih kecil, tempat rakyat biasa bisa berbelanja dengan harga yang tidak terlalu mahal.

Sepanjang perjalanannya, Yuno cukup diterima baik oleh banyak orang, meskipun hampir semua dari mereka memasang wajah aneh yang kebingungan. Setelah ia menerima apel yang tadi diberikan seorang pedagang, ia melanjutkan jalan-jalannya. Tetapi tiba-tiba, sekelompok penjaga kerajaan berkuda dengan zirah lengkap yang mengacungkan tombaknya tinggi-tinggi ke atas datang sambil memacu kudanya cepat-cepat dari arah istana. Dari wajah mereka tergambarkan ekspresi campuran yang terlihat aneh. Dua puluh lima pasukan itu buru-buru membentuk formasi dan mendekat ke arah tempat Yuno berdiri saat ini.

“Oh, pencuri, ya?” Gumam Yuno sambil menggigit apelnya, ia baru saja sedang berbicara dengan penjual pakaian dan memuji baju-baju yang penjual itu jajakan. Penjual itu benar-benar senang dengan pujian yang Yuno berikan.

Pedagang yang mendengar gumaman Yuno itu lalu menggeleng pelan dengan sorot mata terkejut, ia pelan-pelan memperhatikan Yuno dari atas ke bawah, lalu melihat ke arah penjaga itu tadi.

“Hmm? Semoga saja cepat tertangkap.”

Ngap! Yuno menggigit lagi apel yang sedang ia pegang, kemudian memperhatian keadaan sekeliling pasar. Anak itu baru menyadari kalau hampir semua pedagang dan pembeli yang berada di pasar sedang memandanginya dengan serius. Tubuh Yuno mulai bergetar mengira dirinya adalah seorang kriminal, ia menjatuhkan apel yang sedang ia nikmati lalu mulai berlari menghindari kejaran penjaga kerajaan yang menaiki kuda itu. Meskipun ia kalah cepat, tapi mau bagaimana lagi, saat itu dia hampir tidak bisa berpikir apa-apa.

“Apa-apaan iniii??!!!! Aku baru saja tiba di ibu kota dan sudah membuat masalah? Astagaaa!!”

Yuno melompat melewati sela-sela tenda pedagang, kemudian secara tidak sengaja mendorong beberapa orang yang menghalangi jalannya. Pasukan penjaga yang kewalahan tidak bisa melewati jalan yang ramai kemudian turun dari kudanya dan berteriak.

“KAMI MOHON BERHENTILAH PADUKA!”

Teriakan penjaga itu tadi membuat Yuno terkejut dan pelan-pelan mengurangi kecepatan larinya.

「Paduka? Bukan pencuri?」

「Siapa yang Paduka?」

「Mereka meminta paduka untuk berhenti?」

「Berarti paduka sedang berlari?」

Yuno kali ini benar-benar berhenti dan menyerinyitkan dahinya, kemudian menatap sekeliling.

「Yang dari tadi berlari hanya aku sendiri, kan?」

「Itu berarti, aku, padukanya?」

「Ah tidak tidak, setting yang seperti itu tidak mungkin terjadi.」Yuno menggeleng-gelengkan kepalanya seperti membuang ide aneh itu dari pikirannya.「Ini pasti akal-akalan, atau lawakan kuno khas kerajaan ini agar para kriminal yang dikejar tertipu dan lupa untuk kabur.」

「Ah tapi, aku kan tidak berbuat jahat sama sekali?」

「Mencuri apapun belum. Meskipun aku sedikit merencanakan ingin mengutil satu dua butir anggur yang terlihat begitu lezat tadi. Hanya saja tidak enak dengan pedagangnya sudah baik sekali memberikanku sebuah apel. 」

「TERUS APA?」

“PADUKA! ENGKAU BAIK-BAIK SAJA?!” Tanya penjaga itu dengan wajah yang benar-benar khawatir.

“Oh oh i-iya tentu. A-aku aku baik-baik saja pastinya. Fit from top to the bottom lah, mas!”

“Ah maaf paduka?” Penjaga itu kebingungan dengan ucapan Yuno yang aneh itu. Ia kemudian menarik tali kemudi kuda yang ia bawa tadi dan menunduk di hadapan Yuno.

“Paduka! Kuda ini memang bukan kuda yang biasa paduka naiki. Tapi tolonglah tahan sebentar, lalu ikut kami kembali ke istana! Ratu sudah benar-benar khawatir menunggu anda pulang!”

「Heh? Ratu? Aku? Paduka sudah menikah?」

「Wohaaaa! Apa jangan-jangan aku adalah pemilik tahta tertinggi dari kerajaan ini yang tanpa disangka lupa ingatan dan secara tidak sengaja berhasil kembali ke ibu kota?」

「Kalau begitu ayo! Kita menuju istanaku!」Yuno membuat kesimpulan tanpa menaruh curiga lebih banyak lagi, kemudian menurut dan naik kuda dengan dibantu oleh penjaga tadi. Bersama dua puluh empat rombongan penjaga kerajaan lain yang berbaris di belakangnya, mereka bersama-sama memacu kudanya perlahan menuju istana.

“PANGERAN SUDAH SEMBUH!”

“PANGERAN SUDAH KEMBALI!”

“PANGERAN BAIK-BAIK SAJA!”

Terdengar sorak-sorai dari seluruh penjuru kerajaan, dikomandoi oleh penjaga yang naik bersama Yuno. Anak itu kembali kebingungan dengan kejadian yang menimpanya ini. Sekarang ia sedang menaiki kuda dengan menunduk, mencoba menutupi wajahnya yang sedikit malu-malu.

Setelah sampai sampai di gerbang istana, pintu besar yang menutupi wilayah istana terbuka. Ratusan bangsawan dan penjaga lain berbaris dan menunduk memberi jalan untuk rombongan Yuno. Mereka masuk ke dalam istana dengan pembukaan yang meriah. Satu-satunya yang mungkin benar-benar menarik perhatian adalah pakaian Yuno yang terlalu kucel dan murahan bila dibandingan dengan pakaian mahal yang dikenakan para bangsawan. Yuno merasa ingin pulang ketika melihat pemandangan itu.

“Oh anakku!” Seorang wanita yang benar-benar cantik turun dari tahta sambil berlari kecil dan mengangkat rendah gaun yang membuatnya sulit bergerak. Ia menghampiri Yuno dan memeluk anak yang kebingungan itu dengan sangat erat. Wanita itu menitikkan air mata bahagia dan menciumi Yuno. Anak itu benar-benar risih terhadap perlakuan asing yang barusan ia terima.

“Ah nyonya nyonya, kumohon berhenti.” Ucapnya karena sesak oleh pelukan wanita itu.

“I-BUN-DA!” Koreksi wanita yang dipanggil Yuno itu sambil memegang mulutnya dengan tangan indah yang tertutup sarung tangan lembut, yang tentunya benar-benar mahal. Perhiasan berkilau terlihat berada diberbagai sudut pakaian dan aksesoris yang ia kenakan. “Ya ampun dari mana kau belajar soal tata bahasa seperti itu?” Tegurnya lagi setelah dua kali bolak-balik menciumi pipi Yuno.

“Kau sudah baik-baik saja ternyata.” Seorang lelaki tua berbadan besar ikut datang menghampiri Yuno dan mengelus kepalanya.

“Astaga anakku! Dari mana kau dapat pakaian lusuh begini?” Ucap wanita tadi setelah memperhatikan tubuh Yuno dari atas ke bawah. Ia bahkan sempat membolak-balikkan tubuh Yuno untuk memeriksa tubuh anak yang dipanggilnya anak itu. Wanita itu kemudian mengacak-acak rambut Yuno dan memeluknya lagi.

“PELAYAN! CEPAT KALIAN SIAPKAN PEMANDIAN DAN PAKAIAN UNTUK ANAKKU! LAKUKAN SEKARANG! AKU TIDAK INGIN MENDENGAR KELUHAN!”

Sekelompok gadis-gadis muda dan beberapa pelayan senior yang berbaris di sudut ruangan megah itu segera bubar setelah mendengar teriakan wanita itu. Mereka cepat-cepat berlari menyiapkan apa yang baru saja sosok itu perintahkan kepada mereka. Berpindah ke pos tugasnya masing-masing seperti profesional, jelas tahu tugas dan kewajibannya. Berbeda dengan anak lusuh di sana, yang bahkan kebingungan dengan jati dirinya sendiri saat ini.

Yuno memperhatikan sekeliling ruangan. Sebuah karpet raksasa yang memanjang di tengah ruangan, ini jelas bukan dibuat dari bulu-bulu murahan, serta harga upah menjahitnya saja mungkin setara penghasilan ayahnya selama lima tahun. Lalu tiga buah singgasana yang berderetan di depan matanya, benar-benar tahta yang terlihat sangat nyaman untuk di duduki. Dari depan sana seseorang pasti bisa melihat jelas betapa banyak orang yang tunduk di hadapannya.

Di sekeliling ruangan terdapat obor dan lilin-lilin yang disusun menggantung di langit-langit, jelas berbeda dengan penerangan di rumah lama Yuno yang hanya berbekalkan sebuah lilin kecil yang dicukupkan di tengah-tengah rumah. Yuno juga melihat banyak sulaman berkilau yang mahal tergantung di dinding, bahkan dia pun tak kuasa menebak harganya. Seumur hidup bekerja tanpa digaji pun pasti belum cukup untuk sekadar menyewa sulaman itu selama satu hari.

Selain bangsawan yang mengelilingi mereka, terdapat juga para penjaga dengan zirah lengkap serta tameng-tameng besar berbaris mengelilingi mereka siap siaga, pedang yang disarungkan di pinggang, juga lambang kerajaan yang dicat di atas baju besi mereka. Oh ya, berbicara soal lambang kerajaan, di tengah sana, tepat di atas singgasana juga ada sebuah lambang yang sama berukuran jumbo, bersampingan dengan lukisan keluarga utama kerajaan.

「Hmm Raja? Tuan gendut yang tadi sempat mengelus dadaku....」

「Hmm Ratu? Oh wanita yang kedua mata dan sikapnya penuh dengan kekhawatiran tadi....」

「Oke baiklah, lalu yang di tengah...」

「ITU AKU?」

「PANGERAN KERAJAAN INI? AKU?」

_____________________________

Catatan: Hai! Semoga suka dengan pengantar dari cerita ini. Kalau kamu merasa ini akan menjadi alur yang membosankan, atau kamu punya pendapat lain mengenai cerita ini, mohon segera beritahukan kepadaku. Terima kasih sudah membaca!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status