hai semuanya, apa kabar? gimana bab kali ini? semoga menghibur ya!! || Perhatian!!!, novel ini hanya karangan dan imajinasi author. jadi jangan menganggap serius dan melakukan hal hal yang ada di dalam cerita ini secara sadar, karena itu akan membahayakan kamu dan orang di sekitarmu || terima kasih semuanya atas perhatiannya 😘😘😘.
Di sebuah gua yang gelap dan sunyi. Tampak ada sosok yang berantakan berjalan dengan susah payah di mulut gua. Sosok itu memegang dinding untuk menopang dirinya agar tidak terjatuh. “Ahh sakit sekali.” Sosok itu mengeram kesakitan sambil melemparkan pedang yang ia pegang dengan salah satu tangannya ke arah acak. Sosok yang kacau itu adalah Surya. “Huff hampir saja, untung aku masih bisa bergerak meskipun tidak cepat.” Surya mulai berjalan perlahan ke arah di mana batu besar tempat dia biasa tidur berada. Dengan sangat hati hati sosok itu akhirnya bisa sampai dan duduk dengan posisi yang sangat canggung. Surya mulai mengatur nafasnya yang kacau dan berat sebelum menutup matanya dengan khusyuk. Setelah hening beberapa saat, Surya akhirnya membuka matanya dan perlahan membuka setiap pakaian yang dikenakannya. Dengan Gerakan itu, sejumlah besar luka merah kering dan basah mulai terlihat di remang remangnya malam. Surya mulai mengambil pencahayaan untuk menemani malamnya yang gela
Di sebuah gua yang ada di gunung agung sumatara jiwa bagian barat. Tampak seorang pemuda yang sedang kesusahan melilitkan perban ke tubuhnya yang sudah bermandikan ramuan obat. “Arghhh meskipun tubuhku dapat beregenerasi dengan cepat, namun entah mengapa kali ini lukaku sembuh dengan sangat lambat.” Surya hanya memfokuskan untuk menyembuhkan dirinya satu minggu ini. namun siapa sangka energi benih lawan layaknya racun yang membuat tubuhnya sangat sulit untuk memperbaiki dirinya sendiri. “Kira kira apa ya tanggapan kakek tua itu aku tidak hadir di bengkel dalam beberapa hari ini.” Surya berkata penasaran. “Ah sudah lah, ini bukannya keinginan ku, tapi tubuhku kini sangat lemah. Aku harus selalu dalam kondisi puncak, siapa yang tau orang orang aneh itu berada di mana sekarang,” kata Surya keras meskipun masih ada jejak tidak enakan di suaranya. Surya melanjutkan melilitkan tubuhnya dengan perban dan obat obatan sebelum akhirnya dia berdiri. Sosok remaja yang tampak kasihan itu pun
Di dalam bengkel yang terletak di kota dataran tinggi, tampak 2 orang saling berhadapan satu sama lain. Seorang remaja melihat ke arah kakek tua yang berdiri di hadapannya dengan bertekad. Sosok pemuda itu melihat kata yang tertulis di buku pada tangan kakek itu. Dengan seksama pemuda itu dapat melihat tulisan yang bertuliskan “Seni Menempa Tubuh” Tampak termenung dan memikirkan banyak hal, kakek itu melihat Surya sebelum menyodorkan tangannya untuk bisa sampai tepat di depan hadapan Surya. Melihat hal ini, Surya mendongak dan wajah kedua orang itu saling bertemu. “Ini..” kata Surya ragu ragu. “Sudah baca saja, ini adalah pembelajaran pertama yang akan kau dapatkan. Ketika menjadi murid dari kakek ini.” Sosok kakek itu mendesak. Dengan sedikit ragu, Surya mulai mengambil buku itu dari tangan datuk merah. Dia mulai melihat sampul buku dengan cermat. Melihat kekhusyukan pihak lain, kakek itu meninggalkan Surya yang sedang dalam posisi bersemangat. Kakek itu Kembali melakukan pene
Di salah satu jalan yang padat daerah kota dataran tinggi. Dua orang saling berpegangan tangan saat berjongkok, tampak dunia seolah olah berhenti. Hanya mereka berdua yang bisa merasakan perasaan yang aneh itu. Melati yang tampak polos itu mulai mematung dengan pipi yang mulai memerah. Surya yang juga mematung entah apa yang sedang di pikirannya. Namun setelah itu indranya yang tajam terusik. Dia merasakan ada mata yang telah melihatnya dalam beberapa waktu. Kedua orang yang berjongkok itu telah dilihat oleh sepasang mata besar yang tampak murni. “Hai Surya,” kata sosok itu dengan polos. Sepersekian detik mencoba untuk mencerna suara itu, sosok Surya mulai goyah dan kaget. Dia langsung menarik tangannya dari pihak lain. Merasakan perasaan malu, Melati juga menarik tangannya dengan canggung. Surya yang jatuh karena terkejut itu mulai menoleh ke arah sumber suara. Seorang Wanita yang tampak polos dan murni bisa dilihat membuka mata dengan lebar. Itu terlihat sedikit imut. Meli
Di bengkel datuk merah, suara terendam mulai terdengar di area itu. “POPMM!” “Sihhh kenapa ini.” Surya mengeluh dengan keras di dalam hati. Kali ini Surya sedang melakukan mandi obat sesuai dengan arahan yang ada di buku seni penempaan tubuh. dia baik baik saja pada awalnya. Hanya rasa sakit yang menggelikan membuatnya hampir menangis. Namun bukan itu yang membuat dia kesal. Entah bagaimana tubuh harimaunya muncul di saat saat yang tidak terduga. “Apa yang sebenarnya terjadi, Biasanya aku akan berubah paling banyak dua kali dalam sehari.” Surya tak habis pikir. setelah susah payah dengan Latihan kontrol energi rimaunya dalam beberpa minggu terakhir Ketika dia hanya bisa terbaring lemah di atas batu, Surya hampir jarang berubah ke bentuk harimau gendutnya. Ini semua dikarenakan benihnya sudah cukup stabil dan bisa tetap mengorbit hanya di jantungnya saja. Namun siapa sangka, kali ini rangsangan dari obat yang begitu kuat membuat energi rimaunya berkecamuk. “Arhhhh sial ini tidak
Di salah satu jalan di kota dataran tinggi, tampak seorang pemuda dengan badan tegap berjalan ke satu arah. “Uhhhh hari ini sangat capek sekali,” keluh pemuda itu. Pemuda itu adalah Surya, dia hari ini telah melakukan banyak kegiatan. Dia hampir tidak bisa mencerna segala macam apa yang dilakukannya hari ini. Dengan berjalan ringan sosok itu meninggalkan kota dan mulai berjalan menuju gua tempat tinggalnya. ... Sementara itu, di sisi jalan yang berbeda. Tampak dua wanita cantik sedang berjalan linglung di kota dataran tinggi. “Melati, kemana kita sekarang?” tanya Salsa. “Tidak tau, lebih baik kita jalan saja dulu,” balasnya tidak bersemangat. Salsa melihat temannya, dia entah mengapa menjadi sedikit berbeda hari ini. tidak seperti biasanya, Melati tidak bersemangat seperti sebelumnya. Meskipun Salsa sangat kerepotan dengan tingkah lucu sebelumnya, namun tetap saja dia menjadi khawatir atas perubahan sikap pihak lain yang terlalu tiba tiba. Sementara Salsa sedang berpikir tent
Di salah satu area luar kota dataran tinggi. Suara besar terdengar berantakan di tempat itu. Kedua Wanita cantik yang mendengar hal itu pun hanya bisa melihat satu sama lain dengan tatapan yang berbeda. “Melati ayo kita segera pulang, area ini tidak aman.” Namun setelah Salsa mengatakan itu, dia mulai menjadi pasrah. Dia bisa dengan jelas melihat ekspresi berapi api dari pihak lain. “Salsa, kita lihat saja sebentar. Mungkin kita mendapat petunjuk tentang bandit yang telah menyerang kita,” Katanya dengan bertekad. Melihat permintaan Melati, Salsa hanya bisa menggelengkan kepalanya. “Ahhh tidak lagi.” Sesalnya dalam hati. Sebelum Salsa bisa mengatakan sesuatu, Melati sudah berlari mengendap-endap ke sumber suara. Salsa yang melihat hal ini hanya bisa mengikuti dengan sabar. “Aku harus Menyeret bocah ini pulang jika sesuatu sudah tampak tidak baik.” Katanya bertekad. Salsa sudah menentukan garis bawahnya sebelum mereka sampai di area yang bising itu. ... Sementara di sisi lain
Rumah gadang keluarga bareh. “Ada apa?” tanya sosok tampan ke salah satu sudut kosong. Tanpa peringatan, tiba-tiba terkuak sosok yang entah datang dari mana. “Sumando, kami telah menemukan orang yang telah membantu Melati terakhir kali.” Sosok itu menjelaskan. “Bagus sekali,” balas paruh baya tampan itu gembira. “Tapi sumando...” kata sosok itu sedikit ragu. “Ada apa?” tanya paruh baya tampan itu penasaran. “Tampaknya dia sedang kesusahan, sebenarnya kami menemukan orang itu ketika sedang menjaga Melati dan Salsa. Saat itu mereka pergi keluar kota, kebetulan orang itu sedang bertarung. Saya sudah menempatkan orang di sana untuk berjaga jaga.” “Melati ini masih tidak belajar dari kesalahan.” Kata paruh baya itu kesal. Dia tidak habis pikir, baru beberapa hari, anak gadisnya bahkan sudah berani berkeliaran keluar dari kota. untung saja ada beberapa orang yang ditempatkan untuk menjaganya dalam bayang agar terhindar dari insiden seperti terakhir kali. “Tok tok... Ayah cepat bu