Share

Part 32

last update Last Updated: 2025-11-21 15:17:17

Shankara terus mengendara. Tangannya mencengkeram setir dengan erat. Udara di mobil terasa dingin, tapi rasanya tidak mampu menenangkan pikirannya yang panas.

Shankara sempat merasa ragu. Apa seharusnya ia kembali menjemput Anindia lalu membawa perempuan itu pulang. Tapi pikiran itu segera beradu dengan rasa lelah, marah, dan frustrasi yang menumpuk.

Kalau Shankara kembali, apakah itu akan menyelesaikan masalah atau justru menimbulkan pertengkaran baru?

Anindia dengan emosinya yang meledak-ledak pasti akan menguji kesabarannya lagi. Ia tahu tunangannya itu amat mencintainya, tapi cinta Anindia keras dan posesif. Ia bisa cemburu pada siapa pun. Termasuk pada Andara, adik kandung Shankara sendiri.

Pernah pada suatu hari saat Andara sakit, Shankara dan Anindia mengunjunginya. Lalu sebelum pulang Shankara memeluk adiknya itu. Hal itu langsung memicu kecemburuan Anindia.

"Aku bingung sama hubungan kalian," kata Anindia setelah mereka berada di mobil.

Shankara menoleh. "Kalian siapa?"

"Kam
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (15)
goodnovel comment avatar
Suria
ye betul. mereka nikah rasmi. tiada kata talak dr shankara waktu itu. awal cerita katanya nikah sama reza seblm diketahui hamil. jadi masa bila ya?
goodnovel comment avatar
Diana Susanti
alhamdulillah,,, moga terbuka hati shankara kasihan sama lengkara
goodnovel comment avatar
Aurora Aurora
yup beda jauh sama Calista Msalah anak, Calista ga bener ga becus ngurus anak..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tak Sengaja Mencintaimu   Part 112

    "Gimana? Abang udah ngomong sama orang tua Anin?" tanya Vanka malam itu setelah mereka selesai makan."Udah. Tadi pagi.""Terus?" Vanka menatap Shankara penasaran."Mereka nggak bisa nerima. Sama kayak anaknya," jawab Shankara lelah."Jadi gimana?""Ya nggak gimana-gimana. Abang udah putus sama dia dan itu nggak akan berubah. Ya ... walau orang tuanya minta untuk bicara langsung sama Abang setelah mereka pulang ke Indonesia.""Terus Abang bakal menemui mereka?"tanya Vanka pelan, kali ini nadanya lebih hati-hati.Shankara terdiam beberapa detik. Tangannya meraih gelas air, meneguknya perlahan seolah butuh waktu untuk menata pikirannya. "Iya. Abang bakal temuin." "Abang yakin? Bukannya itu malah bikin masalah jadi makin panjang?""Bukan soal yakin atau nggak yakin, Van. Dulu orang tuanya yang ngenalin Anindia ke Abang. Jadi Abang balikin lagi anak mereka secara langsung.""Kalau mereka tetap nggak terima?" Vanka masih merasa ragu."Itu terserah mereka. Yang penting Abang udah nggak mau

  • Tak Sengaja Mencintaimu   Part 111

    Shankara menunggu panggilan tersambung. Sementara di depannya Ananta juga tengah menerima telepon. Pria itu berdiri lalu memberi isyarat pada Shankara bahwa dirinya harus pergi. Shankara memberi anggukan sebagai jawaban.Shankara baru ingat saat ini di Turki masih subuh akibat perbedaan waktu lebih lambat empat jam dari Indonesia. Ia pikir tidak sopan menelepon sesubuh ini. Saat ia berniat untuk membatalkannya, tiba-tiba terdengar jawaban dari ujung telepon."Halo." Suara Darmawan terdengar serak, jelas baru bangun. Ada jeda sepersekian detik sebelum Shankara membuka mulut, seolah ia sedang menimbang ulang apakah percakapan ini benar-benar harus terjadi sekarang."Halo, Om, maaf saya mengganggu menelepon Om pada jam segini," kata Shankara mengawali."Oh." Ada tarikan napas singkat. "Tidak apa-apa. Ada apa menelepon jam segini?"“Saya sebenarnya ragu untuk menelepon sekarang. Tapi saya merasa harus menyampaikannya pada Om secepat mungkin.”“Anindia baik-baik saja, kan?”“Anindia tidak

  • Tak Sengaja Mencintaimu   Part 110

    Setelah Anindia berlalu, Shankara terduduk sambil melepaskan napas panjang seolah baru saja melepaskan beban berat dari pundaknya.Tangannya yang besar menekuk wajahnya, menahan rasa yang bercampur baur. Ada rasa lega karena akhirnya ia bisa kembali mengendalikan situasi, tapi juga sedikit terguncang melihat betapa rapuhnya Anindia ketika harus menghadapi kenyataan."Ngapain dia ke sini?" tanya Ananta yang duduk di hadapannya."Kemarin gue putusin tapi dia masih nggak terima. Mana pake percobaan bunuh diri." Suara Shankara terdengar berat. “Percobaan bunuh diri?” ulang Ananta.“Yup. Dia mecahin vas bunga terus nyayat tangannya pake itu. Dia teriak-teriak, nangis, nggak mau dengar apa pun. Gue mau bawa dia ke rumah sakit tapi dia nggak mau.""Lukanya parah?" tanya Ananta menanggapi."Lukanya nggak parah, tapi sikapnya … itu yang bikin capek. Akhirnya gue obatin sendiri. Setelah capek nangis-nangis dan ketawa kayak orang gila dia ketiduran. Baru gue bisa pulang."Ananta menghela napas

  • Tak Sengaja Mencintaimu   Part 109

    Ucapan putrinya tentu saja membuat Shankara tercengang. "Tante Anin?" Shankara mengulangi seolah ingin memastikan bahwa dirinya tidak salah dengar."Iya, Pa. Di depan." Lengkara menunjuk ke arah pintu dengan wajah sedikit tegang, berbeda dari ekspresi cerianya sejak tadi.Tidak ada dalam pikiran Shankara bahwa Anindia akan datang ke rumahnya setelah kejadian kemarin. Pagi-pagi pula. Bayangan kejadian malam itu berkelebat cepat di kepalanya. Teriakan, tangisan, darah, dan kegigihan Anindia yang membuatnya tidak nyaman. “Lengkara masuk ke kamar dulu ya,” katanya setenang mungkin sambil berjongkok di hadapan putrinya. “Papa mau bicara sebentar.”Lengkara mengangguk patuh tanpa banyak bertanya lalu berjalan perlahan menuju kamarnya. Shankara memastikan pintu kamar tertutup sebelum melangkah ke arah depan.Anindia sudah duduk manis di sofa ruang tamu. Perempuan itu tampak kacau. Wajahnya pucat, rambutnya tidak disisir. Dan yang paling jelas adalah matanya yang merah dan bengkak pertanda

  • Tak Sengaja Mencintaimu   Part 108

    Hari masih pagi ketika Lengkara terjaga dari tidurnya. Matanya yang masih setengah mengantuk bergerak ke kanan dan kiri sebelum akhirnya membulat penuh kegembiraan. Di sebelahnya, Mama dan papanya ada di sana. Berdekatan dan saling memeluk satu sama lain."Wah, Papa meluk Mama!" serunya ceria. Ini adalah untuk pertama kalinya anak itu melihat orang tuanya tidur bersama.Lengkara memerhatikan keduanya dengan mata berbinar, seolah menemukan pemandangan paling indah pagi itu. Bibir mungilnya tersenyum lebar, lalu ia duduk sambil menepuk-nepuk kasur.“Papa sama Mama tidur bareng.” Anak itu menggumam takjub dengan mata tidak lepas dari keduanya.Tak lama kemudian Vanka terbangun. Ketika kelopak matanya terbuka, ia bertemu dengan wajah penuh binar anaknya. Pipinya seketika memanas. Ia hendak bergerak menjauh, tapi lengan Shankara justru mengerat di perutnya.“Bang, lepasin. Lengkara udah bangun,” bisiknya malu.Shankara membuka mata dengan santai, lalu tersenyum ketika menyadari siapa yang

  • Tak Sengaja Mencintaimu   Part 107

    Vanka sudah berkali-kali memandang jam dinding sejak sore menjadi malam. Tangannya juga tidak berhenti meremas ponsel, membuka, menutup layar, berharap ada pesan masuk atau apa pun dari Shankara. Tapi tidak ada. Lengkara juga sudah berkali-kali menanyakan kenapa papanya masih belum pulang. Tadi Vanka mengatakan padanya bahwa Shankara pergi ke bengkel. Lengkara terus menunggu sampai akhirnya tertidur sendiri. Ia berjalan ke jendela, menyingkap tirai sedikit, lalu kembali duduk. Lalu berdiri lagi. Jantungnya tidak tenang sejak Shankara pergi bertemu Anindia. Vanka tahu pertemuan itu tidak akan sederhana. Ia mencoba menenangkan diri dengan membuat teh, tapi cangkir itu hanya disentuhnya sekali sebelum diletakkan kembali. Pikirannya terus berkelana pada kemungkinan paling terburuk. Ketika akhirnya suara pintu dibuka terdengar, Vanka hampir berlari. "Abang." Kata itu terhenti di bibirnya. Shankara berdiri di ambang pintu dengan wajah letih. Vanka melangkah mendekat, hendak memeluk

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status