Share

Terapis Laktasi Aneh
Terapis Laktasi Aneh
Penulis: Panorama

Bab 1

Penulis: Panorama
Namaku Wenny Karla. Aku sudah menikah dengan suamiku selama tiga tahun dan tahun ini aku melahirkan seorang anak.

Kekhawatiran terbesarku adalah aku tidak kunjung memiliki ASI dan anakku sering menangis karena kelaparan.

Ketika melihat tubuhku yang berisi, aku pun kesal. Aku memiliki ukuran yang sangat besar, tetapi sama sekali tidak memiliki ASI.

Oleh karena itu, aku dan suamiku mencoba berbagai cara. Mulai dari mengonsumsi ikan nila rebus, memakan pepaya dan berbagai metode lainnya, tetapi semuanya tidak efektif.

Anakku mulai menangis lagi. Aku mengangkat pakaianku dan berusaha untuk mencoba lagi.

Mulutnya mendekat ke tubuhku, tetapi tidak memperoleh setetes pun ASI. Alhasil, dia pun menangis histeris.

Aku memiliki ukuran payudara 36E, tetapi tidak bisa menyusui anakku. Hal ini membuatku sangat frustasi.

Selain itu, anakku juga tidak mau meminum susu formula.

Seiring berjalannya waktu, anakku makin kurus. Aku terpaksa mencari bantuan dari para ibu baru di kompleks tempat tinggalku.

Namun, aku tetap tidak menemukan solusi.

Anakku sudah tertidur lelap. Aku mengenakan piyama berenda, perlahan-lahan merangkak ke arah suamiku dan berkata dengan penuh gairah, "Sayang, bagaimana kalau kamu membantuku?"

Napasku terengah-engah dan hasratku pun bangkit.

Suamiku menggenggam tanganku sambil berkata dengan tidak berdaya, "Karena sudah seperti ini, coba kuminta bantuan sahabatku."

"Apa?" Aku bangun dari tubuhnya sambil bertanya dengan heran, "Aku nggak punya ASI, untuk apa cari sahabatmu?"

"Kevin yang pernah datang ke sini, istrinya juga nggak punya ASI. Dia yang tangani, dia adalah terapis laktasi yang bersertifikat."

Aku tertegun selama beberapa detik. Ketika membayangkan pria asing akan membantuku merangsang ASI, wajahku langsung memerah.

Aku pun panik. "Nggak boleh, dia itu pria!"

Membayangkan seorang pria akan mendekatiku dan meremas-remas tubuhku ....

Aku langsung berseru dengan wajah memerah. Aku menolak usulan ini.

Tangan suamiku perlahan-lahan mengarah ke area sensitifku sambil menghiburku, "Sayang, memangnya kenapa kalau dia itu pria? Aku nggak keberatan, lagian kamu nggak disuruh telanjang. Kamu lupa anak kita masih belum minum ASI!"

Kalimat ini menyadarkanku.

Aku ingat Kevin Ludo. Dia pernah datang ke rumah untuk makan bersama, lengannya sangat kekar ....

Aku penasaran apakah dia sering mengobrak-abrik istrinya di rumah. Ketika membayangkan adegan itu, aku tiba-tiba berkhayal bahwa diriku sedang ....

Memikirkan hal ini, aku pun tersipu.

Suara suamiku menyadarkanku. "Bagaimana, Sayang? Mau suruh dia coba? Masalah anak nggak boleh ditunda."

Hatiku bergejolak hebat. Aku perlahan-lahan menggigit bibirku, lalu mengangguk. "Baiklah, kita coba dulu."

Hari Minggu, Kevin datang pagi-pagi sekali.

Dia membawa beberapa peralatan.

Ketika melihatku, dia langsung melirik ke arah payudaraku.

Untuk memudahkan proses laktasi, aku memakai gaun longgar berkerah rendah.

Melihat urat-urat yang menonjol di tangannya, aku tanpa sadar menelan ludah.

Nanti, tangan itu akan menyentuh tubuhku ....

Kami masuk ke kamar.

Setelah suamiku mengungkapkan kekhawatiran kami, dia pun menghibur kami, "Hal seperti ini sering terjadi, jangan khawatir. Aku akan membantumu."

Ketika mendengarkan kata-kata terakhir yang dia lontarkan, wajahku sontak memerah. Aku menundukkan kepala dan tidak berani menatapnya.

Namun, ternyata tidak semenakutkan yang kubayangkan.

Aku berbaring di kasur dan suamiku berada di sampingku.

Seharusnya dia tidak akan melakukan hal tidak senonoh ....

"Aku akan membantumu merilekskan otot-ototmu, kamu santai saja."

Tangannya perlahan-lahan menyentuh perutku dan mengusap perutku dengan lembut.

Ketika tangannya bersentuhan dengan kulitku, hasrat terdalam di hatiku pun bangkit.

Aku mendesah pelan, lalu menyadari bahwa suaraku dapat menimbulkan kesalahpahaman. Aku segera menjelaskan, "Ma ... maaf, kulitku sangat sensitif."

Sikapnya sangat serius, dia tidak menunjukkan reaksi apa pun.

"Ini wajar. Aku akan lebih kuat, kamu boleh berteriak kalau sakit."

Suamiku menatapku sambil berkata, "Nggak apa-apa, istriku bisa tahan. Ini demi anak kami."

Aku mengangguk.

Dia mengusap tubuhku dengan lembut. Tanpa sadar, aku merapatkan sepasang kakiku dan wajahku pun memerah.

Dia mengetahui bahwa aku agak gugup dan menghiburku dengan mengatakan bahwa ini adalah hal yang normal.

Aku menggigit bibirku dan berusaha untuk menenangkan diri.

Tangan Kevin bergerak ke atas perut ....

Aku menelan ludah. Meskipun dia sangat serius, tubuhku menunjukkan reaksi yang aneh.

Melihat tangannya, aku malah membayangkan dia sedang berhubungan intim dengan istrinya di rumah.

Apa dia akan menggunakan tangannya yang kekar untuk merobek pakaian istrinya?

Aku tidak berani menatapnya dan segera memejamkan mataku.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terapis Laktasi Aneh   Bab 8

    "Tentu saja, aku ingin menerkammu sekarang."Terdengar suara yang bergairah.Tempat ini memang tidak kedap suara.Suara gesekan tubuh terdengar dari dalam, dia sangat bersemangat!Sekarang, aku sungguh ingin muntah!Aku tersenyum sinis sambil menekan tombol rekam. Ceritakan lebih banyak, ini akan menjadi bukti perselingkuhan kalian.Berdasarkan perkiraan waktu, Kevin akan segera tiba.Situasi di dalam sangat membara, mereka seolah-olah ingin melahap satu sama lain.Aku menahan rasa mual sambil mendengar.Lalu, Kevin mengirimkan pesan untuk mengabari bahwa dia akan segera tiba.Sudut bibirku terangkat, dia datang di waktu yang tepat.Aku bersembunyi di lorong evakuasi, terdengar suara langkah kaki.Kevin sudah datang, pertunjukan seru akan segera dimulai. Semoga Timo menyukai kejutan yang kusiapkan untuknya.Agar suasana lebih mendukung, mereka tidak menyalakan lampu. Jadi, Kevin langsung membuka pintu.Aku menutup mulutku untuk mengontrol suara tawaku.Terdengar teriakan keras dari dal

  • Terapis Laktasi Aneh   Bab 7

    Dia juga menyuruh Kevin meniduriku.Bagus!Ini jebakan berantai!Aku meletakkan kembali ponsel itu.Aku pernah bertemu dengan istri Kevin, dia sangat cantik.Dulu, dia adalah teman sekelas Timo dan mereka cukup akrab.Namun setelah menikah, mereka jarang berkomunikasi.Sekarang, sepertinya mereka bukan jarang berkomunikasi, melainkan berkomunikasi di atas ranjang.Sebuah rencana terlintas di benakku, aku langsung mengingat tanggal mereka pergi ke hotel.Pagi-pagi sekali, Timo mengatakan bahwa dia akan lembur di kantor.Aku menggerakkan jariku dan refleks bertanya, "Sayang, hari ini Minggu. Hari Minggu juga perlu pergi ke kantor?"Aku ingin mengetahui alasan apa yang akan dia gunakan untuk membohongiku.Sekujur tubuh Timo menegang. "Sayang, kamu juga tahu. Sekarang, kondisi ekonomi kurang baik, susah cari kerja. Aku juga mau menemanimu di rumah."Aku berpura-pura sedih. "Kalau begitu, kamu akan pulang untuk makan malam?"Dia menggelengkan kepalanya dengan lesu. "Hari ini, aku sudah janj

  • Terapis Laktasi Aneh   Bab 6

    Timo berlari keluar dan menatapku dengan panik. "Sayang, kamu baik-baik saja?"Aku tahu dia sedang memikirkan apakah aku mendengar perbincangan mereka.Aku terus bersandiwara. Aku menunjuk kakiku yang kesakitan dan bersandar ke pelukannya."Sayang, kakiku sakit sekali. Sepertinya aku terkilir. Sakit, sakit sekali."Dia mengira aku tidak mendengar perbincangan mereka dan terlihat lebih lega. Dia menatapku dengan galak sambil berkata, "Kenapa ceroboh sekali? Di rumah pun bisa jatuh."Aku menatapnya dengan tertekan. "Aku pun nggak tahu. Karena sandal ini, sakit sekali."Aku bertingkah manja.Kevin berdiri di depanku. "Mau kubantu pijat?"Aku melambaikan tanganku dengan malu-malu. "Nggak usah, nggak usah! Sayang, hari ini proses laktasi ditunda dulu, kakiku sakit."Karena aku sudah terluka, mereka tidak mempunyai alasan untuk melanjutkan rencana ini.Kevin menatapku dengan serius, tetapi dia tidak memaksaku."Ya sudah, takutnya efeknya nggak maksimal. Aku akan datang lain hari."Sikap Kevi

  • Terapis Laktasi Aneh   Bab 5

    Apa?Aku langsung tertegun dan tenggorokanku mengering. Memijat lebih dalam ... pijatan seperti apa yang dia maksud?"Apa maksudnya memijat lebih dalam?"Aku menatapnya dengan gugup.Dia menatapku sambil menjawab, "Oh, sekarang belum boleh dibocorkan. Tenang saja, kamu pasti akan merasakan yang lebih intens."Tatapannya membara.Jantungku berdebar kencang."Kali ini, kamu tunggu di luar saja."Dia melirik suamiku.Suamiku mengangguk. "Oke, panggil aku kalau butuh sesuatu."Apa?Suamiku tidak boleh masuk!Aku tidak tahu harus bagaimana menyampaikan pada suamiku, aku ingin dia menemaniku.Suamiku sudah berjalan ke balkon.Aku masuk dengan wajah memerah dan berbaring seperti sebelumnya."Kamu ... jangan macam-macam."Dia mengunci pintu dan langsung menerjang ke arahku, tindakannya sangat kasar.Napasku tidak beraturan, dia seolah-olah ingin menyiksaku!Dia hanya menggodaku beberapa kali, tetapi aku sudah mulai terbawa suasana."Apa kamu merindukanku? Waktu itu, tubuhmu sangat lembut dan b

  • Terapis Laktasi Aneh   Bab 4

    Aku menggendong anakku dengan perasaan campur aduk.Begitu naik ke atas, anakku terbangun dan menangis karena kelaparan.Aku segera mengangkat pakaianku dan meniru cara orang lain menyusui anak.Aku terus memperhatikannya sambil berharap ASI-ku segera keluar.Anakku mengisap dengan mata terpejam.Aku merasakan sensasi aneh di tubuhku.ASI-ku keluar!Aku menatap suamiku dengan gembira. "Sayang, berhasil, sudah ada ASI! Proses laktasi berhasil!"Aku dilanda dengan kegembiraan yang luar biasa.Mendengar ucapanku, suamiku segera menghampiriku. "Baguslah kalau sudah ada ASI! Dia sudah bantu kita atasi masalah besar."Ketika menunduk dan melihat anakku sedang minum ASI, beberapa adegan aneh terlintas di benakku.Tentu saja, aku bahagia.Sekarang, aku tidak perlu khawatir bahwa anakku akan kelaparan.Melihatku sedang menyusui, mata suamiku langsung bersinar.Hasratnya mudah terpancing.Dia langsung menerjang ke arahku.Aku memohon padanya untuk tidak bertingkah seperti ini.Namun, dia sudah t

  • Terapis Laktasi Aneh   Bab 3

    Tepat ketika aku ingin bergerak, ponselku berdering.Begitu panggilan tersambung, terdengar suara panik suamiku dari sambungan telepon."Sayang! Anak kita tersedak susu, harus dibawa ke rumah sakit sekarang."Aku segera tersadar dan langsung mendorongnya."Maaf, kita akhiri dulu hari ini. Terjadi sesuatu pada anakku."Aku bangkit dan segera mengenakan pakaianku, tetapi dia malah menahan tanganku."Kamu benaran mau pergi? Suamimu bisa bawa anakmu ke rumah sakit, memangnya sekarang kamu nggak tersiksa?"Jantungku berdebar kancang dan hasratku sangat kuat, tetapi aku sudah tersadar.Aku menepis tangannya dengan tegas sambil berkata, "Jaga sikapmu."Ekspresinya berubah dingin, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.Aku memejamkan mata sambil berkata, "Hari ini, sampai di sini dulu."Dadaku terasa sangat sesak.Keterampilannya patut diakui.Namun ....Aku pergi dengan kukuh.Aku turun ke bawah dengan terengah-engah dan masih memikirkan hal itu.Tadi, apa yang ingin dia lakukan?Jangan-jang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status