Share

Terapi Psikologis Khusus
Terapi Psikologis Khusus
Author: Anna

Bab 1

Author: Anna
Namaku, Nina Hayes.

Belakangan ini, tekanan yang seperti gunung menindihku, membuatku sulit bernapas dan insomnia menjadi hal biasa.

Segala cara sudah kucoba, mulai dari masker uap untuk mata hingga minyak aromaterapi, semuanya tidak berhasil.

Tidur yang tidak berkualitas membuat prestasi akademikku mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Akhirnya, sahabatku Zara Lopez yang paling bisa diandalkan menyarankan seorang psikolog.

Katanya dia sangat hebat, bisa mengurai emosi dan meredakan kecemasan.

Aku pun nekat datang, sekadar mencoba peruntungan.

Kliniknya berdesain sederhana dan elegan, tidak seperti rumah sakit yang dingin.

Orang yang menyambutku adalah seorang pria, dia mengenakan jas putih dan tampak sopan.

Um, parasnya cukup menawan.

"Halo, Nina."

Suaranya berat dan entah mengapa menenangkan.

"Aku Sam Watson, psikologmu."

Dia memintaku duduk di sofa dan memberikanku segelas air hangat.

"Belakangan ini, apa kamu merasa sangat tertekan?"

Ujung jarinya menyentuh punggung tanganku, menimbulkan rasa menggelitik yang membuatku merinding.

Aku buru-buru menerima gelas itu dan berkata pelan, "Terima kasih."

Dia menatapku dengan saksama.

"Kamu sudah melakukan yang terbaik, jangan terlalu keras pada dirimu sendiri."

Perasaan dimengerti seperti ini membuat sarafku yang tegang sedikit lebih rileks.

Mungkinkah, kali ini aku benar-benar menemukan orang yang tepat?

Suhu di ruang konsultasi sepertinya dinaikkan olehnya, aku merasa makin gerah.

Sam membolak-balik catatan medis milikku, alisnya makin berkerut.

Hatiku ikut terpilin bersama kerutan di alisnya.

Akhirnya, dia meletakkan berkas itu dan menatapku.

"Nina, kondisimu kurang lebih sudah kupahami. Semua metode penghilang stres yang ada di pasaran sudah kamu coba, tapi hasilnya nggak memuaskan, 'kan?"

Aku menatapnya dengan gelisah dan tanpa sadar menelan ludah.

"Dokter Sam, apa kamu punya cara mengatasinya?"

"Tentu saja, hanya saja..."

Dia sengaja berhenti sejenak.

"Hanya saja apa?"

Aku mendesak dengan cemas.

"Hanya saja, kondisimu cukup khusus dan perlu menggunakan terapi yang belum dipublikasikan di industri saat ini."

"Selama bisa mengobati insomniaku, metode apa pun akan kucoba!"

"Bagus, Nina. Ganti dengan ini."

Sam menyerahkan satu set pakaian yang katanya pakaian terapi.

Aku menerimanya, lalu masuk ke ruang ganti. Begitu kubuka, aku nyaris saja melemparnya.

Ini bukan pakaian terapi, melainkan pakaian dalam seksi!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terapi Psikologis Khusus   Bab 8

    "Dokter Sam, sebenarnya aku ingin mencoba beberapa alat terapi baru, tetapi aku malu untuk mengatakannya secara langsung.""Jadi..."Aku menunduk sambil memutar jariku, sementara suaraku makin pelan, nyaris seperti dengungan nyamuk."Oh? Kamu ingin mencoba apa?"Nada suara Sam sedikit naik, seolah-olah dia mulai tertarik.Suasana tegang pun tergantikan oleh nuansa ambigu.Aku memejamkan mata, lalu memberanikan diri."Aduh, Dokter Sam... maksud aku, yang bisa membuat orang lebih rileks, kamu tahu, 'kan..."Aku menggerakkan tangan sembarangan, sementara pipiku terasa sangat panas."Sepertinya aku kurang perhatian, sampai nggak sadar kalau kamu sudah menginginkan terapi yang lebih mendalam..."Sam mengambil sehelai rambutku, lalu memainkannya di ujung jarinya."Kalau kamu begitu menantikannya, mari kita... bekerja sama dengan baik..."Terapi berikutnya, Sam benar-benar menepati ucapannya.Dia mengeluarkan serangkaian alat yang belum pernah kulihat sebelumnya.Sebuah alat berbentuk pistol

  • Terapi Psikologis Khusus   Bab 7

    Hari itu, aku menatap bingung pada nomor asing yang tiba-tiba muncul di layar ponselku.Setelah ragu sejenak, akhirnya kuangkat telepon itu."Halo, Nina, aku Clarisa Dixon.""Aku... aku juga pasien Sam."Aku tertegun, butuh beberapa saat untuk menyadarinya."Kamu juga... korban?""Aku dan temanku juga mengalami hal yang sama sepertimu.""Temanku, kalian sudah pernah bertemu."Suara Clarisa terdengar lembut, tetapi rasanya seperti ada palu berat yang menghantam hatiku.Aku membuka mulut, tetapi tidak tahu harus mengatakan apa."Aku sedikit menguasai teknologi keamanan jaringan, mungkin bisa membantu?"Clarisa sepertinya menyadari keheninganku dan segera menambahkan ucapannya."Benarkah? Syukurlah!"Kehadiran Clarisa bagaikan secercah cahaya yang dilemparkan ke dalam jurang keputusasaan....Beberapa hari kemudian, aku akhirnya kembali mendapatkan kesempatan bagus saat Sam pergi keluar.Aku menyalakan komputer dan memasukkan diska lepas yang diberikan Clarisa."Clarisa, kita bisa mulai!"

  • Terapi Psikologis Khusus   Bab 6

    Setelah beberapa kali mencoba menyelidiki diam-diam, aku menemukan video-video tidak senonoh itu.Ternyata itu tersimpan di komputer klinik milik Sam, dalam sebuah folder terenkripsi."Sialan, bajingan ini cukup hati-hati juga."Aku menggertakkan gigi, jemariku dengan cepat mengetik di atas keyboard, berusaha membobol kata sandi.Tanggal lahir Sam? Salah.Tanggal lahir Zara? Masih salah.Bahkan kombinasi singkatan nama mereka berdua juga salah!"Sial, kata sandi macam apa yang dibuat bajingan ini?"Aku mengacak-acak rambut dengan kesal, sudut mataku melihat ada bayangan di pintu."Masa sih, dia kembali secepat ini?"Aku buru-buru menutup kotak input kata sandi dan berpura-pura membereskan buku catatan medis di meja.Saat itu, pintu berderit terbuka.Syukurlah, itu hanya ketakutan sesaat. Ternyata, itu bukan Sam.Aku menenangkan jantungku yang berdebar kencang, lalu memutuskan mengganti cara.Kalau tidak bisa mendapatkan video, aku akan mencari di tempat lain dulu.Aku membuka buku cata

  • Terapi Psikologis Khusus   Bab 5

    "Dokter Sam, barang kali ini bagus nggak?"Zara!Aku benar-benar terpaku, kepalaku berdengung.Barang? Barang apa?Aku berdiri di depan pintu, bingung antara masuk atau mundur."Tentu saja bagus, mana mungkin yang kamu bawa jelek?"Suara Sam tidak lagi selembut biasanya, justru terdengar sedikit genit.Zara terkekeh manja."Tentu saja, lihat saja siapa aku.""Lagi pula, apa hebatnya jadi bunga sekolah? Tetap saja bisa kamu permainkan.""Zara, dia sebodoh itu, benar-benar peringkat pertama di angkatan kalian? Dia sampai benar-benar percaya kalau aku sedang memberinya terapi!""Memang dia yang pertama, tapi bodohnya juga nyata.""Oh iya, Dokter Sam, kamu harus hati-hati, jangan sampai merusaknya.""Tenang, aku tahu batasnya.""Lagi pula kalau sampai rusak, masih ada kamu 'kan, Zara?""Aduh, menyebalkan... Tapi, video yang kamu rekam itu harus disimpan baik-baik...""Tenang saja, sudah kuarsipkan dengan rapi..."Suara Sam terdengar makin pelan, sisanya tidak bisa kudengar.Namun hanya dar

  • Terapi Psikologis Khusus   Bab 4

    Ujung alat pijat berbentuk seperti pistol itu menyentuh kulitku, sensasi dingin membuat bulu kudukku berdiri.Sam dengan cermat menyesuaikan posisinya."Nina, rileks, tarik napas dalam-dalam."Aku berusaha merilekskan tubuhku, tetapi alat itu terlihat begitu menakutkan, membuat hatiku masih dipenuhi rasa takut.Bzzz...Alat pijat berbentuk seperti pistol itu mulai bergetar, awalnya hanya getaran ringan."Ah..."Aku tidak kuasa menahan suara, tubuhku bergetar tanpa kendali.Tidak lama kemudian, getarannya makin besar dan makin dalam…Sensasi itu…Begitu kuat dan luar biasa.Seakan menyeretku ke dalam pusaran kenikmatan.Aku mencengkeram seprai erat-erat, begitu kuat hingga hampir merobeknya."Rileks, Nina. Sekarang, aku akan meningkatkan arusnya."Arus yang tiba-tiba meningkat membawa stimulasi yang begitu ekstrem, seakan menembus seluruh tubuhku.Sam juga mempercepat laju getaran alat pijat berbentuk seperti pistol itu.Tubuhku gemetar tanpa henti, pikiranku pun tidak bisa kukendalikan

  • Terapi Psikologis Khusus   Bab 3

    Sesampainya di rumah, aku langsung merasa mengantuk. Saat terbangun, ternyata sudah hari berikutnya.Aku benar-benar tertidur?Aku nyaris tidak percaya. Terapi khusus kali ini ternyata benar-benar manjur.Segala keraguan dan kecemasan yang kurasakan sebelumnya.Sekarang, tampak seperti kekhawatiran yang tidak perlu.Dokter Sam mungkin memang seorang dokter hebat.Aku mengambil ponsel dan sempat ragu sebentar, tapi akhirnya tetap mengirim pesan pada Sam.[Dokter Sam, tadi malam aku tidur nyenyak. Terima kasih.]Butuh waktu lama sebelum akhirnya Sam membalas.[Baguslah kalau hasilnya efektif.]Kupikir Dokter Sam akan segera menyarankan jadwal untuk terapi berikutnya, tapi dia sama sekali tidak menyinggungnya.Mungkin benar, aku terlalu berpikiran buruk.Akhirnya, aku sendiri yang mengambil inisiatif untuk membuat janji dengan Dokter Sam. Terapi kedua adalah minggu depan.Setelah menaruh ponsel, aku justru merasa sedikit bersemangat.[Nina, bagaimana tidurmu semalam?]Pesan dari Zara tiba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status