Share

Bab 3

Author: Anna
Sesampainya di rumah, aku langsung merasa mengantuk. Saat terbangun, ternyata sudah hari berikutnya.

Aku benar-benar tertidur?

Aku nyaris tidak percaya. Terapi khusus kali ini ternyata benar-benar manjur.

Segala keraguan dan kecemasan yang kurasakan sebelumnya.

Sekarang, tampak seperti kekhawatiran yang tidak perlu.

Dokter Sam mungkin memang seorang dokter hebat.

Aku mengambil ponsel dan sempat ragu sebentar, tapi akhirnya tetap mengirim pesan pada Sam.

[Dokter Sam, tadi malam aku tidur nyenyak. Terima kasih.]

Butuh waktu lama sebelum akhirnya Sam membalas.

[Baguslah kalau hasilnya efektif.]

Kupikir Dokter Sam akan segera menyarankan jadwal untuk terapi berikutnya, tapi dia sama sekali tidak menyinggungnya.

Mungkin benar, aku terlalu berpikiran buruk.

Akhirnya, aku sendiri yang mengambil inisiatif untuk membuat janji dengan Dokter Sam. Terapi kedua adalah minggu depan.

Setelah menaruh ponsel, aku justru merasa sedikit bersemangat.

[Nina, bagaimana tidurmu semalam?]

Pesan dari Zara tiba-tiba masuk.

[Ah? Aku tidur cukup nyenyak.]

[Benarkah? Bagus sekali!]

Nada suara Zara penuh kegembiraan.

[Sudah kubilang Dokter Sam itu sangat hebat! Kamu harus terus melanjutkan terapi, supaya cepat sembuh!]

[Ya.]

[Nina, kamu nggak tahu betapa sedihnya aku melihatmu tersiksa sebelumnya.]

[Syukurlah sekarang ada Dokter Sam, akhirnya kamu bisa lepas dari gangguan insomnia.]

Memiliki seorang sahabat yang begitu peduli, sungguh keberuntungan bagiku.

Minggu berikutnya, aku hanya menjalani hari dengan menghitung waktu.

Aku mulai mencari berbagai informasi tentang terapi getaran frekuensi tinggi, serta berusaha memahami teori terapi Dokter Sam.

Meskipun istilah-istilah profesional itu membuatku bingung, kata-kata seperti meredakan kecemasan dan memperbaiki kualitas tidur membuatku merasa tenang.

...

Sesi terapi kedua tiba sesuai jadwal. Aku kembali melangkah masuk ke ruang praktik Sam.

"Nina, hari ini, kita akan melakukan terapi relaksasi mendalam."

Seperti biasa, Sam tetap menunjukkan sikap yang ramah dan tenang.

Dia menunjuk beberapa alat di samping, banyak di antaranya belum pernah kulihat sebelumnya

"Ini adalah alat terapi arus mikro dan alat getaran. Bisa membantu merilekskan otot dan sarafmu pada tingkat yang lebih dalam."

Meskipun ada sedikit rasa tidak tenang, mengingat hasil terapi sebelumnya, aku pun mengangguk.

Pertama-tama, dia memintaku berbaring di ranjang terapi, lalu menempelkan beberapa bantalan elektroda dingin di tubuhku.

"Mungkin akan terasa sedikit kesemutan, rileks saja."

Aku mengiyakan pelan, lalu memejamkan mata.

Arus mikro mulai dialirkan. Rasa geli dan kesemutan muncul dari titik-titik bantalan elektroda.

Rasanya gatal sekaligus kesemutan, bercampur dengan sesuatu yang sulit diungkapkan.

Perlahan, sensasi itu menyebar ke seluruh tubuh, membuat tubuhku bergetar.

Seiring meningkatnya intensitas arus mikro, rasa kesemutan itu makin kuat.

Tubuhku seakan bukan milikku lagi, terasa ringan dan melayang.

Lalu, Sam menyalakan alat getaran.

Bzzz...

Suara berfrekuensi rendah bergema di ruangan. Kepala alat getaran itu menyentuh kulitku.

Membawa rangsangan yang lebih kuat.

"Ah..."

Tubuhku benar-benar rileks dan kesadaranku mulai mengabur.

Entah sudah berapa lama, Sam akhirnya mematikan alat-alat itu.

Aku membuka mata, tapi pikiranku belum sepenuhnya pulih.

"Bagaimana rasanya?"

"Sangat rileks."

Suaraku masih bergetar.

"Bagus. Sekarang, kita lanjutkan ke sesi kedua hari ini."

Sam tersenyum tipis, lalu mengambil sesuatu dari samping.

Aku menajamkan pandangan, ternyata itu adalah sebuah alat pijat berbentuk seperti pistol!

"Dokter Sam, ini…!"

Aku terkejut dan refleks bergeser ke belakang.

"Jangan takut, Nina. Ini digunakan untuk merilekskan otot dasar panggulmu."

"Otot dasar panggul?"

Pipiku seketika memanas.

"Benar. Ketegangan pada otot dasar panggul juga bisa memengaruhi kualitas tidur. Ini adalah langkah kunci untuk keberhasilan terapi."

"Tapi…"

Aku tetap sulit menerimanya. Bukankah ini terlalu…

"Nina, apa kamu percaya padaku?"

Sam menatap mataku lekat-lekat.

Aku menatapnya balik, pikiranku kacau.

Haruskah aku memercayainya? Dia seorang dokter, seorang profesional.

Namun metode terapi seperti ini, rasanya terlalu…

Hanya saja jika aku menolak, bukankah semua upaya sebelumnya akan sia-sia?

Aku akan kembali terjebak pada malam-malam penuh siksaan insomnia…

"Aku…"

"Tenanglah, Nina. Aku akan melakukannya dengan lembut."

Dia perlahan mendekat, alat pijat berbentuk seperti pistol di tangannya berdengung dengan suara rendah.

Aku memejamkan mata, tubuhku menegang, menunggu segala sesuatu yang akan segera terjadi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terapi Psikologis Khusus   Bab 8

    "Dokter Sam, sebenarnya aku ingin mencoba beberapa alat terapi baru, tetapi aku malu untuk mengatakannya secara langsung.""Jadi..."Aku menunduk sambil memutar jariku, sementara suaraku makin pelan, nyaris seperti dengungan nyamuk."Oh? Kamu ingin mencoba apa?"Nada suara Sam sedikit naik, seolah-olah dia mulai tertarik.Suasana tegang pun tergantikan oleh nuansa ambigu.Aku memejamkan mata, lalu memberanikan diri."Aduh, Dokter Sam... maksud aku, yang bisa membuat orang lebih rileks, kamu tahu, 'kan..."Aku menggerakkan tangan sembarangan, sementara pipiku terasa sangat panas."Sepertinya aku kurang perhatian, sampai nggak sadar kalau kamu sudah menginginkan terapi yang lebih mendalam..."Sam mengambil sehelai rambutku, lalu memainkannya di ujung jarinya."Kalau kamu begitu menantikannya, mari kita... bekerja sama dengan baik..."Terapi berikutnya, Sam benar-benar menepati ucapannya.Dia mengeluarkan serangkaian alat yang belum pernah kulihat sebelumnya.Sebuah alat berbentuk pistol

  • Terapi Psikologis Khusus   Bab 7

    Hari itu, aku menatap bingung pada nomor asing yang tiba-tiba muncul di layar ponselku.Setelah ragu sejenak, akhirnya kuangkat telepon itu."Halo, Nina, aku Clarisa Dixon.""Aku... aku juga pasien Sam."Aku tertegun, butuh beberapa saat untuk menyadarinya."Kamu juga... korban?""Aku dan temanku juga mengalami hal yang sama sepertimu.""Temanku, kalian sudah pernah bertemu."Suara Clarisa terdengar lembut, tetapi rasanya seperti ada palu berat yang menghantam hatiku.Aku membuka mulut, tetapi tidak tahu harus mengatakan apa."Aku sedikit menguasai teknologi keamanan jaringan, mungkin bisa membantu?"Clarisa sepertinya menyadari keheninganku dan segera menambahkan ucapannya."Benarkah? Syukurlah!"Kehadiran Clarisa bagaikan secercah cahaya yang dilemparkan ke dalam jurang keputusasaan....Beberapa hari kemudian, aku akhirnya kembali mendapatkan kesempatan bagus saat Sam pergi keluar.Aku menyalakan komputer dan memasukkan diska lepas yang diberikan Clarisa."Clarisa, kita bisa mulai!"

  • Terapi Psikologis Khusus   Bab 6

    Setelah beberapa kali mencoba menyelidiki diam-diam, aku menemukan video-video tidak senonoh itu.Ternyata itu tersimpan di komputer klinik milik Sam, dalam sebuah folder terenkripsi."Sialan, bajingan ini cukup hati-hati juga."Aku menggertakkan gigi, jemariku dengan cepat mengetik di atas keyboard, berusaha membobol kata sandi.Tanggal lahir Sam? Salah.Tanggal lahir Zara? Masih salah.Bahkan kombinasi singkatan nama mereka berdua juga salah!"Sial, kata sandi macam apa yang dibuat bajingan ini?"Aku mengacak-acak rambut dengan kesal, sudut mataku melihat ada bayangan di pintu."Masa sih, dia kembali secepat ini?"Aku buru-buru menutup kotak input kata sandi dan berpura-pura membereskan buku catatan medis di meja.Saat itu, pintu berderit terbuka.Syukurlah, itu hanya ketakutan sesaat. Ternyata, itu bukan Sam.Aku menenangkan jantungku yang berdebar kencang, lalu memutuskan mengganti cara.Kalau tidak bisa mendapatkan video, aku akan mencari di tempat lain dulu.Aku membuka buku cata

  • Terapi Psikologis Khusus   Bab 5

    "Dokter Sam, barang kali ini bagus nggak?"Zara!Aku benar-benar terpaku, kepalaku berdengung.Barang? Barang apa?Aku berdiri di depan pintu, bingung antara masuk atau mundur."Tentu saja bagus, mana mungkin yang kamu bawa jelek?"Suara Sam tidak lagi selembut biasanya, justru terdengar sedikit genit.Zara terkekeh manja."Tentu saja, lihat saja siapa aku.""Lagi pula, apa hebatnya jadi bunga sekolah? Tetap saja bisa kamu permainkan.""Zara, dia sebodoh itu, benar-benar peringkat pertama di angkatan kalian? Dia sampai benar-benar percaya kalau aku sedang memberinya terapi!""Memang dia yang pertama, tapi bodohnya juga nyata.""Oh iya, Dokter Sam, kamu harus hati-hati, jangan sampai merusaknya.""Tenang, aku tahu batasnya.""Lagi pula kalau sampai rusak, masih ada kamu 'kan, Zara?""Aduh, menyebalkan... Tapi, video yang kamu rekam itu harus disimpan baik-baik...""Tenang saja, sudah kuarsipkan dengan rapi..."Suara Sam terdengar makin pelan, sisanya tidak bisa kudengar.Namun hanya dar

  • Terapi Psikologis Khusus   Bab 4

    Ujung alat pijat berbentuk seperti pistol itu menyentuh kulitku, sensasi dingin membuat bulu kudukku berdiri.Sam dengan cermat menyesuaikan posisinya."Nina, rileks, tarik napas dalam-dalam."Aku berusaha merilekskan tubuhku, tetapi alat itu terlihat begitu menakutkan, membuat hatiku masih dipenuhi rasa takut.Bzzz...Alat pijat berbentuk seperti pistol itu mulai bergetar, awalnya hanya getaran ringan."Ah..."Aku tidak kuasa menahan suara, tubuhku bergetar tanpa kendali.Tidak lama kemudian, getarannya makin besar dan makin dalam…Sensasi itu…Begitu kuat dan luar biasa.Seakan menyeretku ke dalam pusaran kenikmatan.Aku mencengkeram seprai erat-erat, begitu kuat hingga hampir merobeknya."Rileks, Nina. Sekarang, aku akan meningkatkan arusnya."Arus yang tiba-tiba meningkat membawa stimulasi yang begitu ekstrem, seakan menembus seluruh tubuhku.Sam juga mempercepat laju getaran alat pijat berbentuk seperti pistol itu.Tubuhku gemetar tanpa henti, pikiranku pun tidak bisa kukendalikan

  • Terapi Psikologis Khusus   Bab 3

    Sesampainya di rumah, aku langsung merasa mengantuk. Saat terbangun, ternyata sudah hari berikutnya.Aku benar-benar tertidur?Aku nyaris tidak percaya. Terapi khusus kali ini ternyata benar-benar manjur.Segala keraguan dan kecemasan yang kurasakan sebelumnya.Sekarang, tampak seperti kekhawatiran yang tidak perlu.Dokter Sam mungkin memang seorang dokter hebat.Aku mengambil ponsel dan sempat ragu sebentar, tapi akhirnya tetap mengirim pesan pada Sam.[Dokter Sam, tadi malam aku tidur nyenyak. Terima kasih.]Butuh waktu lama sebelum akhirnya Sam membalas.[Baguslah kalau hasilnya efektif.]Kupikir Dokter Sam akan segera menyarankan jadwal untuk terapi berikutnya, tapi dia sama sekali tidak menyinggungnya.Mungkin benar, aku terlalu berpikiran buruk.Akhirnya, aku sendiri yang mengambil inisiatif untuk membuat janji dengan Dokter Sam. Terapi kedua adalah minggu depan.Setelah menaruh ponsel, aku justru merasa sedikit bersemangat.[Nina, bagaimana tidurmu semalam?]Pesan dari Zara tiba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status