Share

Tanpa Anak Denganku, Dia Buat Anak Dengan Wanita Lain
Tanpa Anak Denganku, Dia Buat Anak Dengan Wanita Lain
Author: Ria Abdullah

1. dewi

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-07-14 16:13:01

[Sayang ... ]

Pesan di ponsel itu, ponsel suamiku, meluruhkan perasaanku.

**

Tidak ada yang aneh selama ini, aku dan dia. Hubungan kami, biasa saja. Lima tahun menikah dan belum memiliki seorang buah hati pun tak membuat letup-letup asmara dalam hati kami menghilang.

Seperti biasa pagi ini, setelah sarapan dan mengenakan sepatunya, ia segera meraih kunci mobil dan mengecup keningku lalu pamit berangkat ke kantor.

"Pergi dulu ya, Sayang. Oh ya, ntar aku baliknya agak sorean, soalnya ada meeting dengan klien perusahaan."

Begitu ucapnya sambil berlalu, membuka pintu mobil lalu kendaraan itu, menghilang dari penglihatanku.

Aku yang menatapnya pergi, hanya mampu mengiringinya dengan doa, semoga suami di beri perlindungan dan keselamatan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Tring ...

Bunyi ponselku berdenting, segera kuraih dan kubuka. Sebuah pesan dari Angel sahabatku.

[Lo kemarin makan malam sama Aldo? Eciee mesra amat, tumben]

[Gak, aku gak kemana-mana] balasku.

[Eh, mungkin gua salah lihat kali ya? Tapi beneran kok, semalam Aldo sama cewe di cafe Rossa]

[Nah, terus?] Mau tak mau aku pun ingin tahu.

[Ya ... Gua ga nyamperin karena gua pikir ngapain juga ngerusak momen orang, ye kan?]

[Kamu yakin jika yang semalam itu, Aldo]

[Seratus persen]

[Ok, makasih infonya]

[Terus Lo, mau ngapain setelah ini?]

[Belum tahu,. Gua harus konfirmasi dulu sama Aldo]

Kuletakkan ponsel dan duduk sambil mengatur napas. Bagaimana pun, aku tidak boleh salah duga atau salah sasaran. Aku harus mencari tahu dulu, atau minimal mengetahui penjelasan dari Mas Aldo.

Tapi jujur saja, pesan dari Angel barusan cukup membuatku gelisah dan sulit tenang. Sepanjang hari dadaku berdegup kencang, hatiku gelisah dan jiwaku resah. Apa yang harus aku lakukan?

Petang, pukul 19 : 35.

Ia sudah kembali setelah seharian bekerja di luar rumah.

"Sudah beres urusan dengan kliennya sayang?" tanyaku berbasa-basi.

"Hmm, udah." Ia menjawab sambil melonggarkan dasi lalu membuka kancing kemejanya, meraih handuk lalu menuju kamar mandi.

Aku hanya mampu menghela napas melihatnya. Aku akan menunggu waktu yang tepat untuk bertanya.

Berselang lima belas menit,. ia sudah menyusulku ke meja makan. Menggeser kursi lalu duduk dan mulai mengambil makanannya.

"Um, sayang, semalam kamu, ... lembur di kantor atau ke ... Cafe?"

"Apa? Uhuk ... ." Ia terkejut dan sontak batuk.

Kusodorkan segelas air dan ia meminumnya dengan raut tak nyaman. Tak sesantai tadi.

"M-maksud kamu, gimana, Dewi? A-aku gak kemana-mana selain di kantor."

Melihat kegugupannya aku semakin curiga dan merasa ada yang tidak beres dengannya.

"Tapi, semalam ada yang lihat kalo kamu lagi ...

Dinner sama cewe."

Ia menghentikan kunyahannya, meletakkan sendok lalu bangkit dan meninggalkanku sendiri di meja makan.

"Al, kenapa?" cecarku sambil mengejarnya.

"Gak ada! Aku gak suka kalo istri sendiri curiga dan gak percaya sama suaminya.'

"Tapi aku cuma nanya, dan kurasa aku gak salah dengan itu "

"Cukup!" Ekspresinya berubah bengis, matanya melotot dan hampir mengangkat tangannya untuk menamparku. seketika aku terpana, sebelumnya aku belum pernah melihatnya seperti itu.

Ia menjauh, masuk ke ruang kerjanya sambil membanting pintu. Seniman pintu yang keras membuatku terlonjak.

"Ada apa dengan suamiku."

Pukul 22 :15 ...

Lelah duduk sendiri di ruang tivi aku putuskan untuk bangkit dan beristirahat di kamar. Kulihat suamiku sudah pulas di balik bed cover. Namun, ada pendar cahaya dari balik bantalnya. Kuperhatikan dengan seksama dan rupanya ponselnya menyala namun tidak menggunakan nada dering.

Perlahan kutarik ponsel tersebut dan membuka pesannya.

[Sayang, mengapa malam ini angin begitu gelisah ...

Mengapa bulan enggan menemani sepiku ...

Mengapa jiwa yang haus cinta ini harus mendambamu? ]

Begitu bunyi pesan dari sebuah photo profil bergambar wanita cantik berbaju merah dengan rambut panjang dan hidung yang bangir, cantik.

Seketika saja, air mataku mengalir. Kekecewaan tiba-tiba mendera, menggelora dan menggelegak membuatku ingin berteriak.

Aku ... Aku, terluka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tanpa Anak Denganku, Dia Buat Anak Dengan Wanita Lain   7.

    **Hari ini akan kuberikan mereka kejutan beruntun yang tak akan mereka lupakan seumur hidup.**Kuayunkan langkah dengan pasti, seanggun mungkin. Hari ini adalah hari pertamaku kembali bekerja di Sinar Media Corp, sebuah perusahaan yang berbasis media dan memiliki nilai investasi yang sangat tinggi. Sebuah kebanggaan bagi siapa saja yang bisa bergabung dan membangun karier di sini.Tepat pukul delapan lewat lima belas menit, ketika rapat anggota direksi dan beberapa manager di mulai. Dengan santai kumasuki ruangan rapat mewah bermeja oval panjang itu. Semua mata tertuju, menyambut dan menyunggingkan senyum padaku. Kecuali, suamiku Mas Aldo dan seorang wanita yang duduk di belakangnya yang kutaksir menjabat sekretaris, Alexandra.Rupanya ia dialihkan ke kantor Mas Aldo."Selamat pagi, selamat datang kembali, Bu Dewi," sambut Pak Pemimpin Direktur."Terima kasih," sambutku sambil menjabat erat tangan beliau. "Jadi, selain membahas masalah perusahaan, saya sekaligus ingin memperkenalk

  • Tanpa Anak Denganku, Dia Buat Anak Dengan Wanita Lain   6. masa lalu

    ***Pesan pada tanggalDua puluh empat, Mei 2018[Aldo, ada rasa terkejut ketika pertama kali pak CEO mengenalkanmu padaku sebagai partner kerja dari perusahan pusat.Ada rasa bahagia menemukan sahabat lama yang memang sudah lama kurindukan. Kau begitu sukses dan berhasil membangun karier, aku turut bangga atas hal itu.Sosokmu juga tidak berubah, malah makin mempesona. Senyummu yang seketika membangkitkan kembali rasa percikan rasa dalam hatiku.Tak bisa kupungkiri, aku masih mencintaimu, meski mungkin aku hanya akan menikmati rasa itu sendiri.Dari, Wanita yang selalu merindukanmu, Alexandra.] Begitu tulisnya di email pertamanya.Oh, jadi mereka teman lama, yang berjumpa di kantor yang sama ....Sehari kemudian suamiku membalas.[Oh, Alexa ya. Hehehe bisa saja. Aku sudah menikah dengan Dewi Rosalia, Manager keuangan perusahaan, walau sekarang ia sudah resign, karena aku memintanya untuk fokus mengurusku dan mencintaiku saja] disertai emoji tertawa.[Sungguh beruntung wanita itu, se

  • Tanpa Anak Denganku, Dia Buat Anak Dengan Wanita Lain   5. mandek

    ***Hari ini, setelah dua tahun hanya berdua di rumah sebagai ibu rumah tangga, aku putuskan untuk kembali bekerja dan membangun kembali karierku yang sempat 'mandeg' karena keinginan mas Aldo yang memintaku untuk serius mengurus rumah dan melahirkan buah hati. Ada rasa miris ketika mengeja kata buah hati, hatiku bagai disayat begitu mengingat jika rumah ini begitu sepi, hanya dinding dan pantulan suara detak jarum jam sepi dan hampa. Tidak ada tawa atau rengekan kecil yang akan mewarnai hari, tidak ada tangis dengan mata mengiba tulus, memintaku untuk membawanya ke dalam peluk atau kugendong dengan penuh kasih. Ah, aku merindukan anak, anak buah cinta kami, aku dan mas Aldo.**Kudadar telur dan memanggang empat potong toast lalu menuangkan dua gelas jus, sementara menunggu pesanan dari Gofood, aku akan menghidangkan selingan ini dan secangkir kopi untuknya."Mas Aldo, ayo makan." Aku memanggilnya.Ia segera bangkit dari rumah tivi dan menemui ku di meja makan."Kamu sudah baikan

  • Tanpa Anak Denganku, Dia Buat Anak Dengan Wanita Lain   4. alei

    ***Kicau burung dan cahaya mentari yang membias menyadarkan lamunanku. Dari semalam, sejak aku kembali dari rumah wanita itu, aku hanya termangu di ruang tamu menatap nyalang pada pigura yang menampilkan photo pernikahan kami, dengan ekspresi paling indah, bahagia.Kontras kalimat cinta dan setianya dengan pemandangan yang aku saksikan semalam. Ketika kubuka pintu rumah,seketika bayang kebahagian dan canda kami berkelebat dan menari-nari di sekitarku, bagaimana kami berbagi suka dan duka, peluk dan tawa. Kuarahkan pandanganku ke pigura itu, dan begitulah aku hanya terpaku hingga matahari terbit, bagaimana aku akan menumpahkan kekesalanku? bagaimana aku selanjutnya ... Apakah akan mempertahankan rumah tanggaku? bagaimana juga aku akan mengatasi wanita itu? semua tanya dan pikir itu saling bergantian dan berputar-putar seperti rekaman yang di-rewind.Bahkan hendak menangis rasanya air mata ini sudah kering. Perut yang terasa pedih karena lapar dan tenggorokan yang kering oleh lelah ta

  • Tanpa Anak Denganku, Dia Buat Anak Dengan Wanita Lain   3. wanita itu

    **Mereka begitu dekat dan mesra. Bak kekasih yang telah lama tidak berjumpa. Suamiku memeluk pinggangnya dan tangan yang satunya membelai bagian belakang wanita itu dari balik gaun punggung terbukanya. Sedangkan si wanita melingkarkan kedua tangannya di leher Mas Aldo. Mereka saling pandang dan lalu saling menukar rasa rindu satu sama lain lewat pagutan asmara dan sentuhan-sentuhan penuh rasa.Tungkaiku lemas, menyaksikan adegan mereka. Pandanganku mengabur oleh air mata, serangkan telingaku terasa tuli dengan keramaian sekitar, bagai adegan slow motion semua, yang ada di sekitarku kabur dan hanya mereka sebagai fokus. Sepasang kekasih yang tak saling melepaskan.Aku ... bisa saja aku menghampiri dan melabrak mereka, menumpahkan segala rasa emosi dan kecewa yang berkecamuk dan wanita itu, aku juga bisa memukulnya hingga babak belur, namun mempertimbangkan kehormatan diriku yang harus bergelut di sebuah lounge hotel bintang lima bersama kekasih suamiku, menggelikan. Belum lagi jika

  • Tanpa Anak Denganku, Dia Buat Anak Dengan Wanita Lain   2. tampaknya

    Malam ini, tiba-tiba ia mengajakku makan malam. Ketika kutanya dalam rangka apa? ia hanya menjawab makan malam biasa. Aku mengenakan gaun hitam panjang kesukaanku dan Mas Aldo mengenakan jas dan berpenampilan sangat rapi sehingga nampak begitu tampan dan memukau."Kenapa segitu rapinya, memangnya kita mau makan di mana?""Di fine dining, sekali-kali." Ia menjawab singkat sambil merapikan rambutnya.***Suasana restoran yang mewah dengan cahaya temaram canndelier membuatku nyaman berada di resto ala Prancis tersebut. Alunan musik dan pendar lilin menambah kesan romantis."Waw, keren ya, restonya," cetusku membuka obrolan."Iya, ... Kamu mau makan apa?" tanyanya."Mmm, bingung juga, soalnya baru pertama kali, tapi ... terserah mas Aldo saja."Aku udah pesankan makanan tadi pas reservasi online, mau menu tambahan?" tawarnya."Gak usah, cukup itu aja.""Baiklah," Ia menyimpan kembali ponselnya di saku lalu, aku dan dia kembali terdiam dalam hening. Seperti ada sesuatu yang canggung untu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status