Aku perhatikan terus video itu, Maya tidak lama berada di kamar mungkin hanya sekitar lima menitan, dia keluar membawa gelas yang telah kosong."Aaaah ... Syukurlah, ternyata Maya hanya mengantarkan segelas susu buat Tita!" aku sedikit lega, hanya saja masih ada kejanggalan saat barusan dia keluar dari kamar anakku sepagi ini.Aku tutup lagi, laptop itu. Karena aku hanya penasaran saja pada saat Mas Firman melakukan video call kemarin malam saja.Sebaiknya aku segera keluar dari ruangan ini, agar Mas Firman tidak curiga.Aku segera ke kamar menyiapkan baju kerja untuk suamiku."Sayang, kapan pulang?" tanya Mas Firman yang baru masuk kamar."Barusan.""Tumben pagian pulangnya, kamu udah kangen yah sama suamimu yang ganteng-ganteng ini?" goda suamiku."Pede amat, Paaah ...!""Hahaha ... Aku mandi dulu yah!" Mas Firman tertawa sambil membuka bajunya menyisakan celana boxernya, kemudian melangkah ke kamar mandi."Paaah ... aku mau nanya sesuatu sama Papah, tapi Papah harus jawab jujur?"
Sampai di rumah, Aku terus memikirkan penuturan anakku, aku masih merasa kaget, shock dan juga masih merasa setengah tak percaya.Tita dengan jelas melihat perempuan itu berbuat semaunya pada Mas Firman saat dia sedang tertidur, sayangnya aku belum bisa membuktikannya, kalaupun aku menanyakannya pada suamiku maupun Maya."Aaaaarrrgggh ....!" Aku kesal dan kecewa dengan Maya, aku sudah mengganggapnya seperti pahlawan yang sudah menyelamatkanku, aku memberinya pekerjaan dan mengajaknya tinggal di sini sebagai balasan karena dia telah menolongku, tapiii ... kenapa dia malah seperti ini, seperti pagar makan tanaman, apa dia berusaha mengambil apa yang bukan miliknya, bagaimana kalau Mas Firman juga menyukainya, aku harus bagaimana.Aku hanya bisa memijat pelipisku yang terasa berdenyut, kepalaku terlalu pusing memikirkan ini semua.Aku mengambil ponselku dan menghubungi seseorang. "Pak Iwan, besok tolong ke sini. saya ingin menambahkan beberapa kamera CCTV di rumah saya!""Iya Bu, saya ak
Apaaa ... Maya pernah jadi sekretaris Pak Amir? Tapi kenapa, dia tak pernah bilang sama saya, dia bilang dia sudah menganggur selama setahunan ini? Sejumlah pertanyaan aku lontarkan pada Bu Rossa."Mungkin dia tidak mau skandal dengan suami saya terbongkar, Bu Arlita," lirih Bu Rossa."Maksud Bu Rossa??" Aku kembali terkejut dengan pernyataan Bu Rossa."Iya Bu Arlita, Maya pernah menjalin hubungan asmara dengan suami saya."Deg! Ini yang aku takutkan, Maya ternyata memang perempuan tidak baik."Bagaimana bisa, Bu Rossa, saya tahu sekali Pak Amir itu orang yang sangat baik, bijaksana dan yang pasti sangat setia?" Aku masih belum percaya Pak Amir berselingkuh di belakang Bu Rossa."Pada mulanya memang Maya itu bekerja secara profesional, dia sekretaris yang sangat terampil, segala pekerjaan dengan cepat bisa dia kuasai. Tapi setelah beberapa bulan, saya menemukan beberapa kejanggalan, ketika saya sering menemukan parfum seorang wanita di baju kerja suami saya, bahkan noda lipstik. Kecur
Maya melihatku seperti ketakutan, dia tertunduk."Ada apa Mas, kok berhenti ketawanya, terganggu sama kehadiranku?" sindirku."Apaan sih kamu, Sayang?" jawab Mas Firman seperti merasa tak enak ketika aku tegur."Gak kok, aku lagi ngobrol aja soal tadi di tempat pertemuan dengan beberapa pengusaha, aku ketemu dengan Pak Pedro, pengusaha yang genit suka gangguin pengusaha wanita ataupun sekretaris pengusaha lain, pas dia deketin Maya, Maya dengan beraninya menendang anunya Pak Pedro sampai meringis kesakitan, hahaha ...!" Mas Firman tergelak karena Maya berhasil membuat Pak Pedro jadi kapok genit sama wanita."Oooh ... gitu," jawabku dengan ekspresi datar dan lalu kusambung lagi dengan ucapan yang menohok suami dan Maya."Tapi kalau kamu yang genit, bukan hanya aku tendang Mas, aku akan sunat lagi sekalian anunya." Mas Firman langsung berhenti tertawa dan wajahnya langsung pucat."Wiiih ... Mamah kok jadi sadis amat sih!" Mas Firman memegang anunya, sepertinya dia takut aku melakukannya
"Paaah ... hati-hati yah di sana!" ucapku saat Mas Firman memasuki mobilnya diikuti Maya di belakangnya."Bu, saya berangkat dulu yah. Ibu jangan mengkhawatirkan Pak Firman, selama di sana saya akan selalu mendampingi Pak Firman, jadi semua kebutuhannya biar saya yang penuhi," ucap Maya sebelum menaiki mobil kantor yang telah menunggu di depan rumahApa maksudnya ... jangan khawatir, jelaslah aku khawatir! Wong, kamu perginya berduaan saja. Terus maksud kamu, memenuhi kebutuhannya apa, apa termasuk kebutuhan biologisnya. Aku benar-benar kesal mendengar kalimat terakhirnya, seenaknya saja dia berkata demikian."Udah Mah, benar kok kata Maya. Mamah gak usah terlalu mengkhawatirkan aku. Kalau aku butuh apa-apa ada Maya yang siap membantu. Ya sudah aku pamit yah. Kamu baik-baik yah di rumah!" Mas Firman malah mendukungnya lagi membuatku tambah kesal saja, huuu ...!!! Makin besar kepala saja dia, berasa menang didukung Mas Firman."Iya Pah! Awas jangan macam-macam di sana!" Aku berbisik di
"Diaa ... hmm ... salah menginput data perusahaan Mah, semuanya jadi kacau, kita harus mengulang dari awal bulan, mengkoreksi semuanya kan itu butuh waktu Mah," jawab Mas Firman seperti terlihat panik.Kenapa menurutku itu alasan yang tidak masuk akal yah, data apa yang Mas Firman maksud. Aku benar-benar gak habis pikir dengan alasan Mas Firman."Ya tinggal betulin aja, apa susahnya sih, kita kumpulin datanya terus masukin yangg benernya udah beres, kenapa harus marah-marah segala sih!" Giliran aku yang sewot kali ini."Iya Mah, kamu bener. Ya udah Maya, sana kamu ke kamar istirahat sana." "Iya Pak kalau gitu saya permisi, Bu mari!" ucapnya terlihat lemas, Maya pun beringsut ke kamarnya."Paah ... kamu gak bohong kan sama Mamah, sebenarnya apa sih yang terjadi antara Papah sama Maya?" Aku masih belum puas mendengar jawaban Mas Firman."Hmm ... sebenarnya dia telah salah menyetujui perjanjian dengan Pak Pedro soal kerjasamanya dengan perusahaanku, Mah. Padahal aku sudah menolaknya den
Mas Firman pulang dari kantor, mereka memang pulang bersama, tapi tidak ada percakapan sama sekali.Aneh sekali mereka, dari kemarin mereka terlihat acuh, tapi kenapa kata Azra mereka saling berciuman di kantor.Apa mereka sedang bersandiwara kalau sedang di rumah, tapi kalau di kantor sebenarnya mereka dekat bahkan bisa bermesraan.Aku menyapa suamiku seperti biasa, agar tidak kentara kalau aku sedang mencurigainya. Sedangkan pada Maya melihatnya saja aku malas."Sore, Bu!" sapanya terlihat biasa saja, seperti tidak terjadi sesuatu dengan mereka."Sore!" jawabku datar.Maya langsung menuju kamarnya, begitu pun suamiku dia masuk ke kamar kami, untuk berganti baju dan mandi."Gimana kerjaannya Pah, lancar?" tanyaku saat suamiku sedang melucuti pakaiannya."Lancar.""Aku langsung mandi yah, gak kuat gerah!" "Memang gerah sih apalagi kalau udah deket-deket sama yang bening-bening!" aku sengaja menyindirnya apa dia mengerti maksudku."Hah?" Mas Firman terlihat mengerutkan dahinya."Maks
Mas Firman semakin hari semakin mesra padaku, aku juga tidak tahu apa yang menyebabkannya suamiku sedikit demi sedikit berubah, pulang kerja juga gak pernah telat, dan sekarang dia gak pernah lembur, di juga gak pernah bawa kerjaannya lagi ke rumah.Tapi aku senang, bahkan Azra gak pernah memberikan laporannya tentang Mas Firman lagi, mudah-mudahan saja memang waktu itu dia salah lihat.Diantara Mas Firman dan Maya pun masih terjadi perang dingin, mereka masih tidak saling bicara di rumah. Entah ini kabar baik atau kabar buruk bagiku, tapi ada jarak diantara mereka membuat kecurigaanku sedikit berkurang.Aku berusaha berpikiran positif, mungkin Mas Firman berusaha untuk bersikap profesional, kalau di rumah dia menganggap Maya bukan siapa-siapa, kalau di kantor baru mengganggapnya sekretaris.Bahkan di hari libur ini dia mengajak kami jalan bertiga, aaah ... sudah lama rasanya kami tidak jalan bertiga seperti sekarang ini."Asyiiik ... kita berenang Pah!" sorak Tita kegirangan mendenga