Share

Teka-Teki yang Disembunyikan Istriku
Teka-Teki yang Disembunyikan Istriku
Author: HERI_NAYALBIL

Bab 1. Catatan

"Catatan apa ini? Kenapa mulainya bisa ngepas saat ibuku tinggal di rumah?" Aku bertanya sendirian sambil membaca buku tebal berwarna hijau yang tersimpan di laci meja.

20 Januari 2022 Rp. 3.500.000;00

20 Februari 2022 Rp. 3.500.000;00

20 Maret 2022 Rp. 3.500.000;00

Sampai Agustus nominal yang tertera itu sama, kenapa bisa sebanyak itu? Catatan apa yang ditulis Lira, istriku?

Sederet pertanyaan muncul di dalam benak ini. Namun, memory yang berputar di kepala mengingatkan aku pada awal Januari 2022, dimana ibuku datang dari kampung dan sampai saat ini tinggal bersama kami.

Namaku Aditya Abraham, memiliki seorang istri bernama Lira Aurora. Pernikahan kami dikaruniai seorang anak wanita, namanya Andara Abraham.

Sekejap mataku terpanah dengan ditemukannya list yang ditulis oleh Lira. Kalau utang, dari mana dia membayarnya?

Tepat pukul 17:15 WIB. Lira datang dengan membawa anakku dalam gendongannya. 

"Kamu sudah pulang dari kantor, Mas? Kok tumben?" Lira menurunkan Andara dari gendongannya dan meraih punggung tangan ini untuk mengecupnya.

"Kamu dari mana? Apa tiap hari kamu keluyuran gini?" tanyaku penasaran.

Wajah Lira sontak menatapku penuh, tapi bibirnya kaku, tak bicara apa-apa.

"Kenapa nggak jawab? Apa tiap hari kamu keluyuran bersama Andara? Kalau dia sudah bisa bicara, mungkin bukan kamu yang kutanya, tapi Andara," ucapku mencari tahu jawabannya.

"Nggak kok, Mas, aku hanya ngajak jalan sore, iya tiap sore aku keliling kompleks," jawab Lira. Namun, entah mengapa dari jawabannya aku merasa ada yang disembunyikan.

"Ya sudah, kamu mandi sana, kayaknya capek jalan kaki gendong Andara," suruhku sambil menarik punggung tangan Andara supaya ikut denganku dulu, sebab istriku mau mandi. 

"Iya, Mas, aku mandi dulu," jawab Lira.

"Oh ya, Ibu kalau sore biasanya ke mana? Terus setelah mandi kita bisa bicara sebentar? Ada yang ingin kutanyakan." Aku memangku Andara sambil celingukan karena memang sejak pulang kerja tidak melihat ibu, istri dan anakku.

"Ibu ...." Baru saja Lira mau berkata, tapi ibu muncul dari luar.

"Ibu di sini, tadi abis beli minyak, udah nggak ada stok di dapur, biasa lah yang urus Ibu, istrimu mana pernah tahu urusan dapur," celetuk Ibu membuat Lira menundukkan kepalanya.

"Aku mandi dulu, Mas." Lira memilih bergegas dari sini ketimbang menimpali ibu.

Ibu berdecak kesal, dan meletakkan minyak yang dibawa olehnya di atas meja.

"Ibu heran sama Lira, kenapa nggak bisa irit sih jadi orang, boros banget kerja juga nggak, ngerepotin iya," cetus ibuku membuat mataku menyipit.

"Boros gimana, Bu? Bukankah semua uang belanja Ibu yang atur sejak Januari Ibu berada di rumah ini?" tanyaku heran.

"Ibu kadang ngetes dia nih, kasih dia duit lima puluh ribu, tapi sore udah abis, padahal masak cuma alakadarnya," jawab ibu.

Masa sih Lira seperti itu? Apa aku coba pasang cctv untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi?

***

Selepas mandi, Lira pun ke kamar menghampiriku. Ia duduk tepat di sebelahku persis. Sedangkan Andara, kini tengah berada di kamar ibuku.

Rambut Lira tampak kusut, aku mencoba menyisirnya supaya tertata rapi.

"Habis mandi seharusnya sisiran, kamu sudah nggak sempat nyisir ya?" tanyaku sambil terus merapikan rambutnya.

"Capek, Mas," jawab Lira singkat.

'Capek? Tadi kata ibuku malah merepotkan?' tanyaku dalam hati.

"Memang seharian kamu di rumah ngapain sampai kecapean? Nyuci kan ada mesin cuci, masak tadi kata ibuku dia yang masak," tuturku membuat Lira menoleh dan menatapku penuh, tapi setelah itu ia membuang mukanya.

"Ya, aku nggak masak, ibumu yang masak, tapi itu semua kan karena ...." Ucapan Lira tiba-tiba dihentikan. Raut wajahnya hanya memandangku dengan mata berkaca-kaca.

"Karena apa, Lira? Ada yang ingin kamu katakan?" tanyaku menyelidik. Namun, Lira hanya bangkit dan membuang tangannya seraya meluapkan kekesalan.

"Lira, ada apa ini? Kamu menyembunyikan sesuatu? Tadi kutemukan catatan di sebuah buku tebal berwarna hijau, catatan apa itu? Kenapa ada jumlah rupiah yang sama dari Januari lalu? Itu catatan utang kamu kah?" Posisi kami sama-sama berdiri, hanya berjarak beberapa jengkal saja, tanganku berada di dua bahu wanita yang kunikahi tiga tahun silam.

Bersambung 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Hallo author ijin baca ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status