Share

Bab.5

Aku mencoba mengingat suara yang ada di telepon itu. Sangat asing di telingaku. Ditambah, nomor ponselnya pun tidak ada dikontakku.

"Maaf, ini dengan siapa ya? mungkin Anda salah orang!" jawabku dengan suara hati-hati.

"Mbak Aisha sudah lupa ya? Aku, Sarah. Wanita yang bersama Mas Adnan semalam!" ucap Wanita itu dengan percaya dirinya.

Darahku tiba-tiba mendidih setelah mengetahui identitas si penelpon. Dasar pelakor murahan, berani-beraninya dia menghubungi Istri sah dari selingkuhannya.

"Mau apa Kamu menghubungiku, Wanita murahan? tidak puas Kamu sudah merebut Mas Adnan dariku?" hardikku dengan penuh emosi.

Andai saja Aku dan Wanita murahan itu bertatap muka, pasti sudah Aku tampar wajahnya.

"Puas enggak ya? mungkin untuk saat ini cukup puas. Secara, hubungan Kami baru seumur jagung, tetapi Mas Adnan sudah membelikanku satu unit rumah mewah secara cash, lho Mbak." Wanita itu berkata seolah sengaja memancing emosiku.

"Oh ya? apa Kamu tahu, selama ini Mas Adnan itu menikah denganku hanya modal dengkul? semua yang di milikinya, tidak lepas dari belas kasihanku. Aku ingin tahu, setelah bercerai dariku apakah dia masih bisa hidup enak? secara Wanita yang mendampinginya sekarang hanya bermodal 'tempe busuk yang menjadi pemikat!" semburku dengan nada berapi-api.

"Apa Kamu bilang, tempe busuk? hei, jangan salah. Kalau memang punyaku itu 'tempe busuk, mana mungkin Mas Adnan ketagihan? asal Mbak tahu ya, Mas Adnan sampai minta di layani empat kali dalam sehari loh!" ucapnya lagi tanpa ada rasa malu sedikitpun.

Jujur, Aku muak mendengar pengakuan Wanita murahan itu. Kenapa dia tidak merasa malu mengumbar aibnya sendiri? padahal laki-laki yang berzina dengannya sudah memiliki berkeluarga.

"Terserah, mau berapa kali dia minta dilayani sama Kamu. Yang jelas sekarang Aku sudah tidak berminat lagi dengan laki-laki tidak tahu diri seperti Mas Adnan. Apalagi setelah tahu dia telah berzina dengan Wanita yang tidak jelas asal-usulnya seperti Kamu. Aku yang sudah sempurna luar dalam saja bisa dia campakkan dengan mudahnya. Apalagi Kamu, Wanita yang hanya bermodalkan 'tempe busuk!!!" teriakku.

Aku segera mematikan sambungan telepon.

Lama-lama dadaku bisa meledak mendengar Wanita itu berbicara. Aku tak habis fikir, kenapa Mas Adnan bisa-bisanya memberikan Wanita murahan itu rumah mewah? sedangkan denganku, dia hanya bisa menadahkan tangannya.

Pantas saja selama ini Aku lihat usahanya sedang maju pesat, tetapi dia tidak pernah sepeser pun memberiku nafkah. Dia hanya sesekali membawa beberapa potong ayam bakar, itupun sisa dari  dagangannya yang tidak habis.

Aku ingat, kala itu terpaksa meminta uang untuk membayar biaya darmawisatanya Aldi sebesar satu juta rupiah. Kebetulan saat itu kartu ATMku sedang bermasalah sehingga tidak bisa menarik uang tunai. Tetapi Mas Adnan beralasan bahwa dia pun sedang banyak pengeluaran, karena baru saja membayar gaji para karyawannya. Tetapi keesokan harinya, dia membawa pulang motor sport yang harganya puluhan juga.

Selama ini Aku tidak mempermasalahkan materi, karena gajiku lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Aku sudah cukup senang Mas Adnan bisa menyalurkan hoby memasak dan ada kegiatan setiap harinya. Sejak dia membuka usaha ayam bakarnya, sudah tidak ada lagi yang mengejeknya dengan sebutan 'dunia terbalik.

Tetapi rupanya kebaikanku selama ini malah menjadi angin segar baginya untuk bermain api di belakangku. Entah apa sebenarnya kekuranganku? padahal selama ini Aku sudah berusaha menjadi Istri yang baik untukknya.

Walaupun Aku sibuk bekerja, tetapi Aku tidak pernah terlambat pulang ke rumah. Pada akhir minggu pun, Aku rela mengorbankan 'me time yang biasa Aku lakukan bersama teman-temanku. Menghabiskan waktu untuk refresing walau hanya sekedar berjalan-jalan ke Mall.

"Siapa yang nelpon, Sha?" pertanyaan Alma membuatku tersadar dari lamunanku.

"Pelakornya Mas Adnan," jawabku lirih.

"Apa? maksudmu, yang barusan telepon itu selingkuhan Mas Adnan?" tanya Alma lagi seolah tidak percaya.

"Iya, namanya Sarah." Aku berkata seraya kembali meletakkan ponsel di atas meja kerjaku.

"Berani sekali dia. Terus, dia bicara apa sama Kamu, Sha?"

"Dia mengucapkan terimakasih kepadaku karena sudah melepas Mas Adnan untuknya!"

"Itu saja?"

"Dia juga bilang, kalau Mas Adnan sudah membelikannya rumah mewah dengan cash!"

Mata Alma terbelalak mendengar ucapanku. Wajahnya tiba-tiba memerah, menahan emosi.

"Dasar laki-laki tidak tahu diri. Seharusnya yang di belikan rumah itu Kamu, bukan Wanita lain. Padahal selama ini Kamu yang sudah berjuang menafkahi keluargamu!" sungut Alma.

"Biarkan saja Al. Mas Adnan bukan laki-laki terbaik untukku. Laki-laki baik, hanya untuk wanita baik-baik!"

"Tetapi Aku tidak rela Kamu di campakkan begitu saja sama Mas Adnan. Kamu harus membalasnya, Sha. Kamu sudah berkorban banyak untuknya. Bisa-bisanya setelah sukses, dia meninggalkanmu begitu saja." sembur Alma masih di liputi emosi.

"Sudah-sudah, jangan ngomel terus. Perasaan Aku yang tersakiti biasa aja, kenapa malah Kamu yang heboh sih?" ledekku seraya terkekeh.

"Aku heran sama Kamu, Sha. Emang Kamu enggak sakit hati di khianati Mas Adnan? Aku tidak menyangka, dia  yang kelihatannya bucin sama Kamu ternyata berhati busuk!" cerocos Alma lagi.

"Sakit hati karena di khianati oleh pasangan sendiri itu manusiawi, Al. Tetapi jangan sampai berlebihan. Aku bersyukur, karena bukan tipe Wanita yang berlarut pada kesedihan. Apalagi setelah tahu kalau dia sudah berkhianat. Pasti Aku akan mudah melupakannya!" sambungku lagi.

"Iya, Aku tahu Kamu. Si Wanita yang paling bisa move on. Tetapi bagaimana nasib Anak-anakmu nanti, Sha? terutama Adeva, dia masih terlalu kecil untuk kehilangan sosok Ayah." Alma berucap seraya menatapku iba.

"Awalnya pasti akan sulit. Tetapi Aku yakin bisa melewatinya!" ucapku lirih.

"Kamu yakin? kalau butuh bantuanku, Kamu jangan sungkan ya, Sha!" ujar Alma.

"Sangat yakin. Terimakasih sahabatku yang baik, Alma si cerewet!" ledekku.

Kami pun tertawa bersama. Aku bersyukur mempunyai sahabat yang begitu peduli kepadaku. Selama ini, Alma menjadi tempat untuk berbagi cerita baik suka maupun duka. Setelah puas berbicara dengan Alma, Aku kembali melanjutkan pekerjaanku. Jam istirahat Kami sudah usai.

Sore harinya setelah menyelesaikan pekerjaan, Aku mengendarai mobilku untuk pulang ke rumah. Tetapi Aku teringat belum berbelanja bulanan. Aku memutuskan mampir ke swalayan yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah.

Biasanya Mas Adnan yang bertugas belanja bulanan. Tetapi mulai saat ini, Aku harus terbiasa tanpanya. Setelah memarkirkan mobil di tempat yang telah tersedia, Aku memasuki swalayan terbesar di kotaku. Suasananya tidak terlalu ramai, sehingga tidak ada antrian di depan kasir seperti biasanya.

Aku bernafas dengan lega, karena hal yang paling tidak disukai saat berbelanja adalah ketika harus mengantri untuk menunggu giliran di depan kasir.

Aku melangkah menuju barang kebutuhan pokok yang terletak di ujung swalayan. Sambil mendorong troli belanjaan, Aku melihat-lihat barang yang akan di beli. Ketika sedang asyik melihat-lihat, mataku tertuju pada pemandangan yang berhasil membuat jantungku berdegub kencang.

Seorang wanita muda, dengan riasan wajah mencolok dan berpakaian seksi sedang bergelayut manja di pundak seorang laki-laki yang sangat Aku kenal. Ya, laki-laki itu adalah Mas Adnan.

Aku memalingkan wajah dan melangkah untuk menghindari mereka. Tetapi kali ini Aku kurang beruntung, karena mereka lebih dulu melihatku....

*****

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
kapan karmanya hadir rumah mewah ntar juga ke jual usahanya ancur kere lagi
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
pantas aja diselingkuhi krn tololnya kebangetan.
goodnovel comment avatar
Revida Anugrah
keren ceritanya....tentang penghianatan seorang suami.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status