Home / Romansa / Tawanan Hati sang Penguasa / Sentuhan Memabukkan

Share

Sentuhan Memabukkan

Author: El khiyori
last update Huling Na-update: 2025-03-08 19:34:34

Serena masih berada di kamar mandi, mematut penampilannya di depan cermin yang ada di sana.

"Bagaimana jika Morgan melihatku dengan pakaian seperti ini?"

Serena menggigit bibir bawahnya saat membayangkan tatapan liar Morgan.

Yang Serena kenakan saat ini adalah pakaian yang menurutnya paling tertutup. Sehelai gaun tipis berwarna krem dengan dada tertutup rapat, namun bagian belakanya sangat terbuka. Hanya ada tali-tali kecil yang menjadi penahannya, untuk gaun yang lain malah jauh lebih parah dari itu.

Jelas Morgan sengaja memberikan pakaian-pakaian tersebut. Ia yakin Serena akan tampak sangat cantik saat mengenakannya.

Belum juga Serena merasa yakin untuk keluar, pintu kamar mandi sudah diketuk dari luar.

"Serena!! kau tidur?!" seru Morgan yang merasa tak tahan karena terlalu lama menunggu.

"Sebentar, aku baru selesai."

"Cepatlah aku lapar!" sahut Morgan sambil mendengus kesal. Setelah menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan Serena akhirnya keluar dari kamar mandi.

Mata Morgan hampir tak berkedip melihat penampilan wanita di hadapannya.

"Duduklah! di sini!"

Morgan menepuk pahanya sendiri, mengisyaratkan agar Serena duduk di atasnya.

"Kenapa ... aku harus duduk di sana?"

Ditanya seperti itu Morgan berdecak kesal dan mengalihkan pandangan. Hasratnya sudah naik ke ubun-ubun, tapi wanita di hadapannya masih saja berlagak bodoh.

"Aku menginginkanmu Serena ... apa lagi?"

"Tapi aku lapar," ujar Serena sambil mendekat perlahan.

"Ya aku tahu, kau bisa makan dari pangkuanku."

"Oh God apalagi ini," ucap Serena dalam hati. Ia tak menyangka akan bisa menjadi wanita murahan seperti sekarang. Cara mendidik kedua orangtuanya yang penuh kebaikan dan kesopanan sama sekali tak berlaku saat dirinya harus berhadapan dengan seorang pria bernama Morgan Calister.

Kini tubuhnya sudah berada di dalam kekuasaan pria itu. Pelukan serta sentuhan yang lembut membuat Serena mulai terhanyut dan gagal mengontrol diri.

Bibirnya mendesah lembut saat bibir Morgan menelusuri leher jenjangnya. Tangannya turut menjambak pelan rambut tebal pria itu, terlebih saat sesuatu yang menjulang tinggi di dadanya dimanjakan, Serena menggila. Ia mulai lupa siapa yang tengah menyentuhnya saat ini.

"Jangan menahannya Sayang, aku tahu kau menyukainya," bisik Morgan sebelum memberikan gigitan lembut di telinga Serena.

Membuat wanita itu semakin berani, kini justru Serenalah yang merengkuh tengkuk Morgan untuk bisa menikmati bibirnya yang seksi khas seorang pria. Mengetahui wanitanya sudah sangat terpancing, Morgan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan.

Dibawanya Serena ke atas ranjang lalu menekan kedua tangan wanita itu ke atas kepalanya sebelum ia menikmati semua yang ia inginkan. Serena hanya bisa meracau dan menggelinjang menikmati setiap sentuhan memabukkan yang Morgan berikan.

Saat kedua tangannya terlepas, Morgan lantas menyingkirkan setiap helai kain yang melekat di tubuh mereka sebelum kembali membuat Serena tunduk di bawah permainan menggelora yang ia ciptakan.

Suara merdu dan peluh yang bercucuran menjadi pertanda betapa panasnya permainan mereka saat ini hingga akhirnya Morgan mengerang dengan sekujur tubuh yang kaku. Memenuhi rahim Serena dengan benih yang ia miliki.

Permainan pun berakhir. Morgan mencium kening Serena cukup lama sebelum ia menjatuhkan tubuhnya ke samping wanita itu lalu memeluknya.

"Terimakasih Sayang, kau hebat sekali," puji Morgan sambil kembali menciumi seluruh wajah Serena lalu menatapnya sambil tersenyum. Seolah-olah pria itu memiliki cinta yang luar biasa, namun Serena tak ingin berharap lebih. Ia tahu Morgan bukan miliknya.

Hanya saja Serena tak bisa menepis rasa nyaman yang mulai merasuk ke hatinya. Ia menyukai cara Morgan memperlakukannya setelah apa yang mereka lakukan tadi. Sebagai seorang suami, tak pernah Sean bersikap selembut itu setelah bercinta.

Jangankan memuji ataupun berterimakasih. Pria itu bahkan tak peduli apakah dirinya sudah mendapatkan kepuasan atau belum. Jika Morgan sudah mulai terlelap, lain halnya dengan Serena. Pikirannya masih tertuju pada Sean.

Ia masih tak mengerti kenapa suaminya itu tega berbuat demikian. Besar kemungkinan alasan Sean membiarkan Aroon membawanya adalah karena uang, tapi bukankah selama ini mereka saling mencintai.

Memikirkan semua itu membuat mata Serena kembali memanas, namun ia segera menahan diri agar tak menangis. Untuk menghilangkan gundah gulana di hatinya Serena menatap wajah Morgan.

Siapapun pasti akan mengakui keindahan paras pria itu, termasuk Serena.

"Sebenarnya kau itu siapa? apa tujuanmu datang dalam hidupku? jika saja kau belum ada yang memiliki, mungkin aku akan _ "

"Akan apa?" sela Morgan yang membuat Serena terkejut setengah mati.

"Kau belum tidur?" tanyanya lagi.

"Aku sudah mengantuk tapi kau berisik sekali," jawab Morgan yang semakin mengeratkan pelukannya pada Serena.

"Jangan terus memikirkan sesuatu yang tidak baik, tidurlah!"

Akhirnya Serena ikut terlelap dalam kehangatan dada bidang Morgan, sementara itu, di tempat lain Aroon tengah menuntut Sean agar mengembalikan uangnya karena rentenir itu gagal meniduri Serena.

"Cepat kembalikan Sean!! atau aku akan menghabisimu!!" teriak Aroon, namun dengan santainya Sean justru mengambil sesuatu dari laci mejanya.

Tanpa aba-aba dan tanpa diduga oleh siapapun, satu peluru ia hadiahkan ke kepala Aroon. Pria itu seketika jatuh tersungkur dan kehilangan nyawa. Tak sampai disitu, gerakan cepat Sean juga berhasil melumpuhkan semua anak buah Aroon yang datang ke rumahnya. Ia lalu kabur dari kediamannya setelah merampas kunci mobil milik Aroon.

Waktu yang terus bergulir seolah semakin berpihak pada Sean. Atas bantuan seseorang, pria itu akhirnya mendapatkan kehidupan yang selama ini memang ia inginkan. Bebas dan banyak uang. Satu hal yang ia yakini, Serena pasti sudah mati di tangan Morgan.

Pria kejam dan berdarah dingin yang merupakan putra pertama keluarga Calister. Menurut anak buah Aroon, pria itulah yang mengambil alih Serena.

Membayangkan nasib istrinya, Sean berdecih sinis. Sudah lama ia ingin terlepas dari wanita itu, namun ide gila baru ia dapatkan setelah ia mengenal Julie, istri Aroon. Wanita kaya raya yang telah berhasil mendapatkan seluruh harta warisan suaminya.

Setelah peristiwa malam berdarah itu Sean dan ibunya telah pindah ke sebuah rumah mewah dan mendapatkan perlindungan khusus karena uang yang ia miliki. Tak butuh waktu lama, tanpa ada yang menuntut, kasus kematian Aroon pun bisa ditutup dengan mudah.

Sean kini hidup dengan bergelimang harta dengan melanjutkan bisnis yang Aroon lakukan bersama istrinya. Mau tidak mau, semua orang-orang Aroon kini beralih tunduk pada Sean demi tetap mendapatkan bayaran.

Jika Sean merasa hidupnya sudah di atas angin, lain halnya dengan Serena. Meski kini ia tinggal di sebuah mansion mewah, hidupnya bagai burung di dalam sangkar emas. Kehadirannya disembunyikan.

Di satu sisi, Morgan memang memberikan semua yang ia butuhkan, tapi ia tetap tak tahu apapun tentang pria itu. Morgan sendiri belum tentu setiap hari akan datang dan mengajaknya untuk bicara. Tak jarang ia hanya datang di tengah malam. Menyentuh Serena sepuasnya lalu pergi lagi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
jg terlaku angkuh Sean jg mentang2 dah kaya Raya sekarang sikap angkuhmu mkn parah inget diatas langit msh ada langit
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 51

    Serena semakin salah tingkah karena dua pria yang ada di hadapannya sama-sama memperhatikan dirinya."Kenapa, kalian menatapku seperti itu?" tanyanya kemudian."Kurasa Felix memilihmu untuk menjadi modelnya kali ini," tebak Arthur yang ternyata dibenarkan oleh Felix.Seketika Serena tertawa."Bagaimana mungkin kalian berpikir seperti itu.""Serena ... kau sangat cantik. Kecantikanmu melebihi apapun yang ada di dunia ini. Jadi ... kenapa tidak?" ujar Felix yang membuat Arthur terdiam.Mungkin itu adalah gombalan, tapi ia merasa tatapan Felix terhadap Serena bukanlah tatapan sayang selayaknya seorang saudara, melainkan tatapan kekaguman sama seperti yang ia rasakan."Apa Felix juga menyukai Serena."Batin Arthur terus berkecamuk seiring tatapan Felix yang terasa semakin dalam. Diam-diam Arthur terus memperhatikan ekspresi pria itu dan ia semakin yakin kalau Felix memang menyukai Serena. Sama seperti dirinya.Kini Felix masih berusaha membujuk Serena yang ternyata cukup sulit."Tapi aku

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 50

    Tak hanya marah, karena rasa cemburu yang melanda, Morgan sampai harus melempar benda di tangannya. Ia sungguh tak terima melihat Serena dekat dengan pria lain.Hal pertama yang ia lakukan adalah mencaritahu mengenai alasan kenapa wanita itu bisa masuk ke rumahnya. Akhirnya ia mendapatkan informasi dari pelayan jika Serena datang ke kediamannya untuk menggantikan sang paman."Begitu rupanya .... " gumam Morgan yang mulai memikirkan sesuatu. Ia akan membuat wanita itu lebih sering berada di sekitarnya."Tapi bagaimana dengan anaknya?"Morgan kembali berpikir sejenak sebelum mengulas senyum di bibirnya.Belum juga ia beranjak, ponselnya sudah kembali berdering. Kali ini Felix yang menghubungi."Ya, ada apa?" ucap Morgan begitu telepon tersambung."Maaf Tuan, model yang sudah kita pilih untuk melakukan syuting iklannya mengalami kecelakaan, apa kira-kira syutingnya masih bisa ditunda?""Apa kecelakaannya parah?" tanya Morgan lagi."Cukup parah, yang pasti, kita tidak bisa memakainya. Kit

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 49

    Mendadak ia ingin menyuruh orang untuk mengikuti Serena kemanapun wanita itu pergi, tapi setelah kembali berpikir, Morgan akhirnya mengurungkan niatnya.Ia merasa tak rela ada orang lain yang memperhatikan Serena."CK ... arghhh .... "Morgan mengerang frustasi. Belum selesai ia dengan pikirannya, Maxime sudah kembali mengirimkan pesan yang membuat otaknya semakin penuh.Ternyata sejak tadi sang ibu berusaha menghubunginya. Tak ingin membuat ibunya khawatir, Morgan langsung balik menghubungi."Ada apa Bu? sepertinya ada hal penting sampai harus menelepon berkali-kali?"Bukannya jawaban, namun helaan nafas panjang yang pertama kali Morgan dengar sebelum akhirnya Lucia mengajukan pertanyaan."Boleh lbu tahu, apa alasanmu berfokus pada perusahaan parfum itu? sampai-sampai kau rela menetap di Paris beberapa waktu lamanya?"Morgan merasa aneh dengan pertanyaan yang ibunya lontarkan, tapi ia tetap bersikap tenang."Entahlah, Morgan hanya tertarik pada perusahaan ini. Tak terlalu sulit menge

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 48

    Mendadak ia ingin menyuruh orang untuk mengikuti Serena kemanapun wanita itu pergi, tapi setelah kembali berpikir, Morgan akhirnya mengurungkan niatnya. Ia merasa tak rela ada orang lain yang memperhatikan Serena. "CK ... arghhh .... " Morgan mengerang frustasi. Belum selesai ia dengan pikirannya, Maxime sudah kembali mengirimkan pesan yang membuat otaknya semakin penuh. Ternyata sejak tadi sang ibu berusaha menghubunginya. Tak ingin membuat ibunya khawatir, Morgan langsung balik menghubungi. "Ada apa Bu? sepertinya ada hal penting sampai harus menelepon berkali-kali?" Bukannya jawaban, namun helaan nafas panjang yang pertama kali Morgan dengar sebelum akhirnya Lucia mengajukan pertanyaan. "Boleh lbu tahu, apa alasanmu berfokus pada perusahaan parfum itu? sampai-sampai kau rela menetap di Paris beberapa waktu lamanya?" Morgan merasa aneh dengan pertanyaan yang ibunya lontarkan, tapi ia tetap bersikap tenang. "Entahlah, Morgan hanya tertarik pada perusahaan ini. Tak te

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 47

    Serena buru-buru keluar dari dalam air dan mengenakan kembali pakaiannya. Ia lalu berjalan mendekati benda yang tadi terjatuh. Diambilnya benda itu dan kembali mengedarkan pandangan, menyisir ke setiap sudut ruangan."Halo!! apa ada orang di sini?!"Serena kembali berteriak lantang, namun lagi-lagi tak ada jawaban dari siapapun, membuatnya berdecak kesal sebelum akhirnya kembali melanjutkan pekerjaan.Di tengah-tengah aktivitas yang ia lakukan, ponselnya terdengar berdering. Ternyata itu adalah telepon dari bibi May, membuat Serena segera mengangkat telepon tersebut."Ya, ada apa Bi?""Apa pekerjaanmu masih belum selesai? kau belum sempat sarapan tadi, kenapa belum juga kembali?"Ditanya seperti itu Serena langsung menceritakan apa yang terjadi."Ya Tuhan, kenapa mereka melakukan itu. Pulanglah dulu untuk sarapan! katakan pada mereka kau akan segera kembali setelahnya.""Tidak perlu Bi, ini sudah selesai. Aku akan meminta izin untuk pulang lalu sarapan. Bibi jangan khawatir," ucap Ser

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 46

    Pagi itu Morgan terbangun dengan kepala yang terasa berat. Semalaman ia benar-benar tak bisa tidur. Merasa kondisinya tak terlalu baik, Morgan sengaja meminta Maxime agar menghandle beberapa pekerjaan.Asistennya itu tentu menyambut baik tugas yang diberikan. Ia juga mengabarkan jika untuk sementara waktu Rebeca menunda kedatangannya."Oiya Tuan, apa anda tak menjawab telepon dari Nyonya Rebeca?" tanya Maxime karena semalaman ia terus diinterogasi oleh wanita itu untuk mempertanyakan dimana keberadaan suaminya. Apakah sudah ada perkembangan mengenai kondisinya, apakah sudah meminum obatnya, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang lain.Rebeca memang meminta dokter khusus untuk mengobati suaminya. Ia ingin sosok tampan itu menjadi pria perkasa yang bisa memuaskannya di atas ranjang. Ia bahkan rela membayar mahal dokter tersebut hingga mengikuti Morgan bertugas ke Paris selama tiga bulan. Tapi sayangnya Morgan sama sekali tak tertarik dengan apa yang Rebeca lakukan.Ia justru m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status