Leo mendekati Marco lalu ia memegang pundak sahabatnya.
“Jangan ada acara lari-larian lagi.”
“Huft, baiklah.” Marco melunak.
Kedua sudut di ujung bibir Leo melengkung, akhirnya beban pikiran yang selama ini ia bawa kamana-mana akan segera di tumpah ruahkan. Sehari saja tidak bersama Marco hidup yang ia jalani terasa hambar. Sederet pertanyaan serius pun mulai mengantri di kepalanya. Mulai dari “Dari mana saja kau kemarin lalu?” juga “Apa yang telah terjadi padamu?” dan masih banyak lagi. Leo sudah tidak sabar menanyakannya.
Perlahan-lahan lututnya menekuk hingga ia duduk. Bola mata Leo menyudut kearah Marco. Mulutnya terbuka seakan-akan ingin segera bicara, disusul suara dari kerongkongan yang kemudian keluar menjadi sebuah kalimat.
“Sekarang dunia ini sudah berubah yah?”
“Iya, kau benar.” Jawab Marco sambil menatap apa s
Tanpa rem air mata Marco meluncur dari sudut matanya melewati pelipisnya. Beberapa saat legang mereka berdua tidak ada niatan untuk berdiri. Marco masih menikmati kesedihannya sedangkan Leo tersenyum bahagia, ia menganggap misinya telah selesai. Tempat itu tidaklah ramai hanya ada beberapa orang saja yang luntang-lantung di jalanan. “Mau sampai kapan kau menangis hah?” Leo menegur Marco. Tidak ada respon darinya yang ada hanyalah suara tangis yang semakin kencang. “Kalau saja Chucky melihat sekarang mungkin ia akan berubah pikiran untuk tunduk kepadamu hahaha.” Suasananya menjadi cair karena lelucon Leo. “Haha hiks… hiks… hiks…” Marco ikut tertawa walaupun tangisan sendunya masih berlangsung. Kedua tangan Leo menekan tanah ia berusaha bangkit setelah terjatuh akibat pertarungannya dengan Marco. Kedua kakinya bergerak susul-menyusul menuju tempat Marco terbaring, uluran tangan yang ia berikan kepada Marco
Mulut Marco terbuka lebar bersama tangan yang menutupinya agar serangga yang lewat di depan wajahnya tidak masuk, matanya berair setelah menguap. Pagi ini ia sangat mengantuk tetapi semangatnya untuk datang kesekolah tepat waktu jauh lebih tinggi. Tangan kirinya meraba gagang pintu kamar kos lalu di putar. Krekk Cahaya surya yang tadinya terhalang oleh pintu kamar kos Marco kini mulai memenuhi ruangan. Hari Marco disambut oleh mentari yang menyinari bumi setiap hari. Ia pun keluar dari kamar kosnya lalu mengunci pintu kemudian berjalan menuju kamar kos Leo. “Sekarang giliranku untuk membangunkanmu hehe.” Kata Marco sambil menggesesek-gesekan kedua telapak tangannya. Marco berniat untuk mendobrak pintu kamar kos Leo. Beberapa langkah kebelakang ia mengambil ancang-ancang sesampainya pada posisi yang pas ia pun mulai menghitung mundur “3…2…1…” Pintu kamar kos Leo terbuka
Hoammz… Mulut Marco terbuka lebar bersama tangan yang menutupinya agar serangga yang lewat di depan wajahnya tidak terhisap ke dalam, matanya berair setelah menguap. Pagi ini ia sangat mengantuk tetapi semangatnya untuk datang kesekolah tepat waktu jauh lebih tinggi. Tangan kirinya meraba gagang pintu kamar kos lalu di putar.Krekk Cahaya surya yang tadinya terhalang oleh pintu kamar kos Marco kini mulai memenuhi ruangan. Hari Marco disambut oleh mentari yang menyinari bumi setiap hari. Ia pun keluar dari kamar kosnya lalu mengunci pintu kemudian berjalan menuju kamar kos Leo.“Sekarang giliranku untuk membangunkanmu hehe.” Kata Marco sambil menggesesek-gesekan kedua telapak tangannya. Marco berniat untuk mendobrak pintu kamar kos Leo. Beberapa langkah kebelakang ia mengambil ancang-ancang sesampainya pada posisi yang pas ia pun mulai menghitung mundur“3&he
Ouchh Marco merintih sementara Dory tersenyum puas. Sepertinya pertarungan di antara mereka berat sebelah Marco yang sudah kewalahan ketika melawan tiga puluh orang anak buah Dory dan Rico membuatnya bertarung melawan Dory tidak dalam performa terbaik. Nampaknya tinjuan keras Dory membentur gusinya dengan keras terlihat ketika Marco meludah air liurnya keluar bersama darah. Satu serangan masuk belum cukup bagi Dory untuk memuaskan hasratnya. Dengan cepat Dory memulai serangan tapi sayang timingnya kurang pas sehingga Marco dapat menghindarinya. Mata Marco tidak berkedip sedetik pun ia fokus memperhatikan gaya bertarung Dory menurutnya gaya bertarung musuhnya kali ini lebih sembrono tetapi celah untuk menyerangnya sulit di temukan. Sebisa mungkin Marco menghindari serangan Dory walaupun tidak semuanya. Tangan yang di gunakan Marco menangkis sudah tidak kuat lagi sama rasanya ketika menangkis balok kayu kekuatan tangan Dory ia akui sangat. Mata Marco melotot
“Selanjutnya kita akan menyelamatkan Chucky.” Marco menghampiri Leo.“Iya.” Leo mengiyakannya.“Kalau begitu ayo.” Marco beranjak dari tempat itu.“Oii oii tunggu dulu.” Leo memanggil Marco yang lebih dulu pergi meninggalkannya.“Ada apa lagi hah?” Marco menoleh kebelakang.“Kau tahu mereka membawanya kemana?” Tanya Leo.“Hmm…ehhh.” Marco menggaruk-garuk kepalanya.“Kau tahu atau tidak?” Leo menekankan pertanyaannya.“Hehe” Marco menggeleng sambil cengengesan.Leo yang melihatnya menepuk dahi.“Sudah ku duga. Jadi rencanamu apa? Mencarinya asal-asalan?” Leo kembali bertanya.“Kau ini banyak tanya arghh.” Marco cemberut.“Hahaha.” Leo tertawa melihatnya. Mereka berdua duduk di samping lawan yang telah mereka kalahkan. Leo memu
Seperti biasa Leo dengan akal bulusnya menawarkan ide yang menarik untuk di lakukan. Soal kecerdasan Leo memang di atas rata-rata ketimbang Marco yang hanya mengandalkan otot. Kedua tangan Rico dan Dory di ikat rencananya mereka akan di jadikan sandra untuk menukarkannya dengan Chucky.“Kita tidak akan kemana-mana sampai ada di antara anak buah mereka yang datang .” Ujar Leo“Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang rencanakan tapi baiklah.” Marco menuruti perkataan Leo sambil mengangguk.Tidak ada tanda-tanda dari pihak lawan selama lima belas menit membuat Marco merasa bosan.“Tidak ada perkembangan dari rencanamu ini.” Tukas Leo.“Cihh.” Leo memasang wajah kesal.Orang-orang yang lewat mulai memperhatikan mereka kalau sana ini di kota Avesta mereka pasti sudah di tangkap oleh aparat tapi ini Distrik Neraka kekerasan di tempat umum lumrah terjadi. Salah satu sandra mereka menggeliat, Ri
“Aku akan… meminta pendapatmu dulu Leo hehe.” Apa yang di katakan Marco barusan membuat teman-temannya menganga tidak percaya. “Heh?” Ekspresi Leo penuh dengan keheranan. “Ayolah Leo berikan aku nasehatmu.” Marco menyenggol-nyenggol bahu Leo untuk membujuknya. “Baiklah-baiklah, aku akan memikirkannya dulu.” Leo memutar mata sebal. Recana mereka untuk mengelilingi sekolah batal karena kejutan yang mereka terima sebelum keluar dari kelas cukup krusial karena ini melibatkan masa depan faksi mereka. Di bandingkan hari-hari sebelumnya kelas 1-3 cukup kacau karena belum adanya sosok pemimpin yang mengatur mereka, biasanya setiap menit pasti ada yang bergelut, banting-banting meja, adu jotos, dan berbagai macam ke gaduhan lainnya tapi sekarang suasananya telah berubah sekarang mereka duduk bersama di dalam kelas walaupun sifat-sifat brandalan mereka sudah mendarah daging seperti duduk di atas meja, berbaring, terngkurap, jongkok sambil merokok, dan lain-lain
Kepalan tangan Chucky terkungkung erat ketika melihat pasukan Rico dan Dory, seketika ingatannya terbuka kembali di mana dirinya di keroyok habis-habisan tanpa ampun oleh mereka. Untung saja Marco dan Leo berhasil mengalahkan pemimpin mereka sehingga ia berhasil di selamatkan.“Kalian rupanya.” Chucky menyapa mereka.“Sekarang kau tidak sendirian lagi yah hahaha.” Anak buah Rico dan Dory menertawai Chucky.“Sekarang sudah berbeda.” Chucky membalas perkataan mereka dengan tanang.Joss berdiri di samping Chucky sambil menghantam telapak tangannya sendiri.“Sekarang aku ada di sampingmu Chucky jadi kau tidak sendirian lagi, mari kita buat hidung mereka semua berdarah hehehe.”Tidak ada rasa takut yang terpancar di wajah para anggota Faksi the Beast bahkan mereka kelihatan sangat semangat menjalani debut pertama mereka. Tubuh Marco terhalang di tengah jajaran anggotanya sehingga tidak ada yang meli