Share

Harga Diri

     Marduk dan Marco masih saling menatap hingga keluar kata-kata dari mulut Marduk

“Aku menghargai tawaranmu tapi aku merasa belum saatnya kita bertarung sekarang.”

     Perlahan-lahan urat leher Marco melunak mendengar perkataan Marduk barusan. Leo dengan cepat menundukkan kepala dengan posisi tangan satunya memegang kepala Marco dan menekannya kebawah seraya menunduk bersamanya.

“Kami meminta maaf atas kejadian barusan, kami berjanji untuk tidak melakukannya

lagi.” Setelah Leo meminta maaf.

“Oii apa yang kau lakukan.” Marco bertanya kepada Leo.

“Sudah kau diam saja.” Leo menimpali.

Setelah menyampaikan permintaan maafnya tiba-tiba senior yang di tinju oleh Marco tadi angkat bicara.

“Enak saja kau meminta maaf pokoknya kau dan temanmu yang kurang ajar itu harus diberi pelajaran.”

Dari arah yang tidak terduga muncul kaki terbang yang melayang, beberapa saat kemudian kaki itu.

“Ahhhhhhk.” Leo menjerit seperti anak perempuan yang ketakutan.

     Leo mengira tendangan yang menghujam itu diarahkan kepadanya padahal tidak tendangan keras itu ternyata mendarat di kepala senior yang mengancam Leo dan Marco tadi. Melihat kejadian itu membuat semua orang jadi terkejut.

“Mengapa kau menendangku?” Senior itu bertanya kepada seseorang yang menendangnya dan tidak lama setelah itu ia pun pingsan.

“Inilah yang akan kau dapatkan apabila melakukan sesuatu seenaknya tanpa diperintah.”

Seseorang itu menjawab pertanyaan senior itu.

Seseorang itu adalah Roger si tangan kanan Marduk. Suara gelak tawa  terdengar dari mulut Marco.

“Hahahaha kau ini memalukan sekali ahahaha.” Marco menertawai Leo yang tadinya menjerit seperti anak perempuan.

“Sialan kau Marco.” Leo tertunduk malu.

     Tertawa itu menular Marco yang tadinya tertawa sendiri mulai banyak yang mengikutinya sampai-sampai mengubah suasana yang tadinya serius menjadi lebih santai. Roger kemudian terdiam dan memikirkan betapa menyedihkannya ia ketika tidak di hiraukan sama sekali setelah melakukan sesuatu yang mengejutkan.

“Hei kalian berdua. Cepat bergabung kedalam barisan siswa baru” Roger menyuruh Marco dan Leo pergi dengan nada yang cukup tegas.

     Tidak ada lagi suara yang terdengar semuanya terlihat tertib dan kegiatan ospek pun kembali di lanjutkan. Pembagian kelas pun akhirnya diumumkan oleh senior satu persatu nama disebut beserta kelasnya masing-masing. Jumlah kelas di sekolah ini ada lima yaitu 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, dan 1-5 kelas dua dan tiga juga sama. Tiap-tiap kelas dihuni sebanyak dua puluh orang siswa jadi total satu angkatan adalah seratus orang. Sekolah tingkat menengah  yang ada di distrik neraka memiliki kurikulum yang berbeda  dengan sekolah-sekolah normal diluar sana. SMA di Distrik Neraka hanya mengajarkan tiga mata pelajaran diantara yaitu matematika dasar, pendidikan kemiliteran, dan bahasa asing. Selebihnya yaitu praktek lapangan dimana mereka harus menjadi yang terkuat dari yang terkuat, tidak ada larangan ketat dari pihak sekolah mau itu aturan rambut, sepatu, atribut, dan lain-lain hanya ada satu larangan yaitu jangan pernah membunuh didalam sekolah. Terdengar cukup menyeramkan bagi orang awam tetapi inilah kenyataan yang harus diterima apabila seseorang itu di besarkan di Distrik Neraka.

“Yeahhhh.” Marco terdengar sangat bahagia ketika mendengar pengumuman pembagian kelasnya dimana ia dan Leo kembali bersama.

“Ya ampun.” Leo terlihat biasa saja diluar namun didalam hatinya ia juga merasa senang karena bisa bersama lagi dengan sahabatnya si Marco.

Mereka melakukan tos kemudian berjalan menuju kelas baru di ruangan 1-3 disanalah petualangan baru mereka akan di mulai.

“Selamat pagi semuanya perkenalkan namaku Roberto mulai hari ini kalian berada dalam pengawasanku.” Sosok laki-laki paruh baya memperkenalkan dirinya didepan kelas 1-3.

“Oi oi apa maksudmu hah?” Salah satu siswa bertanya dengan nada yang kurang sopan

“Pertanyaan bagus.” Lelaki itu memuji pertanyaan siswa yang bertanya tadi.

“Kenalilah aku sebagai wali kelas kalian.” Lelaki itu menjawab.

     Tidak ada yang peduli tentang apa yang Roberto katakan. Semuanya hanya sibuk melirik-lirik teman kelas barunya, ada banyak sekali petarung dikelas ini dilihat dari gaya rambut yang acak-acakan dan wajah yang terdapat luka parut permanen seperti bekas irisan dan jahitan. Tatapan mata yang tajam saling mengancam isi kepala mereka hanya satu untuk sekarang ini yaitu sebelum menguasai sekolah ini alangkah baiknya kuasai dulu kelas ini.

“Baiklah mungkin itu saja yang ingin aku sampaikan permisi dan silahkan berkenalan

satu sama lain.” Setelah memperkenalkan diri nya Pak Roberto lalu meninggalkan kelas.

Salah satu meja terjatuh di dalam ruangan ternyata di balik jatuhnya benda itu ada salah seorang  yang sengaja menendangnya. Perhatian seisi ruangan berfokus pada orang itu.

“Apa yang kalian lihat?” Seseorang itu bertanya kepada semua orang yang melihatnya.

“Hah? Sampah sepertimu akan aku bereskan dengan cepat” Salah satu diantara mereka menghampiri orang itu.

“Apa? Kau ingin membereskanku? Ok silahkan saja” Orang itu mempersilahkan.

“ARHHHHH rasakan ini.” Penantang itu tanpa basa-basi langsung menyerang.

     Tidak ada yang sadar mengenai keberadaan dua orang yang memukul tubuh bagian belakang si penantang itu. “Aduhh” Penantang itu merintih kesakitan dan dihadapannya terlihat seseorang yang siap menghantam wajahnya. “Awww” Si penantang itu dihantam pas di wajahnya hingga tidak mampu lagi melawan.

“Kami bertiga adalah The Fang yang akan memimpin kalian semua.” Mereka bertiga memperkenalkan diri.

     Faksi pertama yang memperkenalkan diri di kelas 1-3. Tidak tinggal diam ketika diremehkan semua orang menyerbu The Fang kecuali Marco dan Leo nampaknya mereka berdua tidak tertarik. Kekuatan The Fang ternyata sangat kuat mampu menghabisi tiga belas orang teman kelasnya tetapi hal itu belum cukup untuk menarik perhatian Marco. Dengan sombongnya ketua faksi The Fang menaiki meja guru kemudian memperkenalkan diri.

“Hai kalian para kroco sambutlah pemimpin kelas 1-3 yaitu aku Chucky.”

     Tidak ada yang berani menghentikan Chucky kecuali suara teriakan keras di ruangan sebelah. Beberapa teman kelas Marco menempelkan telinganya di tembok seraya ingin mendengar lebih lanjut tentang suara itu. Beberapa detik kemudian suara itu menghilang dan tiba-tiba saja suara dobrakan pintu terdengar

Gubrakkk…

     Pintu kelas mereka roboh kemudian muncul seseorang. Wajahnya cukup tampan, rambutnya pirang, dan postur tubuhnya lumayan atletis. Perlahan-lahan ia memasuki ruangan kelas 1-3 tidak sendirian lelaki berambut pirang itu membawa pasukan sebanyak tiga puluh tiga orang. Chucky yang sejak dari tadi berdiri di atas meja langsung melompat turun.

“Apa yang kalian inginkan?” Chucky melontarkan pertanyaan kepada mereka.

     Gerombolan itu hanya diam tak bergeming. Raut wajah teman kelas Marco mulai terlihat panik mereka tahu pasti ujung-ujung akan ada perkelahian. Setelah mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin kelas 1-3 Chucky dengan gagah berani menantang ketua gerombolan yang datang mengusik kelasnya untuk berduel.

“Daripada hanya berdiri disana lebih baik kita selesaikan urusan ini satu lawan satu bagaimana?”

“Tawaranmu barusan boleh juga haha.” Si pirang itu menyetujuai permintaan Chucky untuk berduel.

     Ruangan kelas 1-3 dikosongkan tengahnya hanya ada dua orang yang berdiri disana. Chucky kelihatan bersemangat sedangkan lawannya terlihat biasa saja. Tidak ada suara sama sekali semua orang yang ada terlihat serius termasuk Marco yang sejak dari hanya menonton.

     Serangan pertama dilancarkan oleh si pirang berusaha ngincar kepala Chucky dan “Buggg” tepat sasaran. Chucky kemudian membalas menggunakan tijuan kerasnya namun sayang sekali serangan barusan berhasil ditahan menggunakan telapak tangan si pirang itu. Kepalan tangan itu kemudian diremas sangat kuat sehingga Chucky terlihat sangat kesakitan. Tidak mau kalah secepat itu Chucky langsung menendang paha si pirang itu dan akhirnya ia berhasil menggoyahkan kuda-kuda lawannya. Chucky dengan cepat menghantam kaki yang satunya lagi sehingga si pirang itu kesulitan untuk berdiri. Segera ingin mengakhirinya Chucky langsung meninju wajah si piring tetapi lengannya berhasil dicengkram sangat kuat menggunakan dua tangan setelah itu si pirang mencoba untuk berdiri hingga stabil dan yang terjadi selanjutnya adalah si pirang mengangkat tangan Chucky keatas kemudian membantingnya “Pokkk”.

     Chucky akhirnya K.O setelah melawan si pirang. Terdengar suara tepuk tangan di tengah kerumuman semua orang mencari asal suara itu dan akhirnya menemukannya sosok yang bertepuk tangan itu akhirnya muncul di hadapan orang-orang dia adalah Marco.

“Kau kelihatan cukup kuat.” Marco memuji si pirang itu.

“Apa katamu? Cukup kuat hah?” Salah satu anak buah si pirang merasa keberatan.

“Nampaknya kau cukup bernyali.” Si pirang itu terpancing.

“HAHA  tentu saja.” Marco menjawab.

“Kemarilah dan kita selesaikan.” Si pirang itu mengajak Marco.

“Baiklah aku akan meladenimu.” Marco menerima tantangannya.

Marco berusaha naik ke atas meja kemudian melompat turut pas dihadapan si Pirang. Suara dukungan mulai terdengar dari masing-masing kubu.

“Ayo boss hajar si mulut besar itu.”  Anak buah si pirang mulai mendukung.

“Ayo Marco jangan sampai mereka merendahkan kita.” Beberapa teman kelas Marco         mulai mendukungnya.

     Tinjuan Marco mengenai pelipis si pirang itu hingga membuatnya berdarah. Bukannya serangan langsung si pirang malah melilit leher Marco menggunakan lingkaran tangannya ia berusaha untuk mengunci pergerakan Marco. Setelah berhasil mengunci leher Marco ia kemudian memukul-mukul kepalanya tanpa ampun. Marco berusaha untuk keluar dari perangkap si pirang dengan menarik tangan yang melingkar di lehernya sejak tadi namun sayang Marco mulai kesulitan untuk bernapas. Setelah bosan memukul-mukul kepala, si pirang kemudian melepaskan kuncinya dan mulai menarik rambut Marco dan menghantamkannya ke lututnya. Hidung Marco mengeluarkan darah.

     Gaya bertarung si pirang cukup sadis. Tanpa melihat kebelakang Marco mengarahkan tinjunya ke wajah si piring. Serangan barusan berhasil ia hindari kemudian si pirang memutar balikkan wajah Marco menghadap ke atas, saking kesalnya si pirang itu ia mekul wajah Marco dengan sangat keras “Buggg” serengan barusan tepat mengenai pipi Marco hingga membuat gusi dalam mulutnya berdarah.

“Kurang ajar kau. Coba rasakan iniiiii” Marco berteriak kemudian menghantam wajah si pirang tepat mengenai hidungnya.

“Cuihhh.” Ini sama sekali tidak terasa si pirang menahan rasa sakitnya.

“Ohiya? Coba kau lihat hidungmu sekarang skor kita menjadi satu sama.” Marco menimpali

     Wajah si pirang memerah terbakar api emosi. Tangan si pirang menarik kera baju Marco kemudian ia mulai mengangkat tubuh Marco keatas dan berniat untuk menghempaskannya ke bawah. Tubuh Marco mulai terangkat dan si pirang itu mulai menurunkannya lagi dengan cepat kebawah lantai untuk di hempaskan, sebelum sampai ke lantai dengan cepat tinjuan Marco meluncur sangat kuat dan cepat seperti roker.

“Rasakan ini bajingan AHHHHHHHMPER CUT.” Marco meneriakkan nama jurusnya.

Serangan Marco mendarat mulus di bawah dagu si pirang itu dan

“UHHHHHHGGG” si pirang itu merintih kesakitan.

Umpercut berhasil menumbangkan si pirang sedangkan Marco jatuh ke lantai dengan keras. Sebelum mereka berdua tidak sadarkan diri Marco menanyakan sesuatu kepada si pirang.

“Aku akan mengingat pertarungan ini dalam hidupku. Kalau boleh tahu siapa namamu?” Setelah menyampaikan pesannya  Marco langsung menutup matanya perlahan-lahan.

“Namaku adalah Felixxxx simpan nama itu dalam kepalamu.” Setelah menjawab pertanyaan Marco si pirang itu kemudian pingsan.

     Akhirnya terungkap nama si pirang itu. Namanya adalah Felix si ketua faksi Tammarin.Sedikit informasi mengenai faksi Tammarin yaitu semua anggotanya diharuskan berambut pirang makanya mereka selalu membawa piloks sebagai pewarna sementara bagi anggota yang baru bergabung.

Melihat sahabatnya terkapar Leo langsung berlari keluar dari kerumunan menuju  ke tempat Marco.

“Permisi, permisi, tolong minggir   Marcooo.  Marcoooo. Apakah kau baik-baik saja?”

“Ayo anak-anak kita angkat bos Felix keluar dari sini” Salah satu anak buah Felix memberikan instruksi untuk menggotong Felix keluar dari kelas 1-3.

To be continued…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status