Home / Romansa / Takdir Perjanjian Pernikahan / BAB 4 - PERTEMUAN KELUARGA

Share

BAB 4 - PERTEMUAN KELUARGA

last update Last Updated: 2024-10-30 03:08:25

Marsha mematut cermin, kini dirinya tengah di rias oleh make up artist yang telah di sewa oleh ibunya. Setelah selesai di make up, Marsha langsung memakai strap dress yang telah di siapkan oleh ibunya.

Saat Marsha sudah mengganti pakainnya dengan gaun berwarna navy yang sangat kontras di kulit putih miliknya, Clara dan Rossa penata riasnya sangat terkejut saat melihat Marsha yang saat ini jauh lebih dewasa. Marsha terlihat sangatlah cantik dan anggun.

"Nona Marsha, anda sangat cantik," puji Rossa.

"Sayang, mama tidak menyangka putri mama sangatlah cantik," kata Clara, dia tidak berhenti menatap putrinya yang terlihat sangat cantik hari ini.

Marsha hanya memutar bola matanya malas. Sangat menyebalkan hanya bertemu dengan pria yang di jodohkan, dia harus di rias seperti ini.

"Rossa, bisa tinggalkan aku sebentar dengan putri ku?" pinta Clara.

"Baik nyonya," Rossa langsung berjalan meninggalkan Clara dan Marsha.

Clara melangkah mendekat ke arah Marsha, lalu dia mengelus dengan lembut pipi putrinya itu. "Marsha, wajah mu harus senyum sayang. Mama tidak ingin Paman Lukas dan anaknya melihat mu dengan wajah mu yang cemberut seperti itu."

"Ma, mama tahu kan aku tidak ingin menikah," kata Marsha yang mencoba membujuk ibunya kembali.

Clara mendesah pelan. "Sayang, bukankah kau sudah setuju untuk pertemuan ini?"

'Bagaimana tidak setuju, jika papa dan mama selalu memaksa!' batin Marsha.

"Yasudah ayo kita berangkat sekarang, papa sudah menunggu di bawah," ajak Clara. Marsha mengangguk pelan.

***

Marsha dan keluarganya kini sudah tiba di mansion mewah milik Keluarga Geovan. Marsha yang melihat mansion ini pun sempat terkejut karena mansion ini jauh lebih besar dari masion keluarganya. Marsha dan keluarganya mulai turun dari mobil, para pelayan menyambut ramah kedatangan Marsha dan keluarganya.

"Mario," panggil Lukas saat melihat Mario.

"Lukas," Mario langsung memeluk Lukas.

"Ini putri mu?" tanya Lukas.

"Ya, ini Marsha Nicholas putri ku," jawab Mario.

"Marsha, kau cantik sekali sayang.." Veronica sejak tadi tidak berhenti menatap Marsha yang sangat cantik.

Marsha tersenyum "Apa kabar paman dan bibi?"

"Kami semua baik sayang," jawab Veonica.

"Kau sangat cantik Marsha," puji Lukas.

"Terimakasih paman."

"Lebih baik kita masuk," kata Veronica. Kemudian mereka semua berjalan masuk ke dalam mansion. Saat Veronica melihat salah satu pelayannya, dia meminta untuk pelayan memanggil William.

"Marsha, kau masih kuliah kan?" tanya Veronia dengan tatapan lembut pada Marsha.

Marsha mengangguk dan tersenyum, "Masih bibi, saat ini aku smester lima."

"Apa rencanamu setelah lulus kuliah nanti Marsha?" tanya Lukas.

"Karena aku berencana untuk membuka perusahaan event organizer paman tapi mungkin bisa berubah. Aku belum memastikannya," jawab Marsha.

Lukas tersenyum. "Hebat kalau kau sudah berniat membuka bisnis sendiri."

Obrolan mereka terhenti, ketika sosok pria tampan, dengan tubuh tegap dan atletis menuruni tangga. Semua orang pun menatap sosok pria itu sambil tersenyum.

Marsha mengernyitkan dahinya saat melihat sosok pria tampan itu, dia tidak henti mentap pria tampan itu yang melangkah mendekat.

Veronica tersenyum ke arah putranya. "William sayang.. perkenalkan ini Marsha," kata Veronica yang memperkenalkan Marsha. "Sedangkan di sebelah Marsha adalah Paman Mario dan juga Bibi Clara," lanjutnya.

'Jadi pria itu bernama William,' batin Marsha. Namun, tiba-tiba mata Marsha membulat sempurna, saat menatap pria yang bernama William.

"Astaga dia!" Marsha terkejut saat melihat William.

William yang merasa terus di tatap oleh gadis di hadapannya, dia memincingkan matanya menatap gadis yang berada di hadapannya itu. "Gadis itu?" William terkejut saat melihat gadis yang berada di hadapanya itu.

"William duduk lah dulu," pinta Lukas dan William langsung duduk tepat di samping Veronica.

"William, jadi papa sudah memutuskan kalian akan menikah satu minggu lagi," ujar Lukas yang sontak membuat Marsha dan William terkejut.

"Pa, apa tidak terlalu cepat?" seru William yang berusaha menahan emosinya.

"Tidak, ini semua sudah di atur," tukas Lukas tegas.

"Bukan begitu Mario?" Lukas kini mengalihkan pandangannya menatap Mario.

Mario mengangguk. "Benar, kami sudah menyiapkan pernikahan kalian."

'Apa-apaan ini kenapa aku akan menikah satu minggu lagi,' batin Marsha.

Mendengar dirinya akan menikah satu minggu lagi, benar-benar membuat Marsha seperti tersambar petir. Bahkan ayah dan ibunya tidak mengatakan apa pun pada dirinya. Entah kenapa Marsha merutuki kebodohannya yang mau bertemu dengan keluarga dari pria yang dijodohkan olehnya. Jika Marsha tahu orang tuanya sudah menyetujui mereka akan menikah satu minggu lagi, sudah pasti Marsha akan melarikan diri.

"Paman dan bibi, maaf boleh aku berbicara sebentar dengan Marsha?" kata William menatap Mario dan Clara.

Lukas dan Veronica tersenyum saat mendengar William ingin mengobrol dengan Marsha.

"Tentu boleh, kau akan menjadi suaminya," jawab Clara.

"Marsha, pergilah dengan William. Dia ingin mengobrol dengan mu," kata Mario.

Marsha menghela napas dalam dan langsung beranjak dari tempat duduknya. Lalu mengikuti William menuju taman di mansionnya.

"Jadi kau Marsha?" seru William yang kini sudah tiba di taman belakang mansion keluarganya.

"Astaga Paman, aku tidak tahu kalau kau itu William.." kata Marsha yang membuat William langsung menatap tajam dirinya.

Marsha berdecak kesal. "Kau itu lebih tua dariku. Jadi aku memanggilmu dengan sebutan paman."

"Panggil aku William," tukas William dingin.

Marsha mendengus. "Baiklah, William. Maaf telah merusak bajumu. Sungguh aku tidak sengaja."

"Lupakan masalah bajuku gadis kecil! Jika lain kali kau menabrakku dengan kuemu lagi, lihatlah aku akan melemparmu dari sini!" desis William tajam.

"Tenanglah aku akan berhati-hati." balas Marsha. "Yasudah, apa yang ingin kau bicarakan. Kenapa kau membawa ku kesini?" tanya Marsha dengan wajah kesal.

"Aku ingin bertanya dengan mu, apa kau menginginkan perjodohan ini?" tanya Willam sambil menatap lekat Marsha yang berdiri di hadapannya.

"Aku ini masih muda, siapa yang ingin dijodohkan denganmu. Terlebih usia kita berbeda jauh," balas Marsha sinis.

"Kau tidak menyukai perjodohan ini? harusnya kau bangga akan menjadi Nyonya Geovan," ujar William yang masih tidak percaya ada gadis yang menolaknya. Dalam hidup William tidak pernah di tolak oleh gadis mana pun.

Marsha membuang napas kasar. "Aku tidak perduli dengan itu. Memangnya siapa yang menginginkan menikah muda."

William masih tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh gadis kecil di hadapannya ini. Gadis yang ternyata menabraknya kemarin dan menumpahkan kuenya ke baju miliknya. Dan kini ternyata gadis kecil itu akan dijodohkan padanya.

William kembali menatap Marsha yang tengah mengalihkan pandangannya, jika di lihat-lihat memang Marsha adalah gadis yang sangat cantik. Itulah yang di pikir oleh William, Tapi tetap saja, William tidak pernah memiliki pasangan seorang gadis kecil seperti Marsha.

"Jadi kau ini tidak suka dengan perjodohan ini?" tanya William kembali.

"Tentu, jika aku bisa melarikan diri dan menghindar dari perjodohan ini. Percaya lah aku akan melakukannya," jawab Marsha meyakinkan.

William menyeringai, "Good, kalau begitu kita buat kesepakatan."

"Kesepakatan?" Marsha mengerutkan dahinya. Dia sedikit bingung dengan ucapan William.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 528 – TA S2 - Ending Scene (TAMAT)

    Beberapa bulan kemudian... Tokyo, Japan... "Selena... Miracle... Hati-hati, jangan melempar bola salju seperti itu," seru Marsha memberikan peringatan pada kedua putrinya itu, yang tengah bermain salju. "Sean, jaga kedua adikmu. Jangan sampai mereka terluka," lanjutnya yang sedikit berteriak memperingatkan putra sulungnya itu, yang juga ikut bermain salju dengan Selena dan Miracle. "Sayang, Sean akan menjaga Selena dan Miracle dengan baik. Kau tenang saja," William merengkuh bahu Marsha seraya mengecup kening Marsha. "Lihatlah, Dominic masih tertidur pulas, meski tadi suaramu kencang. Tapi dia tetap tenang," ujarnya yang kini melihat ke arah Dominic yang tengah dalam pelukan Marsha. Marsha mendesah pelan, kemudian dia menatap Dominic yang masih tertidur pulas. Beruntung, putra bungsunya itu, tidak terbangun karena mendengar suaranya yang sedikit kencang memperingati ketiga anaknya. Ya, waktu berjalan begitu cepat. Kini Dominic berusia delapan bulan. William dan Marsha, sengaja men

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 527 – TA S2 - Extra Chapter V

    Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Marsha meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi laki-lakinya. Persalinan berjalan dengan lancar. Anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. William selalu mencium Marsha selama proses persalinan. Kebahagiaan William dan Marsha kini benar-benar begitu lengkap ketika mengetahui anak keempat mereka adalah laki-laki. "Nyonya Marsha, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungkin itu ke dalam gendongan Marsha. Sesaat William menatap Marsha dengan tatapan yang begitu bahagia. Tidak pernah terpikir dalam hidup mereka, akan kembali merasakan kebahagiaan ini lagi."Dia mirip dengan Sean saat bayi," ucap William di telinga Marsha seraya memberikan banyak kecupan dipipi istrinya itu. "Terima kasih, sayang. Terima kasih telah memberikanku hadiah yang luar biasa."Marsha tersenyum dia terus mengusap lembut kepala bayi laki-lakinya itu. "Aku juga sangat bahagia, William. Melahirkan buah cinta kita adala

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 526 – TA S2 - Extra Chapter IV

    Marsha mematut cermin. Tubuhnya kini telah terbalut dress khusus wanita hamil yang membuat Marsha sangat nyaman. Ya, lagi dan lagi Marsha mengalami kenaikan berat badan cukup drastis. Berkali-kali suaminya mengatakan dirinya sangat cantik dan seksi saat hamil, namun Marsha tentu tidak akan percaya. Bagaimana tidak? Setiap kali Marsha menatap ke cermin, dia selalu melihat tubuhnya tampak begitu besar. Beruntung, kali ini adalah kehamilan yang terakhirnya. Memiliki empat anak sudah lebih dari cukup bagi Marsha. Padahal dulu, dia hanya menginginkan dua anak saja. Tapi William tidak akan pernah mau jika hanya dua anak. Bahkan hingga detik ini, William selalu meminta untuk kembali menambah anak. Marsha benar-benar tidak habis pikir dengan keinginan sang suami. "Setelah melahirkan, aku harus berolah raga. Aku tidak ingin gemuk seperti ini terus," gumam Marsha seraya mengusap perut buncitnya. "Sayang, Mommy sangat mencintaimu. Tenang saja, Mommy tidak akan menyalahkanmu karena kau membuat t

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 525 – TA S2 - Extra Chapter III

    Suara teriakan yang keras membuat Laura yang baru saja menata pajangan di rumahnya, langsung terkejut. Dengan cepat Laura mengalihkan pandangannya, menatap ke arah pintu rumahnya. Seketika Laura mengerutkan keningnya, melihat Lea yang baru saja pulang sekolah, dengan raut wajah yang marah melangkah masuk ke dalam rumah. "Ahg! Kenapa mereka itu menyebalkan sekali! Mereka menggangguku!" seru Lea dengan suara keras kala tiba di rumah. "Sayang? Kau kenapa?" Laura mendekat ke arah Lea, dia langsung mengelus lembut pipi putrinya itu. "Tidak baik, gadis cantik masuk ke dalam rumah dengan wajah yang kesal. Sekarang katakan pada Mommy ada apa dan di mana Ken? Kenapa Ken tidak pulang bersama denganmu?" Lea mendengus, dia mencebikan bibirnya. "Ken masih berada di sekolah. Ada khursus yag harus dia ikuti. Mommy, aku rasanya ingin pindah sekolah saja. Aku tidak mau bersekolah di sekolah yang sama dengan Ka Sean. Aku pusing, Mommy!" Laura menautkan alisnya menatap bingung Lea. "Kenapa, sayang?

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 524 – TA S2 - Extra Chapter II

    "Mommy..." Seorang anak perempuan berusia empat tahun berlari menghampiri Karin yang tengah memasak di dapur. Disusul dengan anak laki-laki yang juga berusia empat tahun, ikut berlari menghampiri Karin. Karin yang baru saja selesai masak, dan hendak meletakan makanan di atas meja, dia langsung mengalihkan pandangannya kala ada yang memanggilnya. Seketika senyum di bibir Karin terukir, melihat kedua anaknya tengah menghampirinya. Dengan cepat Karin langsung membuka tangannya dan memberikan pelukan hangat pada kedua anaknya itu. "Kelvin... Charlotte... Kalian sudah pulang?" Karin memberikan banyak kecupan pada kedua anaknya itu. "Ya, Mommy. Kami sudah pulang," jawab Kelvin dan Charlotte bersamaan seraya memeluk erat tubuh Karin. "Bagaimana hari kalian di sekolah? Apa kalian selalu bersama Selena dan Miracle?" tanya Karin sambil mengelus lembut pipi Kelvin dan Charlotte. Kelvin Frans Geovan dan Charlotte Frans Geovan, anak kembar dari Frans dan Karin yang berusia empat tahun ini ben

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 523 – TA S2 - Extra Chapter I

    Lima Tahun Kemudian..."Astaga, Miracle. Hentikan bermain dengan pisau! Nanti kau terluka, Miracle!" Suara Marsha berseru dengan nada yang keras, agar putri kecilnya itu menghentikan bermain dengan pisau. Vanessa Miracle William Geovan, sejak kecil William mengajarkan bela diri pada Miracle, demi melindungi dirinya sendiri. Tentu William melakukan itu semua karena Miracle tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. William selalu waspada jika suatu saat ada yang berusaha mencelakai putrinya. Namun, Miracle sangat berbeda dengan Selena, saudara kembarnya yang berambut pirang, memiliki sifat yang begitu lemah lembut. Sangat sulit bagi William, mengajarkan Selena bela diri, karena berkali-kali Selena akan selalu terluka. Itu kenapa Willliam lebih memilih menjaga Selena dengan banyak pengawal yang mengikuti putrinya itu. "Mom, aku bisa melempar pisau di papan tepat sasaran. Aku hebat, kan, Mom?" Miracle tersenyum bangga, kala pisau yang dia lempar ke papan, tepat sasaran. Kemudian, dia pun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status