Share

Talak

Setelah sekitar 2 jam perjalanan kami sampai di pelataran rumah orang tuaku. Mas Arka langsung bergegas keluar dan mengambil koperku di bagasi. Tanpa menungguku ia lantas memasuki rumah dengan mengucapkan salam.

Nampak ibu tergopoh-gopoh dari dalam ruang tengah berjalan cepat untuk menyambut kami. "Kok tidak memberitahu dulu kalau mau datang?" tanyanya sambil menyalami Mas Arka. "Biar Ibu bisa buatkan makan kesukaan kamu Nak," sambungnya sambil merangkul lenganku.

Aku hanya bisa tersenyum paksa melihat respon ibu yang terlihat bahagia dengan kedatangan kami.

"Saya datang kesini karena ada hal penting yang saya ingin sampaikan Bu, apakah Ayah ada di rumah?" ujar Mas Arka tanpa basa basi.

"Oh iya iya, Ibu panggilkan sebentar ya! Kalian duduklah dulu,"ucap ibu sambil melirik pada koper yang ada di samping Mas Arka berdiri.

Tak lama ibu kembali bersama Ayah dan Zeyn adik laki-lakiku berjalan mengikuti di belakang mereka. Sepertinya ibu sudah menyadari jika telah terjadi sesuatu antara aku dan Mas Arka sehingga membawa semua keluarga kami keluar.

"Katanya kamu ingin berbicara penting, silahkan!" ucap Ayah setelah kami semua duduk.

"Saya datang kesini untuk mengembalikan Aisyah kepada Ayah Jafar," jawab Mas Arka tanpa basa basi yang langsung membuat ketiga orang itu tertegun. Zeyn dan ayah sontak menajamkan matanya menatapku dan Mas Arka bergantian.

"Apa alasannya kamu ingin mengembalikan putri saya?" tanya Ayah tetap dengan suara tenang.

"Aisyah sudah mengkhianati saya. Dia selingkuh dengan pria lain di belakang saya," jawab Mas Arka lalu melirikku sinis.

"Maksud kamu apa?" tanya Zeyn hendak berdiri namun di tahan oleh ibu. "Jangan sembarangan kamu kalau bicara!" tegurnya tidak tidak terima.

"Duduklah Zeyn!" perintah Ayah tanpa mengalihkan tatapannya pada pria yang duduk di depannya itu. "Kamu punya bukti?" tanya Ayah pada Mas Arka.

"Kalian bisa lihat sendiri kelakuan Aisyah," Mas Arka meletakkan beberapa foto yang tadi juga sempat aku lihat. "Dia berpelukan mesra dengan pria lain masuk ke dalam kamar hotel," sambungnya sembari kembali melirik jijik padaku.

"Saya tidak percaya," sahut ibu tanpa menyentuh bahkan melihat foto-foto yang di tunjukkan Mas Arka.

Hatiku seperti di hujani air es yang seketika membuatku merasa tanang dan terharu, "Itu bukan aku Yah, Bu, Zeyn. Demi Alloh aku tidak pernah berselingkuh," bantahku bersamaan dengan lelehan bening dari sudut mataku.

"Foto bisa di edit, hanya orang bodoh yang langsung percaya pada foto yang tidak tahu dari mana asal usulnya." Zeyn berkomentar sembari mengamati sebuah foto yang di pegangnya. " Aku bahkan bisa mengedit lebih baik dari ini," ujarnya sambil melempar kembali foto ke atas meja.

"Bagaimana dengan Video ini?" Mas Arka menunjukkan layar ponselnya.

"Sudah mau kamu apa?" Ayah bertanya tanpa ingin melihat video yang di tunjukkan Mas Arka.

Segera Mas Arka menurunkan ponselnya lalu memasukkan kembali ke dalam saku kemejanya. "Seperti yang saya katakan tadi," jawabnya menatap Ayah.

"Memulangkan Aisyah artinya kamu sudah menjatuhkan talak padanya?" ujar ayah yang di sambut anggukan oleh Mas Arka. "Sudah kamu pikirkan matang-matang?" tanya Ayah memastikan.

"Sudah. Saya tidak bisa hidup dengan wanita yang sudah berselingkuh dengan pria lain. Apalagi dia sudah masuk hotel. Semua orang juga tahu apa yang akan dilakukan pasangan yang masuk ke kamar hotel,"

Jawaban Mas Arka seperti hujaman panah yang menebus dadaku, sakit. Fitnah dan tuduhan itu benar-benar menyakiti hatiku.

"Hati-hati kamu kalau bicara! Kakakku belum terbukti selingkuh," sungut Zeyn tidak terima.

"Apa kamu tidak melihat semua bukti itu? Kakakmu yang sok polos itu seorang wanita pezinah,"

DUAArrrr...

Wanita pezinah? Kutatap laki-laki yang duduk disampinngku ini. Teganya ia menghinaku seperti ini hanya karena foto dan video yang belum tentu kebenaran.

Selama ini aku selalu menjaga diri dan hatiku agar tetap setia dengan pernikahan kami meski sampai 5 bulan ini kami hanya suami istri di atas kertas, dia sama sekali tidak pernah menyentuhku.

"Jaga ucapamu!" bentak Zeyn dengan rahang yang mengeras. Tubuhnya sudah berdiri hendak melangkah maju namun di tahan oleh Ibu.

"Sudah cukup! Jangan teruskan omongan yang bisa menjadi boomerang untuk dirimu sendiri. Jika memang kamu ingin bercerai dengan putriku. Lakukan!"

"Dia sudah menjatuhkan talak satu padaku tadi di rumahnya yah," ucapku yang dengan bibir gemetar menahan air mata yang mengembun di mataku.

"Benar dan sekarang di saksikan Ayah dan Ibu, saya menjatuhkan talak padamu Aisyah untuk kedua kalinya. Saya ceraikan kamu." Kembali Mas Arka memberikan talak padaku. "Segera saya akan mengurus perceraian kami secara hukum agar status kami jelas."

"Ini bukan talak keduamu tapi talak ketiga kamu," ujar Ayah dengan wajah memerah. "Saya jelaskan kepadamu, talak satumu sudah kamu ucapkan di rumahmu, talak keduamu saat kamu mengatakan mengembalikan Aisyah kepada saya dan ketiga yang barusan kamu ucapkan. Jadi sekarang kalian sudah bukan lagi suami istri menurut agama." Ayah menjelaskan dengan suara tegas.

Nampak Ibu menahan tangisnya, wajahnya memerah, pandangannya menunduk dengan tangan menggenggam erat lengan Zeyn yang nampak emosi.

"Saya mengerti," ucap Mas Arka dengan suara lirih tidak seperti sebelumnya.

"Sekarang kamu bisa pergi dari rumah saya," usir Ayah tanpa basa basi. "Kamu tahu di mana letak pintunya kan?" tambahnya saat Mas Arka hanya terdiam.

Zeyn berontak dari pegangan ibu, "Kenapa masih diam hah? Apa telingamu mendadak tuli?" Dengan kasar Zeyn menarik lengan Mas Arka lantas menyeretnya keluar. "Jangan pernah menginjakkan kakimu di rumah kami jika tidak ingin aku patahkan kakimu," ancamnya lalu menutup pintu rumah kasar.

Suasana menjadi hening setelah mobil Mas Arka meninggal pelataran rumah kami. Zeyn masih berdiri di depan pintu yang sudah tertutup rapat. Sedangkan Ibu dan Ayah juga masih di posisi yang sama seperti tadi.

Aku beranjak bangun dan berlutut di depan Ibu, "Maafkan aku Bu, Yah," Kualihkan pandanganku pada pria paruh baya yang hanya menatap keluar jendela sambil menghela nafas.

"Demi Alloh dan Rosululloh aku tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan." Aku mencium tangan Ibu sambil menangis.

Aku tahu seberapa kecewa mereka padaku. Dan ini pasti akan menjadi aib untuk keluarga kami.

"Ibu percaya sama kamu." Tangan hangatnya membelai rambutku yang seketika memberi rasa hangat dan nyaman di hatiku yang sedang gelisah dan kacau.

"Setelah hari ini Ayah tidak mau melihat kamu menangisi pria itu lagi. Ayah akan meminta pengacara agar mempercepat perceraian kalian," ucap Ayah sebelum beranjak masuk ke dalam kamarnya.

"Rezeki, jodoh, mati adalah rahasia dan ketetapan Alloh. Kamu harus sabar dan ikhlas," tutur Ibu yang membuat tangisku semakin keras. "Sekarang kamu boleh menangis sepuasnya. Tapi mulai besok jangan pernah ada setetes pun air mata kamu untuk pria itu."

Aku menganggukkan kepalaku mengerti lalu meletakkan kepalaku di pangkuan ibu. "Aku janji Bu, setelah hari ini aku tidak akan lagi meratapi dan menyesali pernikahanku."

🌺🌺🌺

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Diajheng Widia
Alhamdulillah kluargamu percaya padamu syaah... benerr.. mulaai besokk jangan pernah lagi ada air mata untuk lelaki model karduss begitu
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
semoga Si Karma cpt datang menyapa Arka dan ibuX..dan menangis darah memohon dan mengemis maaf dri Aisyah..dan menyesal seumur hidupX...
goodnovel comment avatar
Tiger White
anak dan ibu yg gada akhlak ......... smoga karma cepat mnghampiri mereka yg sdh dzolim sm aisyah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status