Home / Romansa / Tak Seindah Malam Pertama / Bab II Tak Pantaskah Maya untuk Ibnu

Share

Bab II Tak Pantaskah Maya untuk Ibnu

Author: Yulia Cahya
last update Last Updated: 2021-10-08 10:39:06

Bab II

Tak Seindah Malam Pertama

(Tak Pantaskah Maya untuk Ibnu)

Badannya terselamatkan, tapi tidak dengan hatinya. Air mata Maya menetes. Suara isak tangis tak dapat lagi ia sembunyikan, ia merasa seperti perempuan paling hina, hingga suaminya pun enggan untuk menyentuhnya.

“Apa aku semenjijikkan itu, Mas?” Akhirnya Maya berani melontarkan pertanyaan itu ke Ibnu.

*****************

Ibnu yang sedang dikuasai amarah. Semakin meradang saat mendengar pertanyaan Maya. Ia merasa terpojok, ia marah pada diri sendiri karena belum bisa melawan egonya. Selalu saja ingatan tentang masa lalu Maya hadir di saat ia hendak menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami. Kenangan masa lalu Maya itu menghentak dan membuatnya terlempar. Bukan hanya Maya, sesungguhnya Ibnu pun merasa tersiksa.

Segera Ibnu mengambil kaosnya yang berserak di lantai, memakainya sambil berjalan pergi meninggalkan Maya. Kamar mandi menjadi tempat tujuannya. Ia butuh air untuk mendinginkan hati juga tubuhnya yang terasa begitu panas.

Sesampainya di kamar mandi, Ibnu menghidupkan shower. Ia terduduk di bawah kran, membiarkan seluruh badannya tersiram air.

“Maafkan, Mas, May!” Ibnu terisak, ia benci dirinya sendiri, marah, menyalahkan diri sendiri atas ketidakmampuannya.

Di ruang keluarga, perlahan Maya bangkit, memungut bajunya yang juga berserakan di lantai. Tertatih ia bangkit sambil tangannya menekan dada. Untuk kesekian kalinya, hatinya begitu sakit, Ibnu membuatnya merasa menjadi perempuan paling hina. Dalam hati ia mulai meragu, benarkah Ibnu mencintainya. Sanggupkah ia terus bertahan. Sampai kapan, ia harus menjadi pesakitan seperti ini.

**********************

Malam terus merangkak menuju pagi. Januari memang bulannya hujan. Ada yang mendefinisikan bahwa nama Januari adalah kepanjangan dari hujan sehari-hari, yang artinya di bulan itu akan turun hujan sepanjang hari. Malam ini, Januari tanggal tiga, nyatanya memang hampir seluruh Jogja tersiram air hujan, demikian pula kediaman Ibnu dan Maya yang berada di Jogja bagian barat, di sebuah kecamatan yang berada di sisi barat kabupaten Sleman, yaitu kecamatan Gamping.

Konon, daerah ini dinamakan Gamping karena di wilayah ini terdapat sebuah gunung yang terbuat dari batu gamping, batu berwarna putih. Dahulu kala, di Gunung Gamping ini, setiap bulan Safar selalu terjadi musibah berupa runtuhnya Gunung Gamping. Oleh karenanya, Sri Sultan Hamengkubuwono 1 memerintahkan masyarakat untuk mengadakan upacara ritual dengan menyembelih sepasang pengantin Bekakak, yaitu boneka pengantin yang terbuat dari ketan, guna menolak bala dan menjauhkan masyarakat dari musibah. Tradisi inilah yang sampai saat ini kita kenal sebagai upacara adat ‘Bekakak atau Saparan’.

Sejak menikah, Ibnu memang tinggal di rumah Maya, sekitar 4 km dari rumah ibunya yang berada di kabupaten Bantul, kabupaten yang juga masih berada di Jogja.

Maya yang meminta Ibnu tinggal di rumahnya karena Maya adalah anak tunggal. Ibunya, bu Ratih, meninggal sebulan sebelum ia menikah. Rasa sedih juga kecewa terhadap Maya ternyata mempengaruhi kesehatan bu Ratih.

Bu Ratih yang sebelumnya memang memiliki riwayat penyakit jantung, semakin hari semakin melemah setelah mengetahui bahwa Maya hamil di luar nikah. Meski sejak awal Ibnu telah mengakui bahwa Maya hamil anaknya dan ia akan bertanggung jawab, nyatanya bu Ratih tetap merasa kecewa. Ia merasa gagal menjadi seorang ibu. Amanah almarhum suaminya untuk menjaga Maya tidak dapat ia penuhi. 

Rasa kecewa juga rasa bersalah yang mendalam membuat kesehatannya semakin menurun, hingga akhirnya bu Ratih meninggal 1 bulan sebelum Maya melangsungkan ijab kabul. Dan saat ini, disinilah Maya dan Ibnu bertempat tinggal. Di rumah yang menjadi saksi Maya bertumbuh dari lahir hingga saat ini berusia 23 tahun.

Suara adzan subuh berkumandang. Maya yang semalam memilih tidur di sofa depan tivi menggeliat. Perlahan matanya mengerjap, ia sedikit kaget saat terbangun mendapati dirinya sudah berada di dalam kamar, lengkap dengan selimut beludru yang menutupi badannya. "Pasti Mas Ibnu yang sudah membopong aku tadi malam," batinnya. Ia lega, karena setelah kejadian tadi malam, Ibnu masih memperhatikannya.

Maya memiringkan tubuhnya, kemudian menyingkap selimut yang menutupi badannya. Terasa udara yang begitu dingin, bekas hujan semalam. Setelah melipat selimut, Maya menurunkan kakinya dan melangkah ke kamar mandi.

Kamar tidur utama di rumahnya memang memiliki kamar mandi dalam. Setelah mencuci muka, Maya keluar kamar berniat mencari Ibnu untuk sholat subuh berjamaah.

Maya menuju kamar tidur sebelah, tetapi Ibnu tak ada di sana. Bergegas Maya menuju ruang keluarga, berharap menemukan Ibnu tertidur di sofa. Tapi ternyata nihil, disana pun Ibnu tidak ada. "Kamu dimana, Mas?" Maya khawatir, takut semalam Ibnu keluar rumah tanpa sepengetahuannya.

Sejenak Maya berfikir. "Apa Mas Ibnu sudah bangun dan sholat subuh duluan?" gumam Maya pelan. Maya berjalan menuju mushola yang berada di rumah bagian belakang, bersebelahan dengan ruang dapur.

Sesampainya disana, tampak Ibnu yang tertidur dengan sarung dan peci yang masih melekat di tubuhnya. Suara dengkurannya terdengar jelas, menandakan bahwa ia tidur dengan pulas. Artinya semalam Ibnu tidur di mushola, beralaskan sajadah. Mungkin ia melaksanakan shalat malam, hingga tertidur tanpa disengaja.

Maya mendekat ke Ibnu, dipandanginya wajah Ibnu yg sedang tertidur. Bola matanya dikelilingi lingkaran gelap, menunjukkan bahwa sang empunya kurang tidur. Di pipinya juga tampak bekas aliran air mata. 

Maya Iba, hatinya berdenyut merasakan sakit melihat suaminya begitu tertekan. "Apa pernikahan ini menyiksamu, Mas?" tanya Maya dalam hati. Air matanya menetes untuk kesekian kalinya, rasa bersalah semakin menggelayuti hatinya. Gara-gara dirinya, Ibnu merasakan sakit ini.

"Mas, bangun!" Perlahan Maya mengusap pipi Ibnu. Matanya tidak berhenti memandang wajah sang suami. Terpana. Maya menyadari bahwa suaminya memiliki wajah begitu menawan, alisnya tebal dipadu dengan hidung yang mancung dan bibir yang begitu manis untuk seorang laki-laki. Sempurna, satu kata yang menggambarkan ketampanan Ibnu. 

Jantungnya berdetak lebih kencang, tak berirama. Ada gelenyar aneh dalam rongga dadanya. Meski berulang kali Maya membantah, tapi hatinya tidak dapat berbohong bahwa ia mulai jatuh hati pada Ibnu. Jatuh hati pada semua yang ada di dalam diri Ibnu.

"Andai aku bertemu kamu lebih awal, Mas," lirihnya.

"Andai tak kulakukan kesalahan itu. Mungkin saat ini kita merasakan bahagia yang paripurna, Mas." Batin Maya, terus menyesali kesalahannya di masa lalu.

Ibnu menggeliat, merasakan pipinya dielus Maya. Perlahan matanya terbuka. "Eeeh … Dek, kok udah bangun?" duduk sambil membetulkan pecinya.

Bukannya menjawab, Maya justru balik bertanya. "Semalam, Mas, tidur di sini?" tanya Maya.

Sebelumnya, sebesar apa pun Maya dan Ibnu berselisih, Ibnu akan tetap tidur di dalam kamar bersamanya, tidak seperti malam ini.

"Kenapa?Apa karena Mas ndak mau tidur denganku?" tanya Maya kemudian yang hanya bisa ia lontarkan di dalam hati. Tak sampai ia menanyakan ke Ibnu. Takut menyinggung. Juga takut jika jawabannya tidak sesuai yang ia mau.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tak Seindah Malam Pertama   Bab 68. Ikhlas yang Membahagiakan

    Bab 68Tak Seindah Malam Pertama(Ikhlas yang Membahagiakan)“Saya terima nikah dan kawinnya Maya binti Almarhum Hamdan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai.”“Sah?”“Sah.”Serempak semua tamu yang berada di masjid Al Falah mengucap Hamdalah. Diantara sekian manusia yang hadir, tampak seorang wanita paruh baya yang sedari tadi terus menitikkan air mata.Bukan air mata kesedihan, tetapi justru air mata bahagia. Ia adalah saksi bagaimana sang putra tersiksa batin selama bertahun lamanya karena menyesali kesalahannya di masa lalu.Ia tak menyangka, bahwa niatnya mencari istri dari kalangan pondok pesantren agar sang putra memiliki istri yang tau agama, sabar mendampingi, juga telaten membantu sang putra melupakan kesalahannya di masa lalu, justru membawa sang putra bertemu dengan cinta di masa lalunya.Wanita paruh baya itu adalah Sukma. Diantara sekian yang hadir, dialah yang paling bahagia menyaksikan sang putra-Danu, akhirnya dapat bersatu dengan Maya-cinta sejatinya

  • Tak Seindah Malam Pertama   Bab 67. Lamaran

    Bab 67Tak Seindah Malam Pertama(Lamaran)“Maaf, tapi aku ini hanya seorang janda, hanya seorang wanita yang gagal menjadi seorang istri. Aku takut membuat kecewa, Bah.” Maya masih menunduk, tidak berani mengangkat wajahnya. “Tidak ada manusia yang tidak pernah gagal, Nduk. Semua pasti pernah merasakan yang namanya kegagalan, hanya bentuknya saja yang berbeda, ada yang besar, ada juga yang tidak tampak dari luar. Kebetulan kamu pernah mengalami kegagalan yang besar. Abah yakin, hal itu justru menjadikan kamu lebih unggul dari sebelumnya bukan?” Abah berujar.“Tapi saya hanya janda,” ujar Maya lirih.“Terus kenapa jika janda?” Kini gantian Umi yang menimpali.“Saya nggak pantas,” jawab Maya tetap merasa rendah diri.“Dia adalah putra dari tamu yang tadi datang kemari, Nduk. Memang masih bujang, belum pernah menikah, tapi usianya seumuran sama kamu.” Abah berbicara, meski Maya tak bertanya.“Tamu tadi itu adik kandung Abah, jadi putranya itu keponakan Abah. Meski selama ini kami sudah

  • Tak Seindah Malam Pertama   Bab 66. Maya di Masa Kini

    Bab 66Tak Seindah Malam Pertama(Maya di Masa Kini)“Nduk, tolong bawakan nampan ini ke depan. Ada tamu Abah yang datang,” pinta Umi pada Maya.“Baik, Umi,” jawab Maya, manut.Bagi Maya, Umi dan Abah merupakan malaikat penolong. Ia tak tahu akan jadi seperti apa jika tidak ada Umi dan Abah yang menolongnya. Itu sebabnya, Maya selalu manut juga patuh pada keduanya. Terlebih di rumah itu, ia diperlakukan dengan sangat baik, layaknya seorang anak. Ia mendapat kasih sayang begitu besar dari keduanya.“Nuwun ya, Nduk,” ujar Umi.Tanpa menunggu permintaan tolong kedua kalinya dari Umi. Maya segera mengambil nampan dan berjalan menuju ke ruang tamu.Di ruang tamu, terlihat Abah tengah berbicara dengan seorang tamu wanita berusia paruh baya. Di sebelah Abah, duduk Umi yang tadi mendahului menuju ke ruang tamu.“Mangga, Dek, diminum ala kadarnya,” Umi mempersilahkan tamu Abah.“Iya, Mbak Yu,” jawab sang tamu.Setelah menganggukkan kepala sambil menangkupkan kedua tangan di depan dada, Maya be

  • Tak Seindah Malam Pertama   Bab 65. Move On

    Bab 65Tak Seindah Malam Pertama(Move On)“Bu Dini mengalami anemia berat. Kondisi ini sudah terjadi sejak kehamilan trimester kedua. Seharusnya, saat itu Bu Dini mendapat transfusi darah, tapi beliau menolak. Saat saya tanya apa alasannya, beliau mengatakan jika ….” Dokter menghentikan bicaranya.“Jika apa, Dok?” Ibnu tak sabar mendengar penjelasan dokter lebih lanjut.“Kata Bu Dini, beliau tidak mau membuat Pak Ibnu repot,” ujar Dokter dengan suara pelan, takut menyinggung perasaan Ibnu.“Apa?! Mana mungkin saya merasa repot jika itu berkaitan dengan istri dan janin di dalam kandungannya!” Ibnu tak percaya jika Dini berpikiran seperti itu.Dokter hanya menatap Ibnu dengan tatapan yang sulit diartikan. Jika apa yang ditakutkan Dini merupakan sesuatu yang mustahil bagi Ibnu, maka sudah jelas bahwa komunikasi antara Ibnu dan Dini tidaklah baik. Hal itu yang muncul di benak sang dokter, bahwa pasiennya kali ini memiliki persoalan komunikasi dengan sang suami.“Sebagai Dokter seharusnya

  • Tak Seindah Malam Pertama   Bab 64. Akibat Zina

    Bab 64Tak Seindah Malam Pertama(Akibat Zina)"Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu tega meninggalkan Maya di saat kamu telah menanamkan benih di dalam rahimnya? Kenapa kamu se pengecut itu, DANU?!" Ibnu menyebut nama Danu dengan penuh penekanan.Peristiwa yang menjadi sumber masalah dalam kehidupannya, juga kehidupan orang-orang di sekitarnya. Karena perbuatan zina yang telah dilakukan dua sahabatnya, ada banyak hati yang harus tersakiti."Apa maksudmu?" Danu menggelengkan kepalanya.Ia tak paham, dan tak pernah sedikitpun terlintas dalam benaknya jika Maya mengandung benihnya. Ibnu diam, tak mau menjawab pertanyaan Danu. Berkali ia menghela nafas untuk menetralisir perasaannya yang carut marut. Sementara Danu, pikirannya mulai terbuka, ia menggabungkan peristiwa demi peristiwa yang telah terjadi. Dari mulai Maya yang marah saat bertemu dengannya, Ibnu yang menikahi Maya tetapi justru menikah lagi dengan Dini, hingga akhirnya perpisahan antara Ibnu dan Maya."Ya Allah, apa yan

  • Tak Seindah Malam Pertama   Bab 63. Terbuka Satu Rahasia

    Bab 63Tak Seindah Malam Pertama(Terbuka satu Rahasia)"Mau kemana, Mas?" Dini mendekati Ibnu yang sedang mengenakan jaket."Aku mau ketemu dengan Bagas, Dek. Baru saja dia telepon, ngajakin ketemu, mau cerita sesuatu katanya," jawab Ibnu."Oh, ketemuan dimana, Mas?" tanya Dini.Sebenarnya, ia sangat ingin Ibnu tetap di rumah bersamanya, entah kenapa sedari tadi siang kepalanya terasa nyeri. Ingin mengeluh, tapi takut dikira cari perhatian."Di rumah Ibu. Nggak apa-apa 'kan ditinggal sebentar? Insha Allah sebelum maghrib aku sudah pulang, Dek," ujar Ibnu sambil menyodorkan tangannya pada Dini agar disalami oleh istrinya."Nggak apa-apa, Mas," jawab Dini.Ia mencium tangan Ibnu dengan penuh takzim. Entah kenapa, perasaannya kali ini begitu melow, seakan setelah ini ia tak bisa lagi bertemu dengan Ibnu."Mau dibawain apa pulangnya?" tanya Ibnu sambil menyambar kunci motor di atas nakas."Lagi nggak pengen apa-apa, Mas. Hmm … Mas hati-hati aja," ujar Dini sambil berjalan mengikuti Ibnu.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status