Sehari berlalu setelah prosesi lamaran Rio dan Inara, Rio nampak sangat bahagia sekali karena wanita yang sangat dia cintai kini telah dia dapatkan meskipun belum seutuhnya menjadi miliknya. Perhatian dan rasa sayang Rio bertambah besar untuk Inara, meskipun dia tau belum ada kata cinta untuknya dari Inara namun dia akan berusaha menumbuhkan rasa itu perlahan di hati Inara. Beda halnya dengan Rio, hati Inara masih dipenuhi perasaan cinta hanya untuk Arga yang masih belum bisa tergantikan oleh kehadiran Rio. Sebelum mengawali rutinitasnya sebagai dokter di sebuah rumah sakit, Rio menyempatkan untuk menghubungi meskipun hanya sekedar berpamitan. Mencoba menelpon Inara beberapa kali namun panggilan Rio tak dianggap oleh Inara. Meskipun begitu dia tetap besabar menanggapi sikap Inara. Dia kirimkan sebuah pesan singkat untuk Inara."Hay pagi calon istriku dan ibu anakku, aku pergi dulu ya, hari ini aku tidak ada jadwal piket jaga di IGD mungkin nanti bisa pulang agak cepat, nanti aku kerum
Rio tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, mengapa keluarga Inara tak membatalkan pertunangan Inara dengan Arga disaat mereka menerimanya. Pertanyaan itu memenuhi pikiran Rio, namun dia tetap berusaha untuk berpikir jernih menghadapi ini semua. Dia tak ingin rencana pernikahannya bersama Inara yang telah ditentukan berantakkan. "Inara, apa yang sebenarnya terjadi apa kamu belum membatalkan pertunanganmu dengan Arga?" Tanya Rio karena dia tak ingin rasa penasarannya mengganggu pikirannya dan merusak hubungan yang telah dia perjuangkan selama ini. "Belum Rio, kami bingung apa yang harus kami katakan kepada keluarga Arga untuk memutuskan pertunangan kami dalam keadaanku yang seperti ini." Penjelasan Inara membuat Rio tercengang, bagaimana bisa ini semua terjadi. Keluarga Inara menerimanya disaat mereka belum memutuskan pertunangan Arga dan Inara. Tapi Rio memahami ini semua terjadi juga karena kesalahannya yang masuk secara paksa dalam kehidupan Inara. Sadar bahwa dirinya masih bel
Seminggu berlalu persiapan pernikahan Rio dan Inara sudah selesai. Rio tak sabar menantikan hari bahagiannya bersama Inara yang hanya tinggal beberapa minggu saja. Undangan telah tercetak dan siap untuk disebarkan. Berbeda halnya dengan Rio yang berbahagia menantikan pernikahannya, Inara tak tenang memikirkan Arga yang masih belum mengetahui yang sebenarnya terjadi. Inara minta kepada kedua orang tuanya untuk menyampaikan ini semua kepada keluarga Arga."Ma, pa tolong bantu Inara menyampaikan rencana pernikahan Inara dengan Rio, aku takut Arga dan keluarganya salah paham dan akan menjadi masalah baru." Inara menyampaikan kekhawatirannya akan hubungannya dengan Arga kepada kedua orang tuanya. "Ya Nara mama dan papa nanti pasti akan memyampaikan ini semua, tapi tunggu kami masih memikirkan cara terbaik untuk memutus pertunangan kalian agar tidak menjadi permusuhan diantara keluarga kita." Inara hanya mengangguk pasrah dengan jawaban kedua oramg tuanya, dia tak bisa berbuat apa apa unt
Hari kepulangan Hesti telah tiba, dia telah mempersiapkan segala sesuatunya termasuk juga sebuah rencana untuk menghancurkan rencana pernikahan Rio dan Inara yang hanya kurang dua minggu. Sebelum berangkat ke bandara Hesti menghubungi Arga untuk memastikan bahwa sesampainya di Indonesia dia langsung bertemu dengan Arga dan menyampaikan berita yang sangat mengejutkan ini. Beberapa kali nada hubung telpon itu berbunyi namun belum juga Arga menjawab. Hesti memutuskannuntuk pergi bergegas ke bandara dan akan mencoba menghubungi Arga nanti sesampainya di bandara. Ditengah perjalanannya ke bandara, ponsel Hesti berdering dan ternyata Arga menghubungi balik Hesti. Segera Hesti menjawab telpon Arga sambil tersenyum kecut dan mengernyitkan dahinya. "Hai Ga akhirnya kamu respon juga." "Maaf Hes tadi aku lagi prepare buat jalan ke bandara. Gimana gimana kamu jadi pulang hari ini kan?" "Jadi Ga ini aku udah dijalan mau ke bandara mungkin lima jam lagi aku sampai. Kita ketemu dimana?" "Hmmm k
Mengetahui Arga belum tahu keadaan Inara yang saat ini sedang hamil dan akan menikah dengan Rio, Hesti merasa mendapat lampu hijau untuk melancarkan rencananya merusak masa depan Inara. Persahabatan yang mereka jalin selama ini telah musnah dihadapan Hesti dan bergantikan dengan perasaan dendam. Hesti memulai menghasut Arga sedikit demi sedikit sebelum dia menceritakan keadaan yang sebenarnya dan menceritakan rencananya untuk membalas semua perbuaatan Inara. "Ga kamu tidak pernah diajak Inara cerita bagaimana selama dia kamu tinggal?" "Maksudnya apa Hes? cerita apa?" Tanya Arga bingung. "Ya cerita apa yang dialami selama kamj tinggal, terus dengan siapa dia dekat selama kamu tinggal, apa kamu yakin Inara akan tetap setia menantikan kamu?" "Aku kok tambah gak ngerti ya Hes kamu ini ngomong apa? Ya jelaslah Inara setia sama aku, dia juga gak akan berbuat yang macam macam selama aku tinggal kerja. Kemarin saja kita telpon dan membahas persiapan pernikahan kita kok. Kamu inj ada ada a
"Sayang kenapa badanmu dingin semua, dan wajahmu pucat kamu gak papa kan?" Tanya Arga sambil memegang badan Inara yang sedang gugup. Inara merasa akan pingsan, matanya menatap kearah Hesti yang tersenyum senyum dari tadi. Nafas Inara tambah tidak beraturan, saat ini dia dipenuhi perasaan ketakutan. "Sayang kamu kenapa, kamu baik baik saja kan?" Tanya Arga sekali lagi. "Iya sayang gak papa, aku cuma sedikit pusing saja." Jawab Inara dengan gugup. "Udahlah Ra kamu istirahat, kamu harus banyak banyak istirahat jaga kesehatan jangan kecapean gak baik Ra. Ayo Ga biarkan Inara ini istirahat, kita pulang aja yuk." Hesti tiba tiba ikut berbicara dengan kata kata dan nada penuh sindiran kepada Inara.Arga mengerti maksud pembicaraan Hesti yang sedang menyindir soal kehamilan Inara yang masih dia tutupi. Tanpa banyak bicara Arga segera berpamitan untuk pulang, dan akan kembali lagi nanti. Merasa lega Inara mendengar mereka berdua berpamitan. Tak lama kemudian Hesti dan Arga pergi meninggalka
"Menghabiskan dua malam bersama Inara di puncak." Kata kata itu terngiang ngiang di benak Rio setelah dia berbicara dengan Arga. Benar seperti yang telah direncanakan oleh Arga, dia membuat Rio akan berpikir negatif soal kehamilan Inara saat ini setelah mendengar kata katanya. Rio mencoba mengira ngira apa yang sebenarnya terjadi, namun dia masih tetap berusaha untuk berpikir positif soal Inara. "Tidak mungkin, Inara bukan perempuan seperti itu pasti Arga sedang mengada ada, Inara hanya melakukan itu bersamaku saat malam itu dan dia sedang hamil anakku bukan anak Arga." Runtuk dalam hati Rio disaat dia masih kepikiran soal kata kata Arga. Tapi semua tidak semudah itu, tanpa dia sadar perasaan ragu itu muncul dalam benaknya ketika kata kata Arga terngiang ngiang datang kembali dalam benaknya. Tak ingin berpikiran buruk soal Inara, dia mencoba menghubungi Inara, namun beberapa kali dia mencoba memghubungi Inara tak juga dijawab. Pikiran Rio semakin kacau, dia memutuskan untuk pergi ke
Setelah Arga dan Hesti bertemu, mereka melakukan strategi mereka untuk mengelabui Rio. Arga menghubungi Rio untuk mengabari Rio jika dia siap untuk bertemu. Saat telpon terhubung dan Arga berbicara dengan Rio, saat itulah Hesti melakukan perannya. Hesti mendekat kepada Arga dan berbicara dengan nada manja. "Sayang telpon siapa sich?" Hesti dengan sengaja memanggil Arga untuk mengelabui Rio. Benar saja Rio ketika mendengar suara itu langsung bertanya kepada Arga. "Siapa itu Ga?" Tanya Rio. "Inara, biasa dia lagi kambuh manjanya kalau habis lama tidak ketemu." Jawab Arga dan diikuti dengan suara Hesti yang kembali memanggil manja kepada Arga. "Sayang telpon siapa kok lama sekali, siapa sich sayang. Ayo keburi mama sama papa datang tutup dulu telponnya sayang kita lanjutkan lagi. Ayo sayang!" Hesti kembali memainkan perannya sebagai Inara yang sedang merayu Arga. "Aduh Rio maaf ya, kita lanjut nanti ya ngobrol nya kita langsung ketemuan di cafe aja ya aku kirim alamatnya. Ini Inara