Share

Bab 2

Penulis: Panorama
Jantungku berdebar kencang dan kepalaku berdengung.

Tepat pada saat ini, suamiku menjawab sebuah panggilan dan berjalan keluar.

Hanya ada aku dan Kevin di dalam kamar. Aku mencengkeram erat ujung bajuku, sepertinya tekanan di tangannya menjadi lebih kuat.

Tak lama kemudian, suamiku kembali. Dia menatapku sambil berkata, "Ibuku suruh aku mengantarkan beberapa baju untuk anak kita, aku akan pulang lebih malam."

Apa?

Aku memanggilnya. "Sayang ... tapi ...."

Dia melambaikan tangannya. "Nggak usah gugup, santai saja. Kalian masih lama."

Sebelum aku menjawab, suamiku sudah keluar. Dia tidak peduli bahwa aku masih berbaring di samping pria asing ....

Sekujur tubuhku berkeringat deras. Kevin menghentikan aksinya dan pergi mengambil barang.

Aku perlahan-lahan meregangkan bahuku dan mengipasi diriku, wajahku sangat merah.

Hanya tersisa kami berdua di dalam ruangan. Seisi ruangan dipenuhi dengan aura ambigu.

Detak jantungku makin kencang.

Dia kembali ke sampingku, lalu berkata dengan suara berat, "Selanjutnya aku akan mulai merangsang ASI. Kamu boleh berteriak kalau sakit."

Setelah selesai berbicara, tangannya langsung menyentuh dadaku yang kenyal.

Seketika, tubuhku langsung menegang.

Aku menatapnya, ekspresinya masih sangat serius.

Jangan-jangan ... pikiranku terlalu negatif?

Aku menelan ludah dengan gugup. Wajar saja, ini adalah pekerjaannya dan sekarang aku hanyalah pasiennya.

Aku memejamkan mata dan mencengkeram erat seprai di bawah tubuhku.

Aku bisa merasakan tangannya bergerak naik dan turun di tubuhku. Terdapat kapalan di tangannya, aku perlahan-lahan membuka kancing bajuku.

"Ah."

Setelah merasakan tenaganya, hasrat di tubuhku makin membara.

Aku mendesah pelan.

Terdengar suara Kevin dari atas kepala. "Rileks saja, kalau nggak, hasilnya nggak bagus."

"Ya." Aku mengiakan dengan wajah memerah.

Ketika melihatnya, aku tiba-tiba teringat bahwa suamiku pernah menceritakan tentang sikapnya ketika berada di atas ranjang. Suamiku mengatakan dia sangat dominan.

Adegan tidak lulus sensor itu terlintas di benakku, tanpa sadar aku menelan ludah.

Aku membuka mataku dan melihat jakunnya berguling dengan cepat. Detik berikutnya, dia tiba-tiba mendekat dan naik ke ranjang.

Dia memijatku. Dadaku terasa sangat nyeri dan aku langsung menelan ludah.

"Sakit ... sakit sekali ...."

Tanpa sadar, aku memegang dadaku dengan kesakitan.

Dia meletakkan tangannya di tubuhku. "Rileks saja."

Tidak bisa, aku sangat tidak nyaman.

Aku meminta bantuan padanya. "Tolong bantu aku, aku kesakitan."

Kenapa sesakit itu?

Bukan hanya itu, aku juga merasakan hasrat yang luar biasa dari tubuhku!

Dia mengatakan bahwa aku harus rileks agar ASI-ku dapat terangsang dengan lancar.

Ketika dia berbicara, napasnya menyembur ke dadaku.

Hasratku pun menyala. Pria dan wanita berduaan di dalam kamar, jantungku hampir meledak.

Tiba-tiba, sebuah pikiran tidak senonoh muncul di benakku.

Haruskah aku ....

Aku menggelengkan kepala. Tidak ... tidak boleh.

Namun, dadaku terasa sangat sakit. Aku nyaris kehilangan tenaga dan kesadaranku perlahan-lahan memudar.

Sepertinya dia menyadari bahwa aku tidak sanggup bertahan lagi. Dia meletakkan tangannya di dadaku.

Aku menahan napas dan tidak tahu harus berbuat apa.

Namun, dadaku terasa sangat sakit. "Tolong aku ... sakit sekali."

Wajahku memerah dan aku perlahan-lahan merapatkan kakiku.

Tubuhku yang panas perlahan-lahan memudarkan kesadaranku.

Saat ini, terdengar suaranya. "Wajar kalau kamu nggak nyaman. Kubantu kamu mengeluarkannya, biar kamu nggak kesakitan lagi."

Sekujur tubuhku menegang. Tanpa basa-basi, dia langsung beraksi.

Aku tanpa sadar meremas ujung bajuku, dadaku terasa sangat sesak.

Tangannya mendarat ke dadaku, dia meremas dadaku dengan kasar.

"Kamu rileks saja, aku akan mengobatimu."

Aku tersipu malu dan ingin mendorongnya menjauh.

Namun, ketika tangannya menyentuhku, rasa sakit di dadaku pun berkurang.

"Kalau begitu, pelan-pelan. Dadaku sangat sakit."

Dia mengangguk pelan. "Tenang saja, aku akan pelan-pelan."

Napasku terengah-engah dan mulutku sangat kering.

Kesadaranku perlahan-lahan kembali, wajahku sangat merah.

Tadi, apa yang kupikirkan?

Gila!

Aku sudah gila. Aku sudah menikah, bagaimana boleh seperti ini ....

Aku mengerutkan bibirku dan tidak berani menatapnya.

Dia masih memijatku, proses perawatan belum selesai.

"Nggak secepat itu selesai. Tubuhmu jangan terlalu kaku, kalau nggak, aku nggak bisa membantumu."

Kondisi di dadaku sudah membaik, tidak terlalu sakit lagi. Suatu perasaan yang sulit dideskripsikan pun muncul di hatiku.

Dia menatapku, matanya agak sayu.

Melihat ekspresinya, sepertinya dia agak terpancing.

Aku bisa merasakan adanya sesuatu yang mengembang dengan cepat.

Tubuhku sangat tidak nyaman, aku tanpa sadar mendekatinya.

Saat ini, aku kehilangan akal sehatku lagi.

Dia menyuruhku mengubah posisi.

"Sayang, aku nggak leluasa kalau seperti ini. Bisakah kamu mengubah posisi?"

Napasnya terengah-engah, matanya tertuju pada area sensitif tubuhku.

Aku perlahan-lahan mengubah posisiku dan merapatkan sepasang kaki putihku. "Oke ...."

Tanpa basa-basi, dia langsung naik ke tubuhku.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terapis Laktasi Aneh   Bab 8

    "Tentu saja, aku ingin menerkammu sekarang."Terdengar suara yang bergairah.Tempat ini memang tidak kedap suara.Suara gesekan tubuh terdengar dari dalam, dia sangat bersemangat!Sekarang, aku sungguh ingin muntah!Aku tersenyum sinis sambil menekan tombol rekam. Ceritakan lebih banyak, ini akan menjadi bukti perselingkuhan kalian.Berdasarkan perkiraan waktu, Kevin akan segera tiba.Situasi di dalam sangat membara, mereka seolah-olah ingin melahap satu sama lain.Aku menahan rasa mual sambil mendengar.Lalu, Kevin mengirimkan pesan untuk mengabari bahwa dia akan segera tiba.Sudut bibirku terangkat, dia datang di waktu yang tepat.Aku bersembunyi di lorong evakuasi, terdengar suara langkah kaki.Kevin sudah datang, pertunjukan seru akan segera dimulai. Semoga Timo menyukai kejutan yang kusiapkan untuknya.Agar suasana lebih mendukung, mereka tidak menyalakan lampu. Jadi, Kevin langsung membuka pintu.Aku menutup mulutku untuk mengontrol suara tawaku.Terdengar teriakan keras dari dal

  • Terapis Laktasi Aneh   Bab 7

    Dia juga menyuruh Kevin meniduriku.Bagus!Ini jebakan berantai!Aku meletakkan kembali ponsel itu.Aku pernah bertemu dengan istri Kevin, dia sangat cantik.Dulu, dia adalah teman sekelas Timo dan mereka cukup akrab.Namun setelah menikah, mereka jarang berkomunikasi.Sekarang, sepertinya mereka bukan jarang berkomunikasi, melainkan berkomunikasi di atas ranjang.Sebuah rencana terlintas di benakku, aku langsung mengingat tanggal mereka pergi ke hotel.Pagi-pagi sekali, Timo mengatakan bahwa dia akan lembur di kantor.Aku menggerakkan jariku dan refleks bertanya, "Sayang, hari ini Minggu. Hari Minggu juga perlu pergi ke kantor?"Aku ingin mengetahui alasan apa yang akan dia gunakan untuk membohongiku.Sekujur tubuh Timo menegang. "Sayang, kamu juga tahu. Sekarang, kondisi ekonomi kurang baik, susah cari kerja. Aku juga mau menemanimu di rumah."Aku berpura-pura sedih. "Kalau begitu, kamu akan pulang untuk makan malam?"Dia menggelengkan kepalanya dengan lesu. "Hari ini, aku sudah janj

  • Terapis Laktasi Aneh   Bab 6

    Timo berlari keluar dan menatapku dengan panik. "Sayang, kamu baik-baik saja?"Aku tahu dia sedang memikirkan apakah aku mendengar perbincangan mereka.Aku terus bersandiwara. Aku menunjuk kakiku yang kesakitan dan bersandar ke pelukannya."Sayang, kakiku sakit sekali. Sepertinya aku terkilir. Sakit, sakit sekali."Dia mengira aku tidak mendengar perbincangan mereka dan terlihat lebih lega. Dia menatapku dengan galak sambil berkata, "Kenapa ceroboh sekali? Di rumah pun bisa jatuh."Aku menatapnya dengan tertekan. "Aku pun nggak tahu. Karena sandal ini, sakit sekali."Aku bertingkah manja.Kevin berdiri di depanku. "Mau kubantu pijat?"Aku melambaikan tanganku dengan malu-malu. "Nggak usah, nggak usah! Sayang, hari ini proses laktasi ditunda dulu, kakiku sakit."Karena aku sudah terluka, mereka tidak mempunyai alasan untuk melanjutkan rencana ini.Kevin menatapku dengan serius, tetapi dia tidak memaksaku."Ya sudah, takutnya efeknya nggak maksimal. Aku akan datang lain hari."Sikap Kevi

  • Terapis Laktasi Aneh   Bab 5

    Apa?Aku langsung tertegun dan tenggorokanku mengering. Memijat lebih dalam ... pijatan seperti apa yang dia maksud?"Apa maksudnya memijat lebih dalam?"Aku menatapnya dengan gugup.Dia menatapku sambil menjawab, "Oh, sekarang belum boleh dibocorkan. Tenang saja, kamu pasti akan merasakan yang lebih intens."Tatapannya membara.Jantungku berdebar kencang."Kali ini, kamu tunggu di luar saja."Dia melirik suamiku.Suamiku mengangguk. "Oke, panggil aku kalau butuh sesuatu."Apa?Suamiku tidak boleh masuk!Aku tidak tahu harus bagaimana menyampaikan pada suamiku, aku ingin dia menemaniku.Suamiku sudah berjalan ke balkon.Aku masuk dengan wajah memerah dan berbaring seperti sebelumnya."Kamu ... jangan macam-macam."Dia mengunci pintu dan langsung menerjang ke arahku, tindakannya sangat kasar.Napasku tidak beraturan, dia seolah-olah ingin menyiksaku!Dia hanya menggodaku beberapa kali, tetapi aku sudah mulai terbawa suasana."Apa kamu merindukanku? Waktu itu, tubuhmu sangat lembut dan b

  • Terapis Laktasi Aneh   Bab 4

    Aku menggendong anakku dengan perasaan campur aduk.Begitu naik ke atas, anakku terbangun dan menangis karena kelaparan.Aku segera mengangkat pakaianku dan meniru cara orang lain menyusui anak.Aku terus memperhatikannya sambil berharap ASI-ku segera keluar.Anakku mengisap dengan mata terpejam.Aku merasakan sensasi aneh di tubuhku.ASI-ku keluar!Aku menatap suamiku dengan gembira. "Sayang, berhasil, sudah ada ASI! Proses laktasi berhasil!"Aku dilanda dengan kegembiraan yang luar biasa.Mendengar ucapanku, suamiku segera menghampiriku. "Baguslah kalau sudah ada ASI! Dia sudah bantu kita atasi masalah besar."Ketika menunduk dan melihat anakku sedang minum ASI, beberapa adegan aneh terlintas di benakku.Tentu saja, aku bahagia.Sekarang, aku tidak perlu khawatir bahwa anakku akan kelaparan.Melihatku sedang menyusui, mata suamiku langsung bersinar.Hasratnya mudah terpancing.Dia langsung menerjang ke arahku.Aku memohon padanya untuk tidak bertingkah seperti ini.Namun, dia sudah t

  • Terapis Laktasi Aneh   Bab 3

    Tepat ketika aku ingin bergerak, ponselku berdering.Begitu panggilan tersambung, terdengar suara panik suamiku dari sambungan telepon."Sayang! Anak kita tersedak susu, harus dibawa ke rumah sakit sekarang."Aku segera tersadar dan langsung mendorongnya."Maaf, kita akhiri dulu hari ini. Terjadi sesuatu pada anakku."Aku bangkit dan segera mengenakan pakaianku, tetapi dia malah menahan tanganku."Kamu benaran mau pergi? Suamimu bisa bawa anakmu ke rumah sakit, memangnya sekarang kamu nggak tersiksa?"Jantungku berdebar kancang dan hasratku sangat kuat, tetapi aku sudah tersadar.Aku menepis tangannya dengan tegas sambil berkata, "Jaga sikapmu."Ekspresinya berubah dingin, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Aku memejamkan mata sambil berkata, "Hari ini, sampai di sini dulu."Dadaku terasa sangat sesak.Keterampilannya patut diakui.Namun ....Aku pergi dengan kukuh.Aku turun ke bawah dengan terengah-engah dan masih memikirkan hal itu.Tadi, apa yang ingin dia lakukan?Jangan-jang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status