Talak di Malam Anniversary

Talak di Malam Anniversary

Oleh:  Irma Juita  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 Peringkat
85Bab
13.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Aisha tidak menyangka, jika di malam Anniversary yang di nantikannya berubah menjadi malam terburuk di dalam hidupnya. Dia memergoki Adnan, Suami yang sangat di cintainya sedang bergumul dengan seorang Wanita. Bukannya merasa bersalah, Adnan malah menjatuhkan talak kepada Aisha. Apa yang selanjutnya akan terjadi kepada Aisha? apakah dia menolak keputusan Adnan atau malah bangkit dan memulai kehidupan baru?

Lihat lebih banyak
Talak di Malam Anniversary Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Zaid Zaza
Keren Banget! Rugi Kalau nggak baca novel di bawah ini! Yok mampir di novel, ROH KAISAR LEGENDARIS.
2024-02-20 14:44:03
1
user avatar
Zaid Zaza
Izin promo ya Thor.
2024-02-20 14:38:52
0
user avatar
Ardhya Rahma
Semangat update, Kak
2023-07-12 19:04:20
0
85 Bab
Bab.1
"Yang, Kamu ada dimana?" tanyaku pada laki-laki yang berstatus Suami melalui pesan berlogo hijau. Kali ini pesanku langsung bercentang dua dan berubah warna, tidak seperti pesan sebelumnya. "Tidak usah banyak tanya, bukan urusanmu!" balas Mas Adnan ketus. Aku terhenyak membaca balasan pesan Mas Adnan. Tidak biasanya dia seperti ini. Mungkin Mas Adnan masih marah kepadaku karena masalah Mas Irwan? "Ya jelas urusanku Mas, karena Kamu itu Suamiku. Ayah dari Adeva, Anak yang setiap hari menanyakan keberadaanmu!" balasku tidak mau kalah. "Kalau Kamu masih menganggapku Suami, apa susahnya Kamu bantu Mas Irwan kasih pinjam sertifikat rumah Kita untuk di gadaikan ke Bank? dia sedang butuh modal untuk usahanya!" balasnya lagi. Ooh...jadi Mas Adnan masih marah karena Aku tidak mau membantu Kakaknya lagi? Aku sudah kapok membantu Kakak Iparku yang satu itu. Dulu pernah dia meminjam BPKB mobilku sebagai jaminan pinjaman modal usahanya. Tetapi baru dua bulan berjalan, dia sudah mogok membayar
Baca selengkapnya
Bab.2
Tubuhku gemetar mendengar suara menjijikan itu, karena salah satunya adalah suara milik Suamiku, Mas Adnan. Rasanya tak percaya, jika orang yang berada di dalam kamar itu adalah Mas Adnan. Laki-laki kedua yang menempati relung hatiku setelah Mas Syarif berpulang.Dadaku bergemuruh menahan amarah yang siap meledak bagaikan bom atom. Ingin rasanya Aku mendobrak pintu kamar Mas Adnan dan melampiaskan amarahku kepada dua insan durjana itu. Tetapi hati kecil seolah berkata, agar tidak mengedepankan emosi yang akan merugikan diriku sendiri.Aku harus punya bukti perbuatan mereka yang akan berguna kelak di kemudian hari. Aku berusaha mengatur nafasku yang terasa sesak, seakan dadaku tertimpa batu yang begitu besar. Perlahan Aku menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya perlahan-lahan. Terus lakukan berulang, hingga Aku merasa sedikit tenang.Aku mengeluarkan ponsel yang berada di dalam tas kerjaku, berniat merekam yang mereka lakukan berdua di kamar. Aku mencoba mengintip dari celah lubang
Baca selengkapnya
Bab.3
Akhirnya, dengan terpaksa Aku beranjak dari tempat tidur. Nikmat sekali rasanya memejamkan mata walau sekejap. Kuseret langkah kaki keluar dari kamar menuju ruang tamu. Aku terkejut, ketika melihat seseorang yang tengah duduk di ruang tamu."Mas Adnan," pekikku.Laki-laki yang baru saja menorehkan luka di hatiku itu menengok dengan wajah datar."Kamu jangan kegeeran dulu, Aku kesini cuma mau mengambil semua barang-barangku." Ucapnya seraya bangkit dari tempat duduk dan berkacak pinggang dengan jumawanya."Siapa juga yang kegeeran? baguslah Kamu datang dan mengambil barang-barangmu. Tadinya kalau Kamu tidak datang mengambilnya, akan Aku buang atau dibakar saja sekalian!" ucapku sinis.Mata mas Adnan melotot mendengar ucapanku. Tanpa banyak bicara, dia melangkah lebar menuju kamar Kami, sementara Aku mengikutinya dari belakang. Mas Adnan mengambil kopernya yang tersimpan di atas lemari. Lalu memasukkan semua pakaian dan barang-barang miliknya. Lebih tepatnya barang pemberian dariku."Ayo
Baca selengkapnya
Bab.4
Aku menuntun Adeva masuk ke kamar dan duduk di atas tempat tidur. Sejak usia tiga tahun, dia memang sudah berpisah kamar denganku. Tujuannya tidak lain agar dia tumbuh menjadi Anak yang lebih mandiri."Ayah enggak pulang, Sayang. Ayah sibuk, karena usaha ayam bakarnya lagi ramai pembeli." Jawabku berbohong, seraya mengelus puncak kepalanya."Terus, kapan Ayah pulang?" tanyanya lagi."Kalau sudah tidak sibuk, secepatnya Ayah akan pulang." Aku berkata seraya tersenyum menghiburnya."Adeva malam ini boleh bobo sama Ibu saja, mau?" tawarku."Yeay, Adeva boleh bobo sama Ibu!" sorak Adeva senang."Tetapi sebelum bobo harus pipis dulu ke kamar mandi ya, biar enggak ngompol!" ucapku seraya tersenyum menggodanya."Adeva sudah tidak ngompol, Bu!" jawabnya polos."Iya deh, Anak Ibu yang cantik ini selain pintar juga sudah tidak mengompol. Tetapi, tetap harus ke toilet dulu ya." Ajakku seraya menurunkannya dari atas tempat tidur.Selesai dari toilet, Adeva naik ke atas tempat tidur sendiri."Bu, A
Baca selengkapnya
Bab.5
Aku mencoba mengingat suara yang ada di telepon itu. Sangat asing di telingaku. Ditambah, nomor ponselnya pun tidak ada dikontakku."Maaf, ini dengan siapa ya? mungkin Anda salah orang!" jawabku dengan suara hati-hati."Mbak Aisha sudah lupa ya? Aku, Sarah. Wanita yang bersama Mas Adnan semalam!" ucap Wanita itu dengan percaya dirinya.Darahku tiba-tiba mendidih setelah mengetahui identitas si penelpon. Dasar pelakor murahan, berani-beraninya dia menghubungi Istri sah dari selingkuhannya."Mau apa Kamu menghubungiku, Wanita murahan? tidak puas Kamu sudah merebut Mas Adnan dariku?" hardikku dengan penuh emosi.Andai saja Aku dan Wanita murahan itu bertatap muka, pasti sudah Aku tampar wajahnya."Puas enggak ya? mungkin untuk saat ini cukup puas. Secara, hubungan Kami baru seumur jagung, tetapi Mas Adnan sudah membelikanku satu unit rumah mewah secara cash, lho Mbak." Wanita itu berkata seolah sengaja memancing emosiku."Oh ya? apa Kamu tahu, selama ini Mas Adnan itu menikah denganku ha
Baca selengkapnya
Bab.6
"Hallo Mbak Aisha. Sendirian aja? kasiaaaaan banget sih!” cibir wanita tidak tahu malu itu kepadaku. Sementara laki-laki bermodal dengkul yang berdiri disampingnya, hanya tersenyum sinis. Aku tidak menanggapi mereka, karena takut terpancing emosi. Aku harus tetap menjaga sikap, karena sedang berada di tempat umum. “Mba Aisha mau kemana? kok buru-buru banget. Enggak mau lihat kemesraan Kita berdua lagi?” ucap wanita itu sedikit berbisik ke arahku. Aku menghindarinya, tidak sudi rasanyaberdekatan dengan wanita kotor sepertinya. “Kamu seharusnya belajar kepada Sarah, bagaimana caranya memuaskan Suami dengan baik!” timpal Mas Adnan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Amarah di dalam hatiku berdebur bagai ombak yang sedang pasang. Siap menerjang benda apapun yang menghalangi jalannya. Aku sudah berusaha bersabar, namun mereka membuat emosi terpancing. Saat Aku akan meluapkan amarahku, terjadi sesuatu hal yang tidak terduga. “Hai guys, ini dia pasangan kumpul kebo yang lagi naik daun. Y
Baca selengkapnya
Bab.7
"Saya kira Mas Adnan sudah menjelaskan kepada Ibu masalah dalam rumah tangga kami," jawabku dengan sopan.Aku sangat menghormati ibu mertuaku, karena sikap beliau selama ini begitu baik."Adnan hanya bilang telah terjadi kesalah pahaman diantara kalian berdua. Itu sebabnya, Ibu datang kesini untuk bertanya langsung kepadamu," jawab Ibu seraya menatapku dengan sorot matanya yang teduh."Kesalah pahaman katanya? Apakah ketika seorang Istri menangkap basah suaminya yang sedang tidur dengan wanita lain itu masih bisa dikatakan kesalah pahaman?" tanyaku kepada Ibu.Wajah ibu sedikit tercengang mendengar pertanyaanku. Berbeda dengan Mas Irwan, dia terlihat biasa saja."A-apa maksudmu Aisha? Adnan berselingkuh?" tanya Ibu seolah tidak percaya anak kesayanganya telah mengkhianati pernikahannya sendiri."Iya Bu. Mas Adnan berselingkuh dengan wanita yang lebih muda dariku. Mereka tidur di ruko tempat usaha Mas Adnan!" tegasku.Kedua netra ibu terlihat mengembun. Sementara wajahnya masih terlihat
Baca selengkapnya
Bab.8
“Mas Adnan? Apa maksud Kamu?” bentakku tak mau kalah.“Kamu bisa berlaku apapun kepadaku. Tetapi tidak kepada Ibu dan Kakakku. Kamu menantu kurang ajar, karena sudah bersikap tidak sopan kepada Ibu Mertuamu sendiri!” ucap Mas Adnan dengan suara bergetar. Nampaknya dia sedang dilanda emosi.“Memangnya apa yang sudah kulakukan kepada Ibu? tidak ada yang salah. Aku hanya menolak permintaan Ibu memberinya jatah bulanan, karena memang sedang membutuhkan banyak uang untuk proses pengajuan perceraian. Itupun Aku sampaikan dengan cara yang sopan, walaupun sebenarnya Aku sempat tersulut emosi karena sikap Mas Irwan!" sanggahku.“Tetapi bukan berarti Kamu bertindak kasar kepada Ibuku, mendorongnya hingga terjatuh!”“Mendorong? siapa bilang Aku mendorong Ibu? Aku masih bisa menahan emosi untuk tidak berbuat kasar, apalagi kepada Ibu yang sudah berusia lanjut. Walau bagaimanapun, Aku masih menghormati beliau!"“Alaah, Kamu tidak usah mengelak. Mas Irwan yang menjadi saksinya. Sekarang Kamu harus
Baca selengkapnya
Bab.9
"Bu Aisha, ini Aku Santi!" teriak seorang perempuan dari luar mobil. Aku menelisik wajahnya, karena penerangan di sekitar kurang begitu terang. Benar, dia adalah Santi salah satu karyawan Mas Adnan.Aku segera melepaskan seat belt dan membuka pintu mobil, menghampiri Santi yang sedang menungguku. "Ibu Aisha apa kabar?" tanya seorang gadis cantik bertubuh ramping itu seraya meraih punggung tanganku dan menciumnya takzim. Sudah menjadi kebiasaan semua karyawan wanita Mas Adnan, mencium tangan ketika bertemu denganku."Alhamdulillah, kabar Ibu baik Santi. Kamu sendiri?" tanyaku penasaran."Kalau kabar Saya kurang baik, Bu. Sudah satu minggu ini Saya dan karyawan lain di rumahkan!" jawab Santi lirih"Dirumahkan? maksudmu, rumah makan ini bangkrut?" Aku terkejut hingga membelalakkan mata."Iya, begitulah Bu. Sepertinya karena video Pak Adnan dan selingkuhannya yang sedang melabrak Ibu viral, berimbas sama pengunjung rumah makan!" jawab Santi dengan wajah sedih."Berarti rumah makan tutup
Baca selengkapnya
Bab. 10
Aku sangat penasaran, siapa gerangan yang bertamu di jam istirahat seperti ini?“Ba-Pak Ad-nan, Bu!” jawab Bik Darmi gugup. Seketika Aku membelalakkan mata dan tanpa sadar menjatuhkan surat dalam genggaman. Dengan sigap Bik Darmi memungutnya dan meletakkan kembali ke tempat sebelumnya.“Apakah Ibu mau menemuinya? jika tidak biar Bibik yang sampaikan kalau Ibu sudah tidur!” ucap Bik Darmi memberikan ide.“Tidak perlu, Bi. Biar Saya temui saja,” Aku menolak ide Bik Darmi.‘Ada perlu apa sebenarnya Mas Adnan menemuiku? apakah dia juga sudah mendapatkan surat panggilan dari Pengadilan Agama?’ batinku.Aku melangkah perlahan menuju ruang tamu, rasa letih yang mendera sebelumnya seketika sirna. Dadaku sedikit bergemuruh jika berkaitan dengan laki-laki yang sudah menorehkan luka di hati. Aku berharap dia tidak membuat masalah lagi seperti tempo hari di telepon. Sesosok laki-laki yang dulu sangat Aku hormati sedang duduk menekur pada sofa yang berada di ruang tamu. Wajahnya sedikit kusut da
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status