Aku membuka baju Mas Firman, sejumlah luka lebam terlihat dari sekujur tubuhnya, akibat pukulan dari Azra yang bertubi-tubi.Meskipun aku kecewa dan marah dengan apa yang sudah dilakukan Mas Firman, melihat Mas Firman terluka begini rasanya aku merasa kasihan dan tak tega membiarkannya hanya terbaring lemas dengan tubuh penuh luka dan lebam.Aku bersihkan luka di wajahnya, darah yang tadi mengucur di pelipis dan yang ada di sudut bibirnya, aku bersihkan dengan memakai kapas yang sudah aku basahi dengan air hangat.Lalu setelah kering aku mengoleskan obat luka di atas lukanya. "Aaaaw ...!" rintih Mas Firman mungkin terasa sedikit perih, karena di bagian itu kulitnya sobek sehingga mengeluarkan darah."Tahan Mas!" Aku oleskan lagi perlahan, "Maaah!" Mas Firman menangkap tanganku yang sedang mengoleskan luka."Makasih Mah, kamu masih perhatian sama aku," ucapnya dengan lirih dan senyuman yang membingkai wajahnya."Kamu jangan seneng dulu, aku ngobatin kamu bukan berarti aku maafin kamu,
POV AzraSepagi ini aku sudah mendapatkan instruksi dari Kak Lita, niatku untuk kembali ke rumah yang kemarin aku datangi harus aku tunda dulu.Ya sudah, aku selesaikan misi dari Kak Lita dulu deh, nanti abis beres dari Surabaya aku akan balik ke rumah itu! Aku belum tuntas menyelidiki siapa perempuan kemarin, entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang tersembunyi dari wajah dan penampilannya yang cantik itu.Aku membawa baju secukupnya, mungkin aku juga gak akan lama di sana, hanya dua sampai tiga harian aku di sana.Aku sudah menelepon Pak Muktar untuk meminta izin untuk gak masuk kantor, hari ini sampai besok, untung dikabulkan karena aku gak pernah minta izin sebelumnya, pasti dikabulkan lagian kinerjaku juga sudah dikenal baik oleh managerku, dia pasti mengira ada sesuatu yang penting makanya dia berani mengizinkanku untuk tidak masuk.Aku pun langsung meluncur ke Bandara, dengan menaiki pesawat bisa lebih cepat sampainya ke Surabaya.Hanya sekitar satu jam setengah aku tiba di Ban
"Oh, iya apa diantara kalian ada yang tahu, kenapa malam itu, Jamal membawakan tamu kotak P3K?" "Saya tahu Pak, saat itu ada tamu yang menelepon, meminta pada kami untuk membawakan kotak P3K, katanya tangannya terluka karena teriris pisau saat dia mengupas buah. Dan saat itu yang membawakan kotak P3K adalah Jamal, Pak," tutur Tony, salah satu roomboy."Keiris buah?" Makin pusing aku, aku belum menemukan benang merahnya nih, semua masih abu-abu.Tapi dipikir-pikir aneh juga yah, masa malam-malam dia mengiris buah? Aku dan Yudha sama-sama mengernyitkan dahi, masih bingung dengan semua ini."Ya sudah kalau begitu, siapa di sini yang kenal dengan Jamal dan tahu di mana rumahnya?" Yudha kembali bertanya."Saya, Pak!" jawab salah satu roomboy yang bernama Ghani."Kamu tahu kenapa dia tiba-tiba berhenti kerja?""Sebenernya dia lagi bingung akhir-akhir ini Pak, dia sebagai butuh banyak uang untuk pengobatan ibunya yang sedang sakit. Saya juga heran malah, dia malah berhenti kerja.""Ooh ...
Aku mendekati Mas Firman tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, mau membela Mas Firman tapi aku belum punya bukti kuat kalau Mas Firman bukan orang yang sudah mengambil kehormatan Maya."Pah, kamu gak apa-apa?" tanyaku."Aku gak apa-apa, Mah." Mas Firman memegang pipinya, sepertinya Mas Firman menahan rasa sakit, kulihat pipinya memerah akibat tamparan tadi."Beraninya Anda menuduh saya, apa buktinya saya sudah mengambil kehormatan anak Anda?" tantang Mas Firman berusaha membela dirinya.Bapak itu mengeluarkan bukti foto yang dari saku celananya."Ini buktinya!" tegasnya memperlihatkan foto pada kami.Sial!! Apa dia sudah mencetak banyak foto itu, sampai orang tuanya pun memiliki foto itu."Tuan mau menyangkal, ini Foto Tuan kan?" tanya pria itu sambil tersenyum miring."Tapi apa Bapak dan Ibu yakin anak Ibu belum pernah tidur dengan laki-laki lain, SELAIN SAYA!" tekan Mas Firman masih berusaha membela dirinya."Kurang ajar! Anda sudah menghina anak saya, memangnya anak saya perempuan j
Ini dia, rumah yang dimasuki Maya kemarin, walaupun baru sekali aku mendatangi rumah ini, tapi aku hapal betul letak rumah ini, apalagi rumah ini saja yang memiliki model klasik mewah dan juga halaman yang sangat luas dibandingkan dengan rumah-rumah lainnya di komplek perumahan ini. Sepii ... banget sih! Aku lihat gak ada satu pun orang di sana yang bisa aku tanya-tanya.Aku akan tunggu sebentar, siapa tahu ada orang yang keluar dari rumah itu.Ada sekitar setengah jam aku menunggu, keluarlah sebuah mobil hitam, itu kan mobil yang kemarin datang pas aku pulang, berarti teman Maya baru saja keluar rumah.Kesempatan nih, aku harus cari seseorang, nah itu dia ada yang menutup pintu pagar, aku harus cepat sebelum dia masuk lagi ke dalam rumah."Paaaak ... permisi Pak, saya boleh tanya sesuatu?" sapaku sebelum dia menutup sepenuhnya pintu pagar."Iya kenapa yah, Mas?" tanya seorang pria mungkin berumur sekitar hampir lima puluhan."Bapak tahu gak teman saya yang namanya Maya, kemarin dia
Aku pun kembali ke apartemenku, tadinya aku ingin langsung memberitahukan Kak Lita soal ini, tapi rasa lelah dan kantuk menderaku. Dari kemarin aku tidak bisa tidur karena masih berusaha mencari keberadaan Jamal di Surabaya.Dan pulangnya aku masih harus menyelidiki ke rumah yang didatangi Maya tempo hari.Ya sudah, aku putuskan untuk beristirahat saja hari ini, mungkin baru besok aku akan ke rumah Kak Lita untuk memberitahu soal ini.*****POV ArlitaBeberapa orang yang tak aku kenal, tiba-tiba datang ke rumahku, "Hei, ada apa ini?" tanyaku di depan pagar, karena Mamat tidak membukakannya, khawatir orang-orang itu akan membuat kerusuhan di dalam rumah."Kami ingin bicara sama suami Anda!" Salah satu diantara mereka berbicara dengan nada keras."Urusan apa, saya tidak mengenal kalian semua!" Aku beranikan diri untuk membentaknya."Ini urusan suami Anda dan saudara kami, Maya yang sudah suami Anda lecehkan, dengan segala rasa hormat, segeralah nikahkan suami Anda dengan Maya, kami tak
"Maafkan Mamah Pah, Mamah sudah menyetujuinya," ucapku lirih dengan mata yang sudah tergenang air mata."Maksud Mamah apa? menyetujui bagaimana, Papah gak ngerti maksud Mamah!" Mas Firman tampak masih bingung dengan semua ucapanku."Tadi ada beberapa orang datang dan meminta Papah untuk segera menikahi Maya, Pah dan dia akan mengancam akan membuat nama kita dan keluarga kita tercemar, Pah tadinya Mamah gak takut, tapiii ... Lalu mereka kembali mengancam dengan memperlihatkan video Maya yang sedang berada dengan Papah Rahman, Pah. Dia sepertinya hendak memberitahu soal kamu yang sudah ... dengan Maya dan aku tidak tega membuat Papah Rahman akan sedih dan sakit hati Mas, makanya aku terpaksa menerima syarat mereka Mas," ucapku tak sanggup menahan air mata yang terus meluncur."Maaah ... apa kamu yakin Mah dengan keputusan kamu untuk merelakan aku menikah dengan Maya.""Aku gak tahu Pah, aku gak tahu harus gimana, aku kalap Pah. Aku takut Papah Rahman kenapa-kenapa, tapiii ... dalam hati
"Ghaaniiii ...!! Kenapa kamu tega banget sama aku, ngapain kamu bawa-bawa Bos ke sini?" geram Jamal menatap Ghani dengan penuh emosi, kesal merasa dibohongi oleh sahabatnya."Ma-maafkan aku Jamal, akuuu ... gak bermaksud untuk membohongi kamu..." Rasa bersalah tersirat dari wajah Ghani."Jamal, kenapa kamu harus marah sama Ghani dia gak salah kok, lagian kenapa kamu harus takut, memangnya kamu sudah berbuat salah apa, sampai begitu marah sama Ghani!!" ujar Yudha membuat Jamal menjadi gelagapan."E-enggak Bos, saya gak pernah berbuat salah." Seketika Jamal merasa kikuk, dia tersudut dengan pertanyaan Yudha."Kalau kamu gak berbuat kesalahan terus kenapa kamu tiba-tiba ngundurin diri dan langsung menghilang begitu saja, padahal katanya kamu lagi butuh uang, ayo jawab yang jujur, Jamal!!" tegas Yudha membuat Jamal semakin tegang bisa kulihat dari wajahnya yang memucat dan sikapnya yang terlihat sangat panik."Saya mau ngobatin ibu saya yang harus segera dioperasi, Pak. Jadi saya terpaksa