Share

Gosip

Author: iva dinata
last update Last Updated: 2022-11-08 21:09:13

Selama dua hari aku izin cuti mengajar. Aku masih butuh waktu untuk menenangkan diri terlebih dulu untuk bisa kembali menjalankan kewajibanku sebagai seorang pendidik.

Di hari ketiga aku sudah lebih tenang dan siap untuk kembali beraktivitas kembali seperti dulu. Meski tidak bisa di pungkiri masih ada rasa sakit hati dan rasa tidak terima yang masih mengganjal di hati dan pikiranku. Aku hanyalah manusia biasa yang kadang sulit untuk memaafkan orang-orang yang dengan sengaja menyakitiku. Namun demi ayah dan ibu aku akan berusaha untuk menunjukkan bahwa aku ikhlas menerima semua kejadian ini.

Setelah selesai sarapan aku pamit untuk berangkat mengajar. Aku akan diantar oleh Zeyn dengan menggunakan motornya sama seperti dulu sebelum aku menikah. Jika selama enam bulan kemarin aku selalu diantar jemput sopir. Tapi kini semua sudah kembali seperti semula.

Ya aku rasa, mungkin aku memang tidak memiliki bakat untuk jadi orang kaya. "Bu, berangkat dulu." Kuambil tangan kanan ibu untuk aku cium lantas beralih ke ayah, kulakukan hal yang sama.

"Hati-hati di jalan. Nanti tidak usah berhenti kalau di tanya sama ibu-ibu yang sedang berkumpul di pos depan," pesan Ibu, "Kamu juga Zeyn, jangan ngebut bawa motornya."

"Siap Ibu negara," sahut Zeyn lalu berjalan keluar lebih dulu dan segera aku susul setelah mengucapkan salam.

Benar, kata ibu kulihat di pos depan ada beberapa ibu-ibu yang sedang berkumpul dan menyapa kami ketika kami lewat. Seperti pesan ibu, aku dan Zeyn Hanya mengangguk saja. Meski tadi aku dengar salah satu dari ibu-ibu itu bertanya. Kenapa aku masih di rumah Ayah.

"Emak-emak rempong jam segini sudah pada ghibahin orang." Terdengar suara Zeyn menggerutu tidak suka dengan ibu-ibu tetangga kami.

"Sudah biarin saja itu bukan urusan kita," kataku menimpalinya.

"Mbak nanti kalau sudah jadi emak-emak jangan kayak gitu! Kayak ibu saja. Setiap hari di rumah, baru keluar rumah kalau ada yang penting saja." Pemuda berumur 18 tahun itu bersikap seperti seorang kakak.

"Iya, Kakak Zeyn." Jawabanku membuatnya tawanya pecah.

Setelah sampai di sekolah aku segera menuju ke ruangan guru. Baru aku duduk di kursi kerjaku Reina datang menghampiri.

"Ada apa sampai minta cuti dua hari?" tanyanya dengan wajah penasaran. "Biasanya kamu gak pernah cuti. Bahkan waktu nikah aja kamu gak ambil cuti lo," tambahnya sambil berbisik.

"Ada hal yang penting yang harus aku lakukan,"

Mendengar jawabanku Reina memicingkan matanya. "Apa ada masalah?"

Aku menghela nafas panjang, Reina ini adalah rekan kerja sekaligus teman kuliahku. Dulu kami sama-sama melamar kerja di sekolah yang sama sebagai guru honorer sambil melanjutkan pendidikan di perguruan yang sama. Sampai akhirnya kami ikut ujian CPNS dan kami sama-sama lolos lalu di tempatkan di sekolah yang sama.

"Iya,"

"Soal suami kamu?" tanyanya menatapku lekat. Aku sedang bersama Reina ketika aku memergoki Mas Arka bersama pacarnya di hotel saat itu kami sedang menghadiri Seminar pelatihan guru sekolah dasar.

"Hemm," Aku mengangguk pasrah, tidak mungkin aku berbohong sama dia.

"Yang sabar ya!" Reina mengelus pundakku untuk memberi semangat.

Reina tidak akan memaksaku bercerita jika aku tidak terlalu menanggapi pertanyaannya. Untuk saat ini aku belum ingin bercerita. Rasanya aku masih sangat malas untuk membicarakan masalah itu.

TRINNGGGGH

Terdengar suara bel berbunyi yang langsung membuat Reina berdiri. "Nanti lanjut lagi," ujarnya lalu berjalan menuju mejanya untuk mengambil tumpukan buku di mejanya.

Aku pun sama, dengan beberapa buku di tangan aku melangkah menuju kelas dimana siswa-siswi yang sudah sangat aku rindukan sejak kemarin munungguku. Mereka adalah anak-anak polos yang mampu membawa banyak keceriaan dan warna dalam hidupku yang kadang monoton.

Terkadang aku merasa lebih nyaman bersama mereka ketimbang bersama teman-teman dan keluargaku sendiri. "Assalamu'alaikum,......" sapaku setelah aku memasuki ruang kelas.

"Wa'alaikum salam Bu Ai....." jawab kompak semua siswa siswi lalu di sambung riuh suara dan tepukan.

"Shuuut,, Tidak boleh ramai. Nanti Ibu Ai dimarahin Bu kepsek."

Mendengar ucapanku anak-anak langsung menaruh tangannya di kepala mereka. "Siap Bu Ai." Kompak mereka.

Rasanya semua masalah yang membelit hidupku langsung terangkat setelah melihat tawa dan celotehan anak-anak didikku. Mereka benar-benar obat yang mujarab untuk semua masalah hidupku.

Seperti biasanya tanpa diperintah salah satu dari mereka berdiri dan memimpin do'a. Setelah selesai do'a, segera aku mulai pelajaran yang sempat tertunda sejak dua hari yang lalu.

Pukul satu siang aku sudah merapikan mejaku dan segera beranjak keluar untuk menuju halte bus tidak jauh dari sekolah tempatku mengajar ini. Di depan gerbang sudah ada Reina yang menungguku.

"Ayo," ucapku, menggandeng tangannya dan berjalan keluar menuju halte.

Sepanjang jalan kami berbincang tentang anak didik kami. Aku memegang kelas 4 sedangkan Reina memegang kelas 5. Kami hanya butuh waktu lima menit untuk menunggu busnya datang. Sekitar 30 menit aku pamit turun lebih dulu pada Reina.

"Mbak Aisyah,"! pekik seorang ibu-ibu yang juga baru turun dari bus yang sama denganku. Ternyata dia adalah salah satu ibu-ibu tetanggaku.

"Baru pulang ngajar Mbak?" tanyanya yang aku jawab dengan anggukan sopan lantas melanjutkan langkahku.

Ku dengar derap langkah mendekat dari arah belakang, sepertinya ibu-ibu yang jika tak salah ingat namanya Tini itu berusaha mensejajarkan langkah kami.

"Mbak Reina sekarang kembali tinggal di rumah Pak Jafar lagi?" tanyanya.

"Iya Bu," Aku mengangguk. Apa ini yang membuat ibu melarangku meladeni Ibu-ibu komplek rumah kami.

"Benar Mbak Reina sudah bercerai?" Kembali wanita berumur sekitar 30 tahunan itu bertanya lagi.

Kueratkan pegangan tanganku pada tali tasku untuk menahan rasa kesal. Mengapa emak-emak komplek itu sangat kepo?

"Mbak, bener Mbak Aisyah diceraikan oleh suami Mbak?" ulangnya dengan wajah kepo.

"Iya Bu," jawabku datar.

"Benar," pekiknya dengan suara keras sampai membuat aku sedikit kaget. Segitu senangnya ada orang cerai, dasar emak-emak.

"Wah jadi benar dong, gosip kalau Mbak Reina di cerai karena selingkuh?" cibirnya dengan ekspresi jijik lalu berjalan cepat meninggalkanku.

"Cih, gayanya saja yang terlihat polos. Tapi perilakunya ngalahin jalang yang sudah puluhan tahun." gerutunya sembari berjalan cepat.

"Astaghfirullah,,"

🌺🌺🌺

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
Ibu itu tadi pagi sarapan mercon campur sambal cabe setan
goodnovel comment avatar
Diajheng Widia
astaghfirullah tuh ibu2 mau dibikin bibir balado kali yaaa... cocote ga ada akhlak
goodnovel comment avatar
Nesty Orienta
Dear Author, sedikit masukan, jangan sering2 typo dlm menuliskan nama tokoh ya, bs dicek lagi sblm dipublish spy pembaca ga bingung/pusing bacanya hehehe.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Talak Setelah Fitnah   🌺🌺🌺

    Sejak pukul lima pagi rumah orang tua Aisyah sudah dipenuhi kesibukan keempat penghuninya. Masing-masing orang sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.Setelah sholat subuh Salma segera memasak beberapa hidangan yang hendak di bawanya ke rumah baru anak dan menantunya. Rendang, garang asem, botok ati ampela dan capjay. Meski semua urusan catering sudah ada IO yang menghandle tapi Salma ingin membuatkan makan kesukaan anak dan menantunya khusus untuk mereka makan sendiri. Melihat itu Aisyah tak mau brdiam diri. Setelah menyiapkan barang-barang yang hendak dibawa Aisyah segera membantu ibunya di dapur. Tak jauh dari dapur, Zeyn dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih mengantuk sedang sibuk memasukkan sembako ke dalam kardus-kardus untuk di bawa ke rumah sang kakak. Setelah Aisyah memberi tahu jika akan pindah rumah, Salma langsung mengajak suaminya untuk pergi ke pasar. Pulang-pulang Salma dan Jafar membawa beberapa kantong plastik berisi sembako dan dua karung beras yang d

  • Talak Setelah Fitnah   Berakhir bahagia.

    Keesokan paginya, Aisyah sudah siap dengan baju dinas coklatnya. Wanita itu duduk di atas ranjang dengan pandangan fokus pada benda persegi canggih yang menampilkan aplikasi pesan. Ia sedang mengetik pesan untuk Anton. [Assalamu'alaikum, Andaru sudah mentransfer uang ke rekeningmu. Untuk soal Meysa, maaf aku tidak bisa membantu. Andaru kekeh pada pendiriannya dengan alasan untuk memberi efek jera pada Meysa agar tidak lagi mengulangi kesalahannya kembali di kemudian hari. Andaru sudah memaafkan kejadian dua tahun lalu tapi tidak kali ini. Aku harap kamu bisa mengerti.] Tulisnya sembari menunggu Andaru mandi. Setelah mengirim pesan segera diletakkannya benda pipih itu lalu berganti menyiapkan kemeja dan jas juga dasi untuk suaminya. Ceklek, pintu kamar terbuka. Andaru masuk kamar dengan memakai kaos putih lengan pendek dan celana pendek hitam. Tangan kekarnya menggosok rambutnya yang basah dengan sehelai handuk putih. Aisyah menoleh, "Duduk sini biar aku bantu keringkan rambut kamu

  • Talak Setelah Fitnah   Tak bisa membujuk Andaru.

    "Untuk apa?" tanya Andaru dengan wajah dan nada tak suka. "Usaha bengkelnya bangkrut." Aisyah menatap Andaru.. "Bulan depan adiknya wisuda. Dia juga sedang terlilit hutang.""Lalu?" ucap Andaru cuek lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Bicaranya sambil tiduran saja, aku lelah sekali." Aisyah menghela nafas panjang melihat reaksi cuek suaminya. Andaru bukan orang yang pendendam tapi jika sudah terlanjur sakit hati akan sulit sekali untuk memaafkan. Tak membantah Aisyah pun ikut naik keatas ranjang dan berbaring di sebelah suaminya. "Adik dan ibunya tidak bersalah, dulu mereka juga sangat baik sama kamu. Tidak bisakah kamu sedikit berbelas kasihan kepada mereka?" Andaru tak menyahut, matanya menatap sendu sang istri. Tak urung hal itu membuat Aisyah kembali menghela nafas. Dia diam sebentar, memikirkan kalimat apa lagi yang akan diucapkannya untuk meluluhkan hati suaminya. "Uangmu kan banyak, bersedekahlah sedikit untuk mengurangi dosa." Sedikit kesal Aisyah berbicara dengan

  • Talak Setelah Fitnah   Berita yang lagi viral.

    Sekarang jam dinding sudah menunjukkan pukul 11 lebih 45 menit. Nampak Aisyah masih sibuk dengan laptop di pangkuannya. Wanita yang sudah memakai piyama tidur itu menggunakan punggung tangannya untuk menutup mulutnya. Entah sudah berapa kali wanita itu menguap. Mata dan tubuhnya sudah memberi sinyal meminta diistirahatkan. Kembali Aisyah mengusap kedua matanya yang sudah berair karena menahan kantuk. "Sedikit lagi," gumamnya lantas jari-jarinya menari di atas keyboard laptop. Tepat pukul sebelas lebih lima puluh lima menit, pertahanannya runtuh. Aisyah sudah tidak sanggup lagi, matanya sudah sangat berat. Segera ia matikan laptop yang sejak tadi berada di pangkuannya lalu di letakkan di atas meja di samping ranjang. "Nunggunya sambil tiduran saja," gumamnya pada diri sendiri. Istri Andaru itu merebahkan tubuhnya dan menutup tubuhnya dengan selimut sebatas dada. Diambilnya ponsel pintarnya dari atas meja. @AyangAndaruHusband[Ayang pulang jam berapa? Kok belum sampai rumah] Aisyah

  • Talak Setelah Fitnah   Permintaan Anton.

    Setelah mendapat laporan dari Edward, Segera Aisyah dengan berjalan menuju teras. Di kursi teras nampak Anton sudah duduk sambil menundukkan kepalanya. Di sisi kirinya berdiri Geri, salah satu anak buah Jago yang memiliki badan tinggi besar dan wajah sangar."Silahkan duduk Bu," Jago menarik kursi agak menjauh dari Doni untuk berjaga-jaga. Sontak Anton mendongakkan kepalanya. "Aisyah...." Laki-laki itu berdiri namun segera di tahan oleh Geri. "Duduk atau keluar dari sini!" sentak Geri yang langsung membuat nyali Anton menciut dan kembali duduk. Aisyah mengangguk lalu duduk di kursi dengan di apit Edward dan Jago di sisi kanan kirinya. "Terima kasih." "Kamu jaga pintu pagar!" perintah Jago pada Joni. "Jangan biarkan siapapun masuk. Jika ada yang menerobos kamu boleh pakai kekerasan." Tambahnya sambil melirik Anton. "Tenang saja, aku benar-benar datang seorang diri," sahut Anton menjelaskan sadar maksud dari ucapan Jago. "Apa yang membawamu datang ke sini? Kamu pasti masih ingat u

  • Talak Setelah Fitnah   Harus tetap waspada.

    Siang ini seperti biasa, Jago sudah bersiap menunggu di depan gerbang sekolah ketika Aisyah selesai mengajar. "Silahkan masuk Bu," ucap Jago setelah membuka pintu belakang mobil. "Terima kasih," balas Aisyah lalu bersiap naik mobil. "Aisyah..." Suara dari seorang pengendara motor yang baru saja menepikan motornya tidak jauh dari mobil Aisyah. Spontan Aisyah menoleh dan mengurungkan niatnya masuk ke dalam mobil. "Anton?" tebalnya mengenali suaranya. "Iya, aku Anton." Laki-laki itu melepas helmnya lalu turun dari motor. "Bisa bicara sebentar," pintanya dengan menakupkan kedua tangannya, memohon. Aisyah mengangguk dan hendak melangkah mendekati Anton. Namun dengan sigap Jago merentangkan tangannya untuk menghalangi Aisyah mendekati laki-laki yang dianggapnya berbahaya. "Maaf Bu, tapi ini adalah perintah Pak Andaru." "Hanya seb...." "Mohon maaf Bu, kami hanya berdua. Ini terlalu beresiko, silahkan masuk!" Jago bersikap tegas lalu memaksa majikannya itu untuk segera masuk kedalam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status