“Aldi kenapa?” tanyaku heran dengan perubahan drastis pada Aldi.“Teman Ibu laki-laki, maksudnya pengganti Ayah Adnan?” tanya Aldi dengan wajah dingin.Jadi Aldi mengira jika Reno adalah calon pengganti Ayahnya yang baru. Pantas saja dia langsung berubah sikap. Alasannya tidak menyetujui dekat dengan laki-laki lain karena tidak ingin melihatku kecewa untuk yang kedua kalinya.“Aldi sayang, yang memberi hadiah kepada Ibu itu hanya teman lama yang baru pulang dari Qatar. Jadi bukan calon pengganti Ayah yang baru. Aldi tennag saja, Ibu akan berfikir ratusan kali jika ingin memutuskan menikah lagi. Karena Ibu tidak mau kecewa untuk yang kedua kalinya!” ucapku berusaha meyakinkan Aldi. Anak sulungku itu menatapku lekat dan kemudian tersenyum.“Ayo dimakan lagi coklatnya, jangan lupa sisakan untuk adikmu!”Aldi menjawab dengan anggukkan kepala dan kembali melahap coklat yang masih tersisa di tangannya.Sore hari menjelang petang, Mas Akbar sudah bersiap untuk kembali pulang ke tempat asalny
Aku terkejut sekaligus bercampur malu mendengar pertanyaan dari Pak RT. Bisa-bisanya Mas Adnan memfitnahku dan memutar balikan fakta. "Maaf Pak RT, informasi dari mantan Suami Saya itu tidak benar. Justru yang terjadi adalah kebalikannya. Mas Adnan memutar balikan fakta karena kecewa Saya menolak rujuk dengannya!" ucapku berusaha meyakinkan Pak RT.Tak lama berselang, Bik Darmi datang membawakan minuman. Rupanya Bik Darmi mendengar pembicaraanku dengan Pak RT. Setelah meletakkan nampan di atas meja, Bik Darmi meminta izin kepadaku untuk berbicara."Mohon maaf sebelumnya Pak RT, bukan Saya mau ikut campur dengan masalah yang sedang di bicarakan. Tetapi Saya perlu bicara karena ini menyangkut harga diri Bu Aisha!" ucap Bik Darmi seraya menatap ke arah Pak RT dan para keamanan."Silakan, Bik Darmi. Saya juga membutuhkan saksi untuk memastikan kebenaran masalah yang di sampaikan dari pihak Pak Adnan dan Bu Aisha!" ujar Pak RT dengan bijak.Bik Darmi menceritakan kejadian yang sebenarnya
Mas Adnan terlihat gugup mendapatkan pertanyaan dariku. Wajahnya nampak sedikit pucat."Fitnah apa, Aisha? Aku tidak memfitnahmu!" elaknya."Kamu tidak usah mengelak lagi, Mas. Aku datang kesini untuk memperingatkanmu agar jangan sampai menyebarkan kabar berita yang tidak benar tentangku!" hardikku sambil menatapnya tajam."Mungkin karena Aku mabuk, jadi tidak ingat kejadian semalam, Aisha!" sanggah Mas Adnan lagi."Tidak usah menyangkal, buktinya sudah jelas. Saat ini Aku maafkan. Tetapi jika Kamu melakukannya lagi, Aku tidak segan-segan melaporkanmu ke Polisi!" ancamku."Dasar wanita sombong, seenaknya mau melaporkan ke Polisi. Apa Kamu tega melaporkan Ayah dari anakmu ke Polisi?" bentak Mas Irwan yang datang secara tiba-tiba."Kenapa tidak tega? dia juga tega menfitnahku di depan orang-orang?" Aku balik bertanya kepada Mas Irwan. "Dasar wanita keras kepala, pantas saja Adikku mencari penggantimu. Aku doakan selamanya Kamu tidak akan mendapatkan pengganti Adikku!" sumpah serapah kel
Aku bangkit dari tempat tidur karena begitu terkejut dengan informasi yang di sampaikan Mas Akbar. Bagaimana bisa Mas Adnan mengarang cerita kalau Aku ingin rujuk dengannya? Aku tidak habis fikir dengan jalan fikirannya. Apa otaknya sudah bergeser sejak bercerai denganku?"Mas Akbar, ucapan Mas Adnan itu sama sekali tidak benar. Aku tidak pernah berkata ingin rujuk dengannya. Kami sudah tidak bertemu dan berkomunikasi sejak nomornya Aku blokir!" ucapku menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya."Serius, Dek? wah..nampaknya mantan Suamimu itu sudah tidak waras!" timpal Mas Akbar."Sepertinya dia menelpon Mas Akbar saat di sedang mabuk berat. Kapan memangnya Mas Adnan menghubungi Mas?""Kemarin malam," "Kemarin malam juga Mas Adnan membuat kegaduhan di depan gerbang rumah Adek. Dia berteriak memaki memanggil Adek wanita murahan. Rupanya dia mengetahui ada Reno berkunjung ke rumah!""Ya Tuhan...lalu, apa lagi yang dia lakukan?" "Adek tidak berani keluar rumah dan meminta bantuan Pak RT
Aku terbangun, saat mendengar lantunan ayat suci Al-Qur’an di telinga. Tubuhku tidak bereaksi seperti saat tadi mendengar lantunan shalawat. Bahkan kini terasa menenangkan hati. Aku perlahan membuka kedua mata. Cahaya yang begitu terang menerpa penglihatan, hingga kembali kupejamkan mata.“Aisha, Kamu sudah sadar?” bisik seseorang yang Aku kenal. Itu suara Alma. Aku kembali berusaha membuka mata dan kali ini cahaya bersinar tidak terlalu terang. Penglihatan yang semula kabur, kini jelas terlihat.“Alma, apa yang terjadi? Aku dimana?” tanyaku lirih. Alma nampak tersenyum kepadaku. Tangannya meraih gelas berisi minuman berwarna pekat. Dia membantuku untuk meminumnya. Meneguk sedikit demi sedikit, minuman yang terasa manis di lidah. Tubuhku rasanya begitu lemah, seperti habis melakukan aktivitas yang berat.“Kamu tadi pingsan, Aisha. Syukurlah, sekarang Kamu sudah sadar!” jawab Alma kembali tersenyum.“Kamu belum jawab pertanyaanku. Kita ada dimana?” tanyaku tidak sabar.“Kita di rumah
Aku tidak mau menduga-duga siapa pelakunya. Benar yang dikatakan Pak Ustadz, khawatirnya akan menjadi fitnah. Apalagi kasus sihir dan sejenisnya itu biasanya tidak ada bukti yang kongkrit. Sekarang yang terpenting Aku sudah terbebas dari sihir itu. Aku bisa mengambil hikmah dari kejadian ini.Kini saatnya Aku kembali menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim yang sudah lama Aku tinggalkan. Alasannya karena Aku sibuk bekerja dan saat libur bekerja disibukkan dengan mengurus kedua anakku.Hari-hari berikutnya, Aku berusaha istiqomah manjalankan kewajibanku mendirikan shalat lima waktu setiap harinya. Selain itu, kini Aku juga rutin mengikuti pengajian bersama Alma. Belakangan baru Aku tahu, Alma mengajakku mengaji dengan alasan ada Ustaz yang membuatnya kesengsem hanyalah siasatnya belaka. Tujuannya agar Aku penasaran dan mengikutinya.Padahal rencananya adalah ingin mengobatiku dengan cara rukiah kepada Pak Ustaz. Aku bersyukur karena di saat jauh dari Kakakku satu-satunya, masih a
“Ren, maaf Aku tinggal sebentar ya. Di depan rumah ada Pak RT yang ingin bertemu!” ucapku berpamitan.Reno mengangguk, menyetujui permintaanku. Aku melangkah menuju pintu gerbang dan membukanya. Betapa terkejutnya Aku saat tidak hanya mandapati Pak RT dan dua orang keamanan, melainkan ada Mas Adnan juga. Aku jadi semakin penasaran, apa yang sebenarnya terjadi?“Maaf Pak RT, ada apa ini?” tanyaku tidak sabar.Pak RT menatap ke arah Mas Adnan sekilas, lalu kembali menatapku. “Mohon maaf sebelumnya Bu Aisha, karena sudah mengganggu waktunya. Saya mendapatkan laporan dari Pak Danang pihak keamanan yang sedang patroli, beliau melihat Pak Adnan sedang menggali tanah dan seperti sedang menguburkan sesuatu di depan gerbang rumah Bu Aisha!” Pak RT akhirnya menjelaskan alasannya ingin bertemu denganku.“Mengubur sesuatu? mengubur apa Pak?” tanyaku fokus pada Pak RT. Aku sama sekali tidak menghiraukan kehadiran Mas Adnan diantara Kami.“Silakan tanyakan langsung pada Pak Adnan, Bu!” jawab Pak
"Tuh kan bener, apa Bibik bilang? Pak Adnan enggak bisa pakai cara kasar, jadi dia pakai cara halus. Naudzubillah, bukannya Bapak katanya dulu marbot, Bu?" tanya Bik Darmi heran."Iya, Bik. Tetapi seiring dengan berjalannya waktu sifat dan sikap seseorang bisa saja berubah. Tergantung dengan kadar keimanannya!" jawabku lirih."Ya sudah Bu, sekarang istirahat saja. Enggak usah banyak fikiran. Bibik senang sekarang Ibu sudah kembali mendekatkan diri kepada Allah. Semoga untuk kedepannya, Allah akan selalu menjaga Ibu dan keluarga dari gangguan orang yang berniat jahat!" harap Bik Darmi dengan wajah tulusnya."Amiin. Terimakasih doanya, Bik. Saya permisi beristirahat dulu ya!" ucapku seraya melangkah menuju kamar. Malam ini mataku sulit untuk terpejam. Bayangan Mas Adnan tadi dengan kilatan amarah di matanya membuatku tidak tenang. Apalagi sebelum pergi dia sempat mengancam. Bagaimana jika dia sungguh-sungguh dengan ancamannya?Namun Aku berusaha meyakinkan diri, jika Kita jangan pernah