Share

179. Jantung Rai

Penulis: Donat Mblondo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-01 19:50:54

Hening.

Thai Cung menoleh setengah badan. Wajahnya tetap tenang, tapi otot rahangnya menegang sesaat.

“Saat seseorang berdiri di medan pertempuran selama dua puluh tahun,” katanya perlahan, “ia belajar membedakan antara ambisi dan perasaan pribadi. Dan aku tidak akan mengorbankan satu kerajaan hanya untuk mengejar bayangan masa lalu.”

Sua mengangkat alis. “Jadi... benar. Anda memang mengejar bayangan.”

Thai Cung menghela napas, pendek tapi berat. “Ibunda Anda adalah satu-satunya orang di istana menteri yang pernah menolak tawaranku untuk berpihak pada Rongewu—dengan cara yang sangat elegan, sangat memalukan.”

“Memalukan?” Sua memiringkan kepala. “Untuk Anda?”

“Untukku, dan lima pengawalku,” jawab Thai Cung tanpa senyum. “Ia membuat kami seolah-olah tamu kehormatan, hanya untuk memutar semua informasi yang kami bawa menjadi senjata melawan kami di ruang dewan malam harinya. Bahkan sebelum kami sempat duduk.”

Sua terkikik pelan. “Kedengarannya seperti beliau.”

“Dan aku,” lanjut Thai Cun
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   183. Meninggalkan Angkara

    Sua berlari menerobos kabut dan angin dingin, jubah Jenderal Thai Cung melambai seperti sayap burung yang lelah. Tanah di bawahnya sudah tak lagi terasa seperti batu atau tanah, tapi seperti aliran napas dingin bumi yang naik ke permukaan. Setiap langkah seperti menginjak bayangan.Napasnya tercekat. Dada kirinya terasa panas dan berat, seolah ada tali tak kasatmata yang menariknya menuju arah tertentu. Suara detak jantung Rai—atau entah apa yang tersisa dari jantung itu—terus berdetak dalam pikirannya, tak beraturan, tak stabil, seolah setiap dentum adalah jeritan tanpa suara.Dan akhirnya... ia melihatnya.Di tengah lingkaran tanah yang retak dan hitam, dikelilingi puluhan tombak akar runcing yang mencuat dari bawah tanah, berdiri sesosok makhluk.Rai Yuan.Atau lebih tepatnya... sosok setengah-serigala dengan tubuh luka parah, bulu hitam kelam, dan mata merah membara. Napasnya memburu, dan darah masih mengalir dari sisi rusuknya yang terkoyak.Formasi itu “Tombak Akar Penghancur Ra

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   182. Formasi tombak penghancur raga

    Darah Shan Kerei masih menghangat di cakar. Tapi hawa tubuh Rai sudah mulai mendingin. Bukan karena kelelahan—tapi karena kesadaran.Apa yang telah kulakukan?Tubuh Shan Kerei tergeletak di belakangnya. Tangan kirinya masih meraih tabung racun yang gagal dilepaskan. Matanya terbuka, menatap ke arah langit-langit yang retak, seolah masih mencari alasan mengapa ajalnya datang dari seseorang yang dulu dianggap teman.Rai menarik napas. Napas serigala. Panjang, berat, dan bergetar.Dan untuk pertama kalinya sejak ia berubah... ia merasa takut.Bukan pada musuh.Tapi pada dirinya sendiri.Ia menunduk menatap tangannya—tidak, cakarnya. Masih ada daging yang menempel di ujungnya. Tulang jari yang semula manusia kini lebih mirip bilah belati. Dada dan bahunya membesar tak proporsional. Napasnya seperti dentum drum perang yang belum berhenti.Darahku... ini darah siapa?Shan Kerei?Atau... masih ada yang lain sebelum dia?Suaranya serak, tak keluar dari tenggorokan. Yang keluar hanya lolongan

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   181. Membunuh Shan Kerei

    Zhen Lurong dan saudarinya, Zhen Qiao, si kembar tua penjaga ritual, bergerak serempak. Mereka mengangkat simbol spiral yang tergantung di leher, dan napas mereka menyatu dalam gumaman formasi akar. Dari celah lantai, energi tanah naik, menciptakan tombak-tombak cahaya akar yang menukik dari segala arah, seperti kawanan ular berekor tajam.Rai berputar di udara. Tubuhnya tinggi, berotot, dibalut bulu kelam membentuk pusaran maut. Tombak-tombak itu hancur sebelum menyentuhnya. Serpihan cahaya beterbangan seperti debu bunga api.Lalu ia mendarat dan mengaum. Auman itu seperti badai. Menembus lapisan batu lorong. Menggetarkan dinding. Menggetarkan jiwa. Para tetua terhuyung.Zhen Ruoyin, pemimpin klan mencoba menstabilkan formasi pelindung di ujung lorong. Tapi bahkan tangannya gemetar. Ia sadar — makhluk di depannya bukan sekadar prajurit. Ini adalah hasil kegagalan mereka di masa lalu. Keturunan dari malam berdarah yang mereka sembunyikan dari sejarah.Di balik barisan tetua, Zhen Ming

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   180. Tetua Klan Zhen

    Para Tetua Klan Zhen tidak pernah dikenal sebagai sosok yang terburu-buru mengambil keputusan. Tapi sekali mereka bergerak, dunia seolah memekik dalam diam.Di antara kabut tipis Celah Guyu dan formasi akar yang terus berdenyut di bawah tanah, lima nama berdiri sebagai poros kekuatan klan mereka. Merekalah penjaga warisan Zhen Lian, dan kini pembawa kehancuran bagi Shewu.Yang tertua adalah Zhen Ruoyin, kakak dari mendiang Permaisuri Zhen Lian. Ia dikenal sebagai Penjaga Mata Akar, perempuan bermata tajam yang nyaris tak pernah berbicara tanpa tujuan. Di balik tatapannya yang dingin tersimpan keyakinan mutlak: darah kaisar yang ada di tubuh Rai Yuan adalah penghinaan bagi leluhur. Ia tidak butuh pengakuan atau belas kasihan. Ia hanya ingin dunia bersih dari darah yang menurutnya tidak layak tumbuh di atas napas bumi.Di sisinya berdiri si kembar sunyi, Zhen Qiao dan Zhen Lurong.Zhen Qiao adalah pemanggil roh dan penjaga ritual, dikenal karena suaranya yang lirih seperti angin malam y

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   179. Jantung Rai

    Hening.Thai Cung menoleh setengah badan. Wajahnya tetap tenang, tapi otot rahangnya menegang sesaat.“Saat seseorang berdiri di medan pertempuran selama dua puluh tahun,” katanya perlahan, “ia belajar membedakan antara ambisi dan perasaan pribadi. Dan aku tidak akan mengorbankan satu kerajaan hanya untuk mengejar bayangan masa lalu.”Sua mengangkat alis. “Jadi... benar. Anda memang mengejar bayangan.”Thai Cung menghela napas, pendek tapi berat. “Ibunda Anda adalah satu-satunya orang di istana menteri yang pernah menolak tawaranku untuk berpihak pada Rongewu—dengan cara yang sangat elegan, sangat memalukan.”“Memalukan?” Sua memiringkan kepala. “Untuk Anda?”“Untukku, dan lima pengawalku,” jawab Thai Cung tanpa senyum. “Ia membuat kami seolah-olah tamu kehormatan, hanya untuk memutar semua informasi yang kami bawa menjadi senjata melawan kami di ruang dewan malam harinya. Bahkan sebelum kami sempat duduk.”Sua terkikik pelan. “Kedengarannya seperti beliau.”“Dan aku,” lanjut Thai Cun

  • Tabib Cantik Milik Pangeran   178. Kematian Bai Yuan

    Thai Cung menatap Bai Yuan lama, seolah menimbang sesuatu. Lalu ia menghela napas pendek — bukan karena lelah, tapi karena telah sampai pada sebuah keputusan yang tak bisa ditarik kembali."Kau pikir, mengapa aku datang sendiri ke sini tanpa seorang pengawal pun?" suaranya datar, tapi dinginnya menusuk seperti ujung tombak yang mencelup ke sungai es.Bai Yuan mendengus. “Karena kau bodoh?”Thai Cung tidak menjawab. Ia hanya mengangkat tangannya.CLANG!Sebuah pedang panjang dengan ukiran khas Rongewu muncul dari sarung punggungnya, ditarik dalam satu gerakan cepat. Cahaya senjata itu memantulkan api dari lentera kuil, membuat ruangan terasa lebih sempit dan sunyi.“Aku datang karena tahu tempat ini akan jadi titik awal pengkhianatan,” ucap Thai Cung sambil melangkah perlahan ke depan. “Pasukanku sudah bergerak ke Nemewu. Jauh sebelum Mangewu sadar bahwa mereka sedang dipantau dari dalam.”Bai Yuan menegang.Thai Cung melanjutkan dengan suara rendah, tapi bertenaga. “Dan saat aku meneri

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status