Share

Sekretaris Pengganti

Author: Quin Attariz
last update Huling Na-update: 2022-07-11 09:06:05

Aku memperhatikan map coklat yang diberikan Maya tadi sore. Satu persatu berkasnya aku keluarkan.

"Maya Vanisha, Aaaaah ... Nama yang cukup keren untuk seorang gadis yang berasal dari kampung." Aku baca CV nya, umurnya baru akan menginjak dua puluh satu tahun ini.

Aku tidak menyangka dia baru berumur dua puluh tapi sudah lulus D3 bahkan sudah pernah bekerja.

Ternyata dia orang yang sangat pintar dalam akademik, dia lulus SMA dengan umur yang sangat muda, 16 tahun. "Waaaw ... hebat sekali di balik penampilannya yang sederhana dan sopan itu ternyata dia adalah orang yang sangat pintar, nilai akademisnya sangat amazing." Aku menatap kagum pada nilai-nilainya yang nyaris sempurna.

Lalu aku beralih pada ijazah D3nya, nilai IPKnya sangat tinggi mendekati 4. Aku semakin salut pada Maya, gak pernah aku sangka penampilannya sederhana, sikapnya yang biasa saja, tidak menyombongkan diri soal latar belakang pendidikannya, ternyata dia itu termasuk anak yang cerdas.

Aku lihat lagi dari pengalaman bekerjanya, dia baru bekerja di satu tempat, aku paham karena dia baru saja lulus sekitar satu setengah tahun yang lalu.

"Biro jasa Mandiri, hmmm ... tapi kenapa hanya enam bulan saja yah bekerjanya dan ini vaklaring tahun kemarin, berarti begitu lulus dia bekerja di sana, apa setahunan ini dia menganggur?" Aku masih berpikir tidak mungkin orang secerdas dia susah mencari pekerjaan, hingga lamunanku buyar oleh suara suamiku.

"Assalamualaikum ...!" Aku dengar suara Mas Firman mengucap salam, dia baru pulang kerja, apa sebaiknya aku sembunyikan saja semua berkas ini.

"Waalaikumsalam ...!" Aku jawab salamnya,

'Waaah gawat nih, Mas Firman udah pulang!' Seketika aku panik, aku takut Mas Firman melihat berkas-berkas ini. Karena aku sangat yakin kalau Mas Firman sampai melihat berkas ini, apalagi sampai mengetahui nilai-nilai akademisnya Maya, aku sangat-sangat yakin dia pasti menawari Maya untuk bekerja dengannya menggantikan posisi Jihan.

Cepat-cepatlah aku bereskan berkas-berkas itu, tapi saking paniknya berkas-berkas itu malah berjatuhan di lantai.

'Aduuuh ... pake jatoh segala lagi!' omelku kemudian aku berjongkok memunguti berkas-berkas itu.

"Maaa ...!" ucap Mas Firman tahu-tahu sudah ada di hadapanku membuatku kaget setengah mati.

"Papa! Kok udah ada di sini lagi?" tanyaku tegang.

"Mamah, serius amat sih, memang lagi apa sih?" tanyanya masih melihatku dengan posisi berjongkok.

"Eeeeuuh ... ini Pa ..." Aku benar-benar gugup segera sebagian berkas aku sembunyikan di belakang punggungku.

"Akuuu ... lagi beresin berkas-berkas ini eeeh ... malah pada jatoh, jadi kan berantakan deh!" jawabku sambil memungut kertas-kertas yang berserakan itu.

"Oooh ..." jawab Mas Firman sambil membuka pakaian kerjanya.

'Apa ini sudah semua yah?' Aku memasukkan lagi ke dalam amplop coklat cepat-cepat takut keburu Mas Firman curiga.

'Oh tidaaak ...! Ada berkas Maya yang tergeletak dekat kaki Mas Firman, gimana nih!' ucapku panik.

'Gimana tuh kertas bisa sampai sana? Bisa kacau nih kalau Mas Firman sampai melihatnya dan memungutnya, aduuuh ... mudah-mudahan dia gak menyadarinya.' Aku sungguh tak tenang, mataku terus menatap ke arah berkas itu.

Begitu selesai membuka semua kancing kemejanya, Mas Firman hendak membuka celana panjangnya, otomatis pandangannya ke arah bawah.

Deg deg! Ini yang aku khawatirkan, aku gak sanggup saat Mas Firman melihat ke arah kertas yang tergeletak di hadapannya.

"Heeeei ... Kertas apa ini?" ucapnya sambil membungkuk dan meraih kertas itu.

'Aduuuh ...!' aku gak sanggup untuk melihatnya.

Aku berpura-pura tidak mendengarnya dan melangkahkan kakiku perlahan.

"Maaa ... Iniii ... berkas punya Maya yah?" tanya suamiku menghentikan langkahku.

"Hehe ... iya Pa!" jawabku , aku

tidak jadi keluar kamar.

Dia membacanya dengan seksama, "Ini nilainya sewaktu SMA yah, pintar juga anak itu, hmm ... Coba saja dia lulusan D3 atau S1 pasti aku rekrut jadi karyawanku!" Syukurlah ternyata itu daftar nilai ijazah SMA nya, aku bisa bernafas lega.

"Iya Pa, aku ke dapur dulu yah, bantuin Bi Inah siapin makan malam!"

"Iya Mah."

Aku bergegas ke dapur, walaupun dadaku masih berdebar, karena kejadian barusan.

Aku siapkan makanan yang telah selesai Bi Inah dan aku masak, aku tata secantik mungkin di atas meja.

"Ayo Pa, kita makan!" Ajakku melihat suamiku menghampiriku.

"Ayo, Deee ... kita makan! Tadi Mamah udah masakin ayam goreng kesenangan kamu!"

"Asyiiik ...!" sorak Tita.

Kami pun menikmati makan malam ini dengan tenang, hingga aku melupakan soal berkas itu.

Aku senang mereka menikmati masakanku, mereka makan dengan lahap.

Tapi sayang ketenangan itu tidak berlangsung lama, saat Maya melewati mereka menuju dapur untuk membuat teh manis.

'Mudah-mudahan Mas Firman tidak memanggilnya!' harapku.

Tapi sayang, semuanya tidak sesuai harapan, Mas Firman malah memanggilnya.

"Mayaa ...!"

"Iya, Pak." Maya langsung menoleh dan menghampiri kami.

"Tadi saya lihat ijazah SMA kamu, nilai kamu bagus-bagus. Kamu pernah kerja apa sebelum kerja di sini?"

"Saya kerja di Biro Jasa, Pak. Sebagai staf administrasi."

'Gawaaat ... Nih, udah pasti ketahuan nih kalau sebenarnya dia lulusan D3 nih!' gerutuku.

"Oooh ... Bagus itu! Berapa lama?"

"Enam bulan Pak."

"Waaah ... berarti kamu nganggur cukup lama yah?"

"Enggak juga Pak, saya baru setahun ini."

"Hah? Bukannya kamu sudah lulus SMA empat tahunan yang lalu kan?"

Aku makin risau, pertanyaan suamiku pasti mengarah ke sana, aku pasrah saja kalau sampai suamiku mengetahuinya.

"Kan saya lanjut kuliah D3 Pak, memang Ibu gak bilang sama Bapak yah?"

Mas Firman beralih menatap ke arahku.

Deg!

'Ini yang aku khawatirkan, lama-lama dia bakalan tahu.'

"Aku lupa bilang sama kamu Pah, heee ...!" Aku hanya tersenyum berusaha menutupi kesalahanku.

"Ya sudah sekarang aku mau lihat ijazah D3 dia, Ma!"

"Baiklah, aku ambil dulu di kamar." Dengan langkah yang gontai aku berjalan menuju kamar mengambil amplop coklat yang tadi sempat mau aku sembunyikan.

"Nih, Pa!" Aku serahkan amplop coklat itu pada Mas Firman.

Mas Firman membuka dan mengeluarkan semua isinya, dan melihatnya dengan teliti.

"Waaaw ... kamu benar-benar gadis yang cerdas, kamu pasti termasuk lulusan terbaik yah!"

Maya hanya tersenyum, sementara aku hanya cemberut mendengar Mas Firman memuji Maya.

"Bagus kalau begitu aku gak usah bingung-bingung lagi cari pengganti Jihan!" ucap Mas Firman tersenyum lebar.

Jleb! Yang aku takutkan akhirnya terjadi, Mas Firman akan menjadikannya sebagai sekretaris pribadi, pengganti Jihan.

"Kamu mau kan jadi sekretaris aku sementara Jihan cuti?" tanya Firman to the point.

"Maksud Bapak, saya akan jadi sekretaris Bapak di kantor?" Maya terlihat gembira, bisa kulihat raut mukanya berubah sumringah.

"Tapi Pa, terus yang ngasuh Tita siapa?" Aku langsung menyela.

"Untuk sementara Bi Inah dulu yah."

"Tapi Pa, Bi Inah itu kan tugasnya udah banyak, kasihan nanti dia kerepotan."

"Mamaa ... dulu sebelum ada Maya juga bukannya Bi Inah yang jagain!"

"Tapi kan ..." Aku masih berusaha menggagalkan usaha Mas Firman untuk menjadikan Maya sebagai sekretarisnya.

"Udah gak ada tapi-tapian, keadaan sudah mendesak Ma, gak ada waktu lagi mencari orang yang bisa gantiin Jihan, gak akan lama Mah, cuma satu bulan kok!"

Sepertinya keputusan suamiku tidak bisa diganggu gugat lagi.

"Iya, baiklah, Pa!" ucapku pasrah.

Kulihat dia menyeringai ke arahku, 'Tungguuu ... apa ini hanya perasaanku saja, kenapa dia tersenyum seperti itu, dia seperti sedang meledekku!'

Aku hanya bisa berdoa semoga semua tidak seperti yang aku pikirkan.

-Bersambung-

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bu Iim
ah dasar bego,ngumpetin berkas aja gak becus
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Permintaan yang Aneh

    Firlita POVSebulan kemudian ... Aku tak pernah bertemu dengan Pak Willy sesuai kesepakatan. Dia memenuhi janjinya tak menggangguku hingga aku siap menerimanya lagi.Hari ini aku dipanggil oleh HRD, entah apa salahku. Padahal kinerjaku bagus kata managerku."Maaf Nona Firlita, mulai hari ini Nona dipindahkan ke bagian lain," kata Manager HRD."Saya salah apa Pak?" tanyaku, padahal aku sudah mulai nyaman di divisi ini."Nona tidak salah apa-apa, hanya saja Nona lebih dibutuhkan di bagian lain. Silahkan bawa surat ini, dan Nona pergi ke lantai 10"Lantai 10? Bukankah itu lantai khusus ruangan direktur dan direksi yah."Iya selamat yah Nona, Nona terpilih menjadi sekretaris Direktur kami yang baru."Sekretaris Direktur? Beneran ini ... Bahkan aku tidak menguasai pekerjaan sekretaris.Ya sudahlah, dari pada aku tidak bekerja. Aku terima saja."Iya terima kasih Pak, saya tidak menyangka akan dipilih menjadi sekretaris Direktur." Entah aku harus senang, ataukah bimbang ... aku tidak perna

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Dilanjutkan Atau ...

    "Apaaa ... Om Firman ini adalah ..." Belum sempat Fayra selesai dengan ucapannya, Tante Mayra langsung memotongnya, "Iya, dia ayah kandung kamu, Fayra. orang yang selalu kamu tanyakan kini sudah ada di depan kamu!"What! Pak Firman ayahnya Fayra. Waw, waw ... ini jadi makin seru!Kami semua tampak terkejut, Papa Mama pun sama, hanya Firlita saja yang tampak biasa, apa dia sudah tahu yah."Aku baru tahu kemarin!" bisiknya, seolah tahu kalau aku mau menanyakannya."Oh.""Ayaaah ....!!" Fayra langsung memeluk Pak Firman dengan mata berkaca-kaca."Pantas saja aku merasa nyaman bila dekat Om, rupanya memang ada chemistry ayah dan anak di antara kita.""Aku sangat merindukanmu, Ayah! Sejak kecil aku hanya mengetahui namamu saja, wajahmu sjaa aku tidak pernah tahu, ayah! Aku hanya ingin disayang seperti anak-anak lain yang memiliki ayah," Fayra menangis sesenggukan di pelukan Pak Firman."Maafkan aku Nak, ayahmu ini bahkan tidak pernah tahu keberadaan kamu, Mamamu menyembunyikannya dari ayah

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Terungkap Semuanya

    William POVAku memilih untuk menghampiri dulu Firlita di kantor, sedangkan Papa pergi menuju kantor Pak Firman. Kita ingin semuanya clear hari ini juga, agar hidupku lebih tenang tidak terus-menerus diganggu oleh model sialan itu.Aku menuju ruangan divisi keuangan. Aku tahu ke napa dia sampai minta pindah ke sini. Pasti untuk menghindari bertemu denganku.'Itu dia, wanitaku ... sudah satu bulan lebih kamu menghindariku, aku sangat merindukannya.' Sosok perempuan cantik dengan senyum mempesona sosok gadis impianku itu tengah berjalan menuju ruangannya aku pun mengendap-endap di belakangnya.Begitu tiba di dekatnya. Aku langsung tarik tangannya."Hei apa-apaan ini Pak!" protesnya kesal, berusaha menepis tanganku, tapi tenaganya kalah kuat."Ikut saja denganku!" Aku terus menarik tangannya hingga ke depan mobil."Saya tidak mau Pa. Saya mau kerja, baru juga dua hari saya kerja. Jangan buat nama saya jelek di divisi yang baru ini dong!" bentaknya, dia menepis tanganku lagi kali ini deng

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Fakta yang Sesungguhnya

    "Ayo cepat, Willy. Kita hampir terlambat!" ujarku pada William yang tengah menyetir menuju restoran yang telah ditentukan menjadi tempat pertemuan dengan orang yang telah menghubungi mereka kemarin."Sabaaar ... Pa. Ini macet banget." Willy pun kesal karena jalanan hari ini kebetulan sedang macet-macetan kami sampai terjebak di tengah-tengah.Kenapa sih, macet ini gak tahu waktu, kita lagi buru-buru ini malah macet. Aku hanya bisa berkeluh kesah karena mobil hanya maju sedikit demi sedikit.Mudah-mudahan dia mau menunggu kita. Ini sudah hampir pukul 10.00."Ini gara-gara kamu susah banget dibangunin!" makiku, karena kesal William tadi bangun jam 9.00."Maafin aku Pa, semalam aku gak bisa tidur. Aku baru tidur subuh tadi, Pa.""Kamu, Wil!" Percuma juga marahin anak itu, dia memang terkadang susah tidur mungkin memikirkan kehidupan percintaannya yang berantakan."Udah Pa, udah. Tuh mobil di depan udah maju," timpal istriku menenangkanku yang tengah kesal."Maju Wil, cepetan tuh ada jala

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   Kabar yang Mengejutkan

    "Fiir ...! Firlitaaa .. !" Suara itu mengagetkanku, sudah lama aku merindukan dia memanggilku begitu."Iya Pak." Aku masih berusaha menghormatinya sebagai atasanku."Masuklah ke ruanganku. Aku ingin bicara denganmu.""Ma-maaf Pak, sebaiknya kita bicara saja di sini.""Ayolah Fir, sampai kapan kamu akan menghindariku!" Pak Willy mencekal tanganku.Dia seperti tahu saja kalau selama ini aku memang berusaha untuk menghindarinya.Aku celingukan takut ada yang lihat. "Udah masuk saja, gak usah takut gak ada siapa-siapa ini!" Pak Willy menarik tanganku menuju ruanganku."Masuk!" Pak memaksaku masuk dan mengunci pintu."Gak usah dikunci Pak! Disangka orang kita lagi ngapain lagi!" protesku sambil hendak memutar kunci yang masih menempel di lubang kunci."Fiiiir ... jangan bikin aku terus menderita, Fir ... aku putus dari kamu saja bikin hidup aku terpuruk, apalagi melihat kedekatan kamu sama laki-laki itu saja membuatku tambah tersiksa." Sebegitunyakah yang dia rasakan, bukannya seharusnya d

  • Takkan Kubiarkan Kau Merebut Suamiku   kenyataan yang Harus dihadapi Arlita dan Firlita

    Firman POVMalam ini aku baru pulang dari kantor, entah kenapa setelah aku bertemu Mayra tadi siang perasaanku tidak enak.Baru masuk ke rumah aura rumah terasa sangat berbeda. Kulihat istriku hanya duduk di sofa tanpa menyambutku."Waalaikumsalam." Dia menjawab salamku dengan ekspresi datar."Sayaaang... ada apa sih, aku pulang kok cemberut?" godaku sambil mencolek pipinya yang mulus."Gak usah colek-colek segala!" ketus Arlita."Idih galak amat sih, Neng," jawabku sambil bercanda."Udah gak usah bercanda, duduk!" Arlita tampak serius, sikapnya begitu dingin. Ada apa dengan istriku ini kenapa mukanya gak ada manis-manisnya hari ini. Apa aku sudah berbuat salah yah."Pa, Mama sekarang minta Papa jujur! Kenapa Papa gak mau mempertimbangkan permintaan William untuk bersanding sama putri kita, padahal Mama yakin dia sungguh-sungguh mencintai anak kita?" Ini kenapa tiba-tiba Arlita menanyakan hal ini lagi yah? Aneh sekali."Jawab Pa, kenapa diem?""Bukannya Mama sudah tahu alasannya, k

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status