Share

Tabib Sakti Tak Terkalahkan
Tabib Sakti Tak Terkalahkan
Penulis: Zayn Z

Bab 01. Hinaan.

Penulis: Zayn Z
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-02 08:22:21

“Anak haram!”

“Pecundang!” 

“Sampah!” 

Sorot mata meremehkan dan kata-kata hinaan mengiringi langkah Shizi yang sedang berjalan sambil menanggung dua ember air di pundaknya dengan sebuah tongkat.

Meski tubuhnya kurus, Shizi terus melangkah melewati jalan kecil di halaman belakang klan Song, mengabaikan cemoohan dari orang-orang di sekelilingnya. 

"Ternyata dia juga tuli, anak haram memang bodoh!" teriak seorang pemuda, disambut tawa rekan-rekannya. Shizi hanya melirik sekilas ke arah Song Ong, sang tuan muda klan Song, yang menjadi sumber suara itu.

Shizi hanya mengepalkan tangannya dengan keras. Tapi ia tahu, melawan pun tak ada gunanya. Mengingat status Song Ong sebagai tuan muda klan Song dan anak emas klan, siapapun yang melawannya pasti akan menderita.  

"Seperti kata ibu, lebih baik diam dan abaikan saja perkataan mereka." Shizi merenung, "Song Ong semakin agresif semenjak ia melihat aku berjalan bersama nona Wang Suyi. Mungkin benar kata ibu, aku harus menjaga jarak untuk menghindari terus ditindasnya."

Shizi yang mendengar segala hinaan itu memilih untuk tetap diam dan fokus mengangkut dua ember kayu setinggi setengah badannya. 

Ia berusaha keras menjaga agar air di dalam ember tidak tumpah dan membasahi jalan. Wajah dan tubuhnya yang dipenuhi keringat menunjukkan kelelahan yang ia rasakan, namun baginya itu masih lebih baik daripada kelelahan di hatinya.

Dengan langkah perlahan, Shizi berusaha menjaga keseimbangan beban yang dibawanya. Tiba-tiba, dari arah belakang, Song Ong mendekat dengan senyum jahat dan menendang kaki Shizi, membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh.

 Duaaakk….

Byuuur!

“Arrggghh.”

Shizi terjatuh dan terhempas ke tanah dengan keras, ember air yang dibawanya tumpah, membasahi tubuhnya sementara satu ember menindih tubuh kurusnya. 

Dari posisi terjatuhnya, ia menatap ke arah sumber suara teriakan. Matanya membulat saat melihat Song Ong juga terjatuh tak jauh dari tempatnya, yang membuatnya terkejut adalah melihat ember lain yang pecah dan pecahan kayunya menggores lengan kanan Song Ong, sehingga membuka luka di lengan tersebut.

"Bajingan, dasar sampah! Kau melukaiku!" teriak Song Ong sambil mengerang kesakitan. Teriakan Song Ong sontak menarik perhatian.

Kini belasan orang yang berada di kediaman klan langsung bergegas menuju ke arah sumber suara. 

Mereka semua menjadi gelisah melihat tuan muda kebanggaan klan mereka terluka dan segera menolong Song Ong yang memegangi lengannya yang berdarah.

"Dia sengaja melukaiku, hajar dia!" teriak Song Ong dengan penuh emosi. 

Mendengar perintahnya, sekelompok pemuda yang bersamanya langsung bergerak. Mereka mengerubungi Shizi, melontarkan pukulan dan tendangan ke arahnya. 

Secara refleks, Shizi meringkuk, melindungi kepalanya dengan kedua tangannya—sebuah tindakan yang ia lakukan secara instingtif karena sering mengalami situasi serupa. 

Darah segar mulai mengalir dari mulutnya, luka dalam yang diterima memburuk, kulitnya memar dan luka terbuka muncul di seluruh tubuhnya akibat serangan bertubi-tubi dari anak buah Song Ong.

“Hentikan….Hentikan! Tolong hentikan, putraku bisa mati!” 

Seorang wanita kurus berpakaian lusuh segera menerobos kerumunan pemuda yang sedang memukuli Shizi. Dengan berani, ia melindungi Shizi menggunakan tubuhnya sendiri.

Para pemuda itu pun menghentikan pukulannya, lalu memalingkan pandangan mereka ke arah Song Ong, menunggu instruksi selanjutnya.

"Singkirkan wanita itu! Si penjahat itu harus dihukum karena telah melukai saya dengan sengaja!" seru Song Ong dengan keras. 

Para pengikutnya segera menarik wanita kurus tersebut, yang ternyata adalah ibu Shizi, dengan kasar hingga ia tersungkur dan terlempar hingga menabrak tembok di belakangnya.

Rasa terkejut dan ketakutan menguasai Shizi saat ia mendengar teriakan Song Ong. Detak jantungnya meningkat, matanya membulat ketika melihat ibunya terjengkang, kepala yang membentur tembok memuncratkan darah.

Kemarahan dan ketakutan bercampur menjadi satu, memberinya kekuatan untuk mendorong orang-orang yang hendak memukulnya dan berusaha meraih ibunya. Baru saja Shizi hendak bangkit, Song Ong sudah tiba di sisi ibunya yang jatuh. 

Dari kejauhan, ia melihat ibunya, Chan Juan, merangkak perlahan ke arah Song Ong dan sujud di kakinya, memohon belas kasihan.

"Tuan muda, tolong ampuni putraku. Ia pasti tidak sengaja," mohon Chan Juan dengan kedua tangan yang gemetar memegang kaki Song Ong. 

Namun, Song Ong hanya melihat Chan Juan dengan pandangan dingin. Tanpa kata, ia menepis tangan Chan Juan dengan kakinya, membuat ibu Shizi itu kembali tersungkur, kepalanya sekali lagi membentur tembok dengan keras.

Song Ong memekik dengan suara yang menyayat telinga, nadanya dipenuhi amarah. "Minggir, wanita murahan! Jangan sentuh aku dengan tangan jijikmu itu!" Katanya sambil menghempaskan kaki kirinya.

Ibu Shizi yang sedang mencoba bangkit dengan susah payah itu tak kuasa menahan tendangan ganas di perutnya, seketika tubuhnya terhempas ke tembok yang dingin. Shizi menatap dengan mata berkaca-kaca sambil melihat ibunya merintih kesakitan.

Tepat saat itu, Chan Juan, terkapar dengan darah segar yang membasahi bibir dan keningnya, merembes akibat benturan keras ke tembok untuk ketiga kalinya.

"Ibu!" teriaknya dalam keputusasaan, merentangkan tangannya mencoba meraih sang ibu.

Para pengikut Song Ong segera menghampiri, mencegah Shizi dengan menerjang kakinya hingga ia jatuh ke tanah, terhimpit oleh tekanan berat pada punggungnya. Matanya terpejam karena sakit, tetapi terbuka kembali saat mendengar teriakan pilu sang ibu yang jatuh dan tergeletak tak bergerak.

Kepanikan bercampur amarah terpancar dari wajah Shizi saat ia menatap Song Ong. "Keterlaluan kau, Song Ong! Jangan sakiti ibuku!" teriaknya, setiap kata terucap dengan kebencian yang membara.

Song Ong hanya tersenyum jahat, menampilkan seringai keji yang membuat Shizi memuncak rasa sakitnya. Matanya yang tajam menatap Shizi, seolah-olah menikmati setiap detik penderitaannya.

"Kau berani menyebut namaku?" cemooh Song Ong dengan nada merendahkan. Dia kemudian meludahi wajah ibu Shizi, sebuah tindakan yang memunculkan penghinaan mendalam.

"Aku akan balas ini, Song Ong! Ini sumpahku!" Shizi berteriak, tatapannya tajam dan penuh tekad, meski tubuhnya masih terjepit dan terluka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rirei Senko
awal baca langsung disuguhi critical effect. mantaap
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 218.

    Bab. 218.Pecahan jiwa sosok hitam yang menyebut dirinya sendiri sebagai Raja Kegelapan itu terhimpit oleh dua diagram magis yang dibuat Shizi.Tampak dua diagram magis itu kemudian bersatu dan membentuk sebuah bola cahaya biru yang mengekang jiwa sosok hitam itu dan memaksanya berubah bentuk seperti bola diagram magis.“Beruntung sekali, jika dulu Master tidak mengajarkan teknik segel jiwa dan membantu memasang segel tersebut maka aku pastinya akan mendapat masalah besar.” “Tapi situasi ini benar-benar rumit karena Master Xiao Tan belum mengajarkan cara membuang atau menghancurkan jiwa seperti ini.” “Menyimpannya di sini jelas tidak mungkin karena itu beresiko. Jadi apa yang harus kulakukan sekarang?” pikirnya.Belum sempat ia berpikir lebih jauh, sesuatu terjadi di alam bawah sadarnya.Shizi menoleh ke arah belakangnya, tampak sebuah diagram lingkaran magis berwarna merah muncul tiba-tiba entah dari mana.Diagram lingkaran magis merah tersebut kemudian memunculkan sebuah mata bes

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 217.

    Bab. 217.Shizi mengerang kesakitan karena aura hitam yang menyelimuti tubuhnya mulai merangsek masuk melalui pori-porinya. Aura hitam itu kemudian memasuki jalur energinya, menuju meridian dan terakhir menuju dantian juga api jiwanya.Shizi tak bisa berbuat banyak karena aura hitam itu memberikan tekanan paksa yang sulit ia lawan.“Sebenarnya aura hitam ini apa? Kenapa aku tidak bisa menahannya untuk memasuki tubuhku?” “Apa yang harus kulakukan sekarang?” pikir Shizi sambil menahan sakit dan gejolak di tubuhnya.Wajahnya menegang, rasa sakit yang mendera membuat ia tak bisa berpikir jernih. Ia pun mengalami kebuntuan dan semakin bingung harus melakukan apa.Tiba-tiba ia tersadar dengan sesuatu.“Benar! Aku tidak boleh cemas, aku harus tenang!” “Jika aku tidak bisa melawan energi aneh ini maka aku hanya bisa menerimanya dan mencoba mengendalikannya!” batinnya.Shizi merubah posisinya menjadi duduk lotus, ia bersila lalu memejamkan matanya dan mencoba masuk ke dalam alam bawah sada

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 216.

    Bab. 216.Setelah beristirahat sejenak Shizi mulai menyembuhkan luka yang dideritanya, setelah selesai ia kemudian menghampiri cakar naga yang masih menancap di dinding celah.Setelah berupaya dengan susah payah akhirnya ia berhasil mencabut cakar naga tersebut, bukan tanpa sebab ia mengambil bagian tubuh naga hitam tersebut. Ini dikarenakan dirinya berniat menggunakan tiga cakar itu sebagai senjatanya.“Cakar naga memang berbeda baik dalam hal kekerasan dan kekuatannya. Bahkan pedang pria bertopeng ini saja patah oleh cakar naga ini!” ucap Shizi sambil melihat patahan pedang dan patahan cakar di tangannya.Tanpa berlama-lama ia pun memulai tindakannya. Ia melepaskan bilah pedang yang telah patah dan menjadikan cakar naga tersebut sebagai gantinya.“Untuk sementara waktu kukira ini cukup, nanti setelah aku memiliki waktu senggang aku akan menjadikan cakar ini sebagai senjataku,” ujarnya sambil menatap pedang dengan bilah cakar naga tersebut.Shizi berjalan keluar celah, ia menatap k

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 215.

    Bab. 215.Shizi membuka matanya perlahan, pandangannya kabur, ia merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya,tampak banyak luka yang tersemat di tubuhnya.“Sialan, tubuhku terasa sakit semua! Tali pengekang jiwa ini benar-benar menguras energi Qi dan menghalangi proses penyembuhan lukaku!” ujarnya sambil memperhatikan keadaan dirinya.“Arrgh!” Suara teriakan menggema dari arah luar. Teriakan kesakitan itu membuat Shizi penasaran dibuatnya.Ia pun mencoba bangkit dari posisinya, setelahnya ia menyeret tubuhnya untuk bisa bergerak ke celah yang tercipta akibat hantaman sebelumnya.Dalam posisi merayap ia tiba di mulut celah, pandangannya langsung tertuju ke atas di mana sumber suara berasal.Matanya membulat, tubuhnya menegang saat melihat apa yang terjadi. Tampak satu kepala dan serpihan tubuh manusia berhamburan dan terlempar ke arah celah tempat dirinya berada.Hal itu membuat tubuhnya bersimbah darah dan daging dari tubuh manusia tersebut.Seonggok kepala menggelinding tepat ke depan

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 214.

    Bab. 214.“Jadi…apa yang ingin Kakek tahu?” tanya Shizi dengan tenang.“ Apa yang terjadi selama kau menjalani hukuman di Gunung Qushi? Ceritakan semuanya mulai dari awal sampai akhir, termasuk…kekuatan yang kau miliki sekarang?” jawab Chan Long tanpa ragu.“Lalu apa setelahnya? Apa yang akan kakek putuskan setelah mendengar ceritaku? Lalu…apakah kakek akan percaya hanya dengan mendengar ceritaku saja? Apa jaminannya kakek akan percaya dengan penjelasan yang akan keluar dari mulutku ini?” “Secara seorang tertuduh pastinya akan sulit dipercaya kata-katanya. Selain itu, bukanlah lidah tidak bertulang? Bagaimana jika aku berbohong?” ujar Shizi memberondong Chan Long dengan pertanyaannya.Chan Long menatap dalam pada Shizi, jelas ia paham sekali jika cucu yang baru dilihatnya itu sedang balik menguji dirinya.“Kenapa kau melakukan ini? Ceritakan saja… aku ingin mendengarnya!” jawab Chan Long dengan datar.Shizi tersenyum tipis, setelahnya ia pun angkat bicara kembali.“Baiklah, aku akan

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 213.

    Bab. 213.Shizi menyembuhkan Chan Long dengan memberikan pil buatannya untuk menekan racun dalam tubuhnya. Setelahnya, ia memberikan akupuntur khusus untuk mematikan sementara jalur energi yang teracuni.Setelah selesai, ia meminta pada kakeknya itu memindahkan sang ibunda dari ruangan tersebut mengingat semua orang masih dalam keadaan tak sadarkan diri dan dalam kondisi hilang ingatan. Pastinya mereka akan bingung dengan apa yang terjadi pada mereka.Chan Long pun menyetujui permintaan Shizi, ia pun membawa Shizi pada sebuah ruangan khusus di Paviliun Bulan dan untuk masalah orang-orang yang tak sadarkan diri akan menjadi urusannya.Di sebuah kamar besar yang terletak di lantai tiga, Shizi menunggu Chan Juan sadar, sambil menunggu, ia memegang satu tangan ibunya dengan penuh kelembutan.Tak berselang lama, Chan Long memasuki ruangan bersama dengan Chan Ru, Chan Jian dan Chan Fei. Mereka kemudian berdiri di samping ranjang di seberang posisi Shizi, terlihat ada kebingungan di wajah C

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 212 

    Bab. 212 Shizi mengakhiri pengobatan ibunya, tampak tubuhnya telah kembali seperti sedia kala, nafasnya terlihat stabil dan rona wajahnya pun terlihat cerah yang menjadi tanda aliran darahnya telah normal sepenuhnya.Setelah mencabut semua jarum akupuntur hitamnya, Shizi kemudian bangkit dari duduknya lalu menoleh pada sang kakek yang sedari awal mengawasinya.Dibawah ancaman pedang yang masih terarah padanya, Shizi berjalan ke arah Chan Long berada, ia kemudian berdiri di hadapannya sambil menatap dingin pada kakeknya itu.Ia menatap sekilas pada dada dan perut sang kakek, dari sana ia memfokuskan pendengarannya untuk mendengarkan deru nafas Chan Long tersebut.Setelahnya Shizi pun berkata, “Jadi…apa yang bisa diperbuat Patriark Klan Chan untuk membuktikan aku sedang menyamar?” “Yang jelas pastinya bukan adu pukulan karena jika itu dilakukan maka Patriark akan terluka parah mengingat kondisi Patriark yang terkena racun tingkat atas,” ucap Shizi dengan tenang yang langsung membuat

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 211.

    Bab. 211.Sosok hitam tertegun melihat seringaian Shizi, aura yang mengitari tubuhnya terlihat tidak stabil saat melihat Shizi membuat segel tangan yang mengaktifkan mekanisme diagram magis di lantai.Sosok hitam itu meraung kesakitan karena cahaya hitam berbentuk rantai tersebut semakin erat melilit tubuhnya.Tak lama, rantai cahaya hitam itu berubah menjadi mantra dan simbol yang menekan siluet tersebut dan memaksanya menjadi bola cahaya hitam.Lingkaran magis di bawah kaki Shizi bersinar dan memunculkan banyak mantra dan simbol yang merambat melalui kakinya lalu bermuara di perut bawahnya.Sebuah simbol berwarna hitam berbentuk lingkaran tiga lapis dengan delapan simbol api aneh di delapan sisi lingkaran terbentuk di perut Shizi, dari sana simbol tersebut kemudian menarik paksa bola cahaya hitam untuk masuk ke dalam perut Shizi.“Tidak! Hentikan…kau tidak bisa menyerap pecahan jiwaku lagi! Apa kau siap menanggung resikonya jika melakukan hal ini padaku!” teriak siluet tersebut ya

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 210.

    Bab. 210.Shizi menghela nafas panjang, tampak ada keraguan di wajahnya untuk membuka pintu ruangan di mana ibunya berada.Tentunya itu terjadi karena ada perasaan campur aduk di hatinya, waktu sepuluh tahun yang telah terlewati di mana ia tidak bertemu dengan sang ibunda tercinta pastilah memberikan tekanan berbeda di hati sanubarinya.Belum lagi situasi yang akan dihadapinya, aura kegelapan yang ia rasakan cukup membuatnya merasa bimbang dan serba salah.Setelah beberapa saat Shizi mendorong pintu ruangan tersebut. Aroma amis langsung menusuk hidungnya, seketika wajahnya langsung berubah serius setelahnya.Ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam ruangan, dari sana ia gegas menutup pintu ruangan yang terlihat remang-remang tersebut.Kamar berukuran delapan kali delapan meter itu terasa pengap,meski penerangan terbatas namun ia bisa melihat miasma memenuhi ruangan tersebut.Sorot matanya fokus mencari sosok keberadaan ibunya, hal pertama yang ia lihat adalah ranjang dengan kelam

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status