Share

Sekretaris Pengganti

Aku memperhatikan map coklat yang diberikan Maya tadi sore. Satu persatu berkasnya aku keluarkan.

"Maya Vanisha, Aaaaah ... Nama yang cukup keren untuk seorang gadis yang berasal dari kampung." Aku baca CV nya, umurnya baru akan menginjak dua puluh satu tahun ini.

Aku tidak menyangka dia baru berumur dua puluh tapi sudah lulus D3 bahkan sudah pernah bekerja.

Ternyata dia orang yang sangat pintar dalam akademik, dia lulus SMA dengan umur yang sangat muda, 16 tahun. "Waaaw ... hebat sekali di balik penampilannya yang sederhana dan sopan itu ternyata dia adalah orang yang sangat pintar, nilai akademisnya sangat amazing." Aku menatap kagum pada nilai-nilainya yang nyaris sempurna.

Lalu aku beralih pada ijazah D3nya, nilai IPKnya sangat tinggi mendekati 4. Aku semakin salut pada Maya, gak pernah aku sangka penampilannya sederhana, sikapnya yang biasa saja, tidak menyombongkan diri soal latar belakang pendidikannya, ternyata dia itu termasuk anak yang cerdas.

Aku lihat lagi dari pengalaman bekerjanya, dia baru bekerja di satu tempat, aku paham karena dia baru saja lulus sekitar satu setengah tahun yang lalu.

"Biro jasa Mandiri, hmmm ... tapi kenapa hanya enam bulan saja yah bekerjanya dan ini vaklaring tahun kemarin, berarti begitu lulus dia bekerja di sana, apa setahunan ini dia menganggur?" Aku masih berpikir tidak mungkin orang secerdas dia susah mencari pekerjaan, hingga lamunanku buyar oleh suara suamiku.

"Assalamualaikum ...!" Aku dengar suara Mas Firman mengucap salam, dia baru pulang kerja, apa sebaiknya aku sembunyikan saja semua berkas ini.

"Waalaikumsalam ...!" Aku jawab salamnya,

'Waaah gawat nih, Mas Firman udah pulang!' Seketika aku panik, aku takut Mas Firman melihat berkas-berkas ini. Karena aku sangat yakin kalau Mas Firman sampai melihat berkas ini, apalagi sampai mengetahui nilai-nilai akademisnya Maya, aku sangat-sangat yakin dia pasti menawari Maya untuk bekerja dengannya menggantikan posisi Jihan.

Cepat-cepatlah aku bereskan berkas-berkas itu, tapi saking paniknya berkas-berkas itu malah berjatuhan di lantai.

'Aduuuh ... pake jatoh segala lagi!' omelku kemudian aku berjongkok memunguti berkas-berkas itu.

"Maaa ...!" ucap Mas Firman tahu-tahu sudah ada di hadapanku membuatku kaget setengah mati.

"Papa! Kok udah ada di sini lagi?" tanyaku tegang.

"Mamah, serius amat sih, memang lagi apa sih?" tanyanya masih melihatku dengan posisi berjongkok.

"Eeeeuuh ... ini Pa ..." Aku benar-benar gugup segera sebagian berkas aku sembunyikan di belakang punggungku.

"Akuuu ... lagi beresin berkas-berkas ini eeeh ... malah pada jatoh, jadi kan berantakan deh!" jawabku sambil memungut kertas-kertas yang berserakan itu.

"Oooh ..." jawab Mas Firman sambil membuka pakaian kerjanya.

'Apa ini sudah semua yah?' Aku memasukkan lagi ke dalam amplop coklat cepat-cepat takut keburu Mas Firman curiga.

'Oh tidaaak ...! Ada berkas Maya yang tergeletak dekat kaki Mas Firman, gimana nih!' ucapku panik.

'Gimana tuh kertas bisa sampai sana? Bisa kacau nih kalau Mas Firman sampai melihatnya dan memungutnya, aduuuh ... mudah-mudahan dia gak menyadarinya.' Aku sungguh tak tenang, mataku terus menatap ke arah berkas itu.

Begitu selesai membuka semua kancing kemejanya, Mas Firman hendak membuka celana panjangnya, otomatis pandangannya ke arah bawah.

Deg deg! Ini yang aku khawatirkan, aku gak sanggup saat Mas Firman melihat ke arah kertas yang tergeletak di hadapannya.

"Heeeei ... Kertas apa ini?" ucapnya sambil membungkuk dan meraih kertas itu.

'Aduuuh ...!' aku gak sanggup untuk melihatnya.

Aku berpura-pura tidak mendengarnya dan melangkahkan kakiku perlahan.

"Maaa ... Iniii ... berkas punya Maya yah?" tanya suamiku menghentikan langkahku.

"Hehe ... iya Pa!" jawabku , aku

tidak jadi keluar kamar.

Dia membacanya dengan seksama, "Ini nilainya sewaktu SMA yah, pintar juga anak itu, hmm ... Coba saja dia lulusan D3 atau S1 pasti aku rekrut jadi karyawanku!" Syukurlah ternyata itu daftar nilai ijazah SMA nya, aku bisa bernafas lega.

"Iya Pa, aku ke dapur dulu yah, bantuin Bi Inah siapin makan malam!"

"Iya Mah."

Aku bergegas ke dapur, walaupun dadaku masih berdebar, karena kejadian barusan.

Aku siapkan makanan yang telah selesai Bi Inah dan aku masak, aku tata secantik mungkin di atas meja.

"Ayo Pa, kita makan!" Ajakku melihat suamiku menghampiriku.

"Ayo, Deee ... kita makan! Tadi Mamah udah masakin ayam goreng kesenangan kamu!"

"Asyiiik ...!" sorak Tita.

Kami pun menikmati makan malam ini dengan tenang, hingga aku melupakan soal berkas itu.

Aku senang mereka menikmati masakanku, mereka makan dengan lahap.

Tapi sayang ketenangan itu tidak berlangsung lama, saat Maya melewati mereka menuju dapur untuk membuat teh manis.

'Mudah-mudahan Mas Firman tidak memanggilnya!' harapku.

Tapi sayang, semuanya tidak sesuai harapan, Mas Firman malah memanggilnya.

"Mayaa ...!"

"Iya, Pak." Maya langsung menoleh dan menghampiri kami.

"Tadi saya lihat ijazah SMA kamu, nilai kamu bagus-bagus. Kamu pernah kerja apa sebelum kerja di sini?"

"Saya kerja di Biro Jasa, Pak. Sebagai staf administrasi."

'Gawaaat ... Nih, udah pasti ketahuan nih kalau sebenarnya dia lulusan D3 nih!' gerutuku.

"Oooh ... Bagus itu! Berapa lama?"

"Enam bulan Pak."

"Waaah ... berarti kamu nganggur cukup lama yah?"

"Enggak juga Pak, saya baru setahun ini."

"Hah? Bukannya kamu sudah lulus SMA empat tahunan yang lalu kan?"

Aku makin risau, pertanyaan suamiku pasti mengarah ke sana, aku pasrah saja kalau sampai suamiku mengetahuinya.

"Kan saya lanjut kuliah D3 Pak, memang Ibu gak bilang sama Bapak yah?"

Mas Firman beralih menatap ke arahku.

Deg!

'Ini yang aku khawatirkan, lama-lama dia bakalan tahu.'

"Aku lupa bilang sama kamu Pah, heee ...!" Aku hanya tersenyum berusaha menutupi kesalahanku.

"Ya sudah sekarang aku mau lihat ijazah D3 dia, Ma!"

"Baiklah, aku ambil dulu di kamar." Dengan langkah yang gontai aku berjalan menuju kamar mengambil amplop coklat yang tadi sempat mau aku sembunyikan.

"Nih, Pa!" Aku serahkan amplop coklat itu pada Mas Firman.

Mas Firman membuka dan mengeluarkan semua isinya, dan melihatnya dengan teliti.

"Waaaw ... kamu benar-benar gadis yang cerdas, kamu pasti termasuk lulusan terbaik yah!"

Maya hanya tersenyum, sementara aku hanya cemberut mendengar Mas Firman memuji Maya.

"Bagus kalau begitu aku gak usah bingung-bingung lagi cari pengganti Jihan!" ucap Mas Firman tersenyum lebar.

Jleb! Yang aku takutkan akhirnya terjadi, Mas Firman akan menjadikannya sebagai sekretaris pribadi, pengganti Jihan.

"Kamu mau kan jadi sekretaris aku sementara Jihan cuti?" tanya Firman to the point.

"Maksud Bapak, saya akan jadi sekretaris Bapak di kantor?" Maya terlihat gembira, bisa kulihat raut mukanya berubah sumringah.

"Tapi Pa, terus yang ngasuh Tita siapa?" Aku langsung menyela.

"Untuk sementara Bi Inah dulu yah."

"Tapi Pa, Bi Inah itu kan tugasnya udah banyak, kasihan nanti dia kerepotan."

"Mamaa ... dulu sebelum ada Maya juga bukannya Bi Inah yang jagain!"

"Tapi kan ..." Aku masih berusaha menggagalkan usaha Mas Firman untuk menjadikan Maya sebagai sekretarisnya.

"Udah gak ada tapi-tapian, keadaan sudah mendesak Ma, gak ada waktu lagi mencari orang yang bisa gantiin Jihan, gak akan lama Mah, cuma satu bulan kok!"

Sepertinya keputusan suamiku tidak bisa diganggu gugat lagi.

"Iya, baiklah, Pa!" ucapku pasrah.

Kulihat dia menyeringai ke arahku, 'Tungguuu ... apa ini hanya perasaanku saja, kenapa dia tersenyum seperti itu, dia seperti sedang meledekku!'

Aku hanya bisa berdoa semoga semua tidak seperti yang aku pikirkan.

-Bersambung-

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bu Iim
ah dasar bego,ngumpetin berkas aja gak becus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status