Beranda / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 174. Kemewahan apartemen Ayah

Share

Bab 174. Kemewahan apartemen Ayah

Penulis: Galaxybimasakti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-20 21:42:36

"Selamat pagi, Pak Rudi. Terima kasih atas sambutannya," balasku, berusaha bersikap santai. "Tapi, saya ingin sarapan bersama Mama Siska dan Nayla. Bisa tolong Pak Herdi jemput mereka di apartemen?"

"Tentu, Tuan. Saya segera atur. Pak Herdi akan menjemput mereka sekarang," jawab Pak Rudi, lalu mengangguk pada seorang pelayan yang segera bergerak untuk menghubungi Pak Herdi.

Sambil menunggu, aku dan Pak Rudi mengobrol di ruang makan. Dia duduk di kursi seberangku, menjaga jarak sopan tapi tetap ramah.

"Penthouse ini memang sudah lama dibangun oleh Tuan Henri, beliau memerintahkan saya agar mendampingi tuan Raka." kata Pak Rudi. "Semua fasilitas di sini dirancang untuk kenyamanan. Kalau boleh tahu, Tuan Raka sudah betah tinggal di sini?"

Aku tersenyum kecil. "Masih agak kaget, Pak. Semuanya... begitu sangat mewah. Saya harus membiasakan diri."

Pak Rudi tertawa pelan. "Wajar, Tuan. Tapi saya yakin, sebentar lagi Tuan akan merasa seperti di rumah sendiri. Kalau ada apa-apa, dari urusan ke
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 175. Pergi jalan-jalan

    Setelah sarapan bersama Mama Siska dan Nayla, aku merasa ingin menghabiskan hari ini dengan mereka. Jakarta mungkin sibuk, tapi aku tahu ada beberapa tempat dengan pemandangan indah yang bisa kami kunjungi bersama. Aku ingin suasana santai, jauh dari kemewahan apartemen untuk sementara waktu."Ma, Nay, kita jalan-jalan hari ini, yuk," ajakku sambil memandang mereka yang masih duduk di sofa ruang tamu. "Hari Minggu gini enaknya ke tempat yang pemandangannya bagus."Nayla, langsung bersorak. "Hore! Aku setuju, Bang! Ke mana, nih? Pantai Ancol apa ke Monas?"Mama Siska tersenyum, tapi matanya masih menunjukkan sedikit kekhawatiran. "Raka, asal aman aja, ya. Mama masih ingat soal orang misterius itu. Apa dia tidak akan mengikuti kita?""Tenang, Ma. Kita pergi sama Pak Herdi, naik mobil. Aman, kok," kataku meyakinkan. "Kalian ganti baju dulu, ya. Pak Herdi antar kalian balik ke apartemen, nanti jemput aku di depan.""Ok, Bang! Aku mau pakai baju yang baru beli kemarin!" seru Nayla, langsun

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 174. Kemewahan apartemen Ayah

    "Selamat pagi, Pak Rudi. Terima kasih atas sambutannya," balasku, berusaha bersikap santai. "Tapi, saya ingin sarapan bersama Mama Siska dan Nayla. Bisa tolong Pak Herdi jemput mereka di apartemen?""Tentu, Tuan. Saya segera atur. Pak Herdi akan menjemput mereka sekarang," jawab Pak Rudi, lalu mengangguk pada seorang pelayan yang segera bergerak untuk menghubungi Pak Herdi.Sambil menunggu, aku dan Pak Rudi mengobrol di ruang makan. Dia duduk di kursi seberangku, menjaga jarak sopan tapi tetap ramah."Penthouse ini memang sudah lama dibangun oleh Tuan Henri, beliau memerintahkan saya agar mendampingi tuan Raka." kata Pak Rudi. "Semua fasilitas di sini dirancang untuk kenyamanan. Kalau boleh tahu, Tuan Raka sudah betah tinggal di sini?"Aku tersenyum kecil. "Masih agak kaget, Pak. Semuanya... begitu sangat mewah. Saya harus membiasakan diri."Pak Rudi tertawa pelan. "Wajar, Tuan. Tapi saya yakin, sebentar lagi Tuan akan merasa seperti di rumah sendiri. Kalau ada apa-apa, dari urusan ke

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 173. Kehidupan baru yang mewah

    Aku tiba di depan gedung apartemen orangtuaku, yang kini menjadi tempat tinggalku. Langit malam Jakarta berkilau dengan lampu-lampu gedung tinggi, dan gedung ini berdiri megah di tengah hiruk-pikuk kota. Kaca-kaca eksteriornya memantulkan cahaya, menciptakan kesan modern dan eksklusif. Begitu turun dari mobil, aku disambut oleh Pak Jamal dan Pak Bambang, dua petugas keamanan yang pernah bertemu denganku saat aku datang bersama orangtuaku beberapa waktu lalu. Mereka berdiri tegak di pos jaga, seragam mereka rapi dengan lencana berkilau di dada."Selamat malam, Tuan Raka, selamat datang kembali." sapa Pak Jamal dengan senyum lebar, suaranya penuh hormat. "Senang bertemu lagi.""Selamat malam, Pak," balasku, mencoba bersikap santai meski sebutan "Tuan" masih terasa asing di telingaku. Pak Bambang, yang sedikit lebih pendiam, tersenyum kecil. "Tuan Raka, silakan masuk. Kami panggilkan pelayan untuk mengantar," katanya sambil mengangguk.Aku hanya mengangguk, sedikit canggung dengan keram

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 172. Tempat tinggal baru

    Seketika mereka mendekat, membungkuk sambil tersenyum. “Maaf, Tuan Raka. Saya tidak tahu kalau Anda Tuan Raka.” Aku menjawab, “Tidak apa-apa, Pak. Santai saja. Saya mau masuk dulu, ya.” “Silakan, Tuan Raka. Hati-hati,” kata mereka. Mereka sangat sopan. Security yang lebih muda tampak terkejut. Aku sempat mendengar percakapan mereka. “Dia siapa, sih?” tanya security muda. “Itu Tuan Raka, anak pemilik apartemen ini,” jawab yang lebih tua. Identitasku memang belum diketahui banyak orang, tapi aku merasa tidak nyaman dengan perlakuan seperti itu. Entah apa yang akan terjadi jika ayah mengumumkan bahwa aku adalah anaknya.Akhirnya, aku sampai di unit apartemen Mama Siska. Ukurannya memang lebih besar dari unit lain. Aku menekan bel, dan tak lama kemudian Mama Siska membuka pintu. “Eh, Raka, kamu datang juga. Ayo masuk,” katanya. Kami masuk ke dalam. Apartemen itu terasa sangat nyaman dan luas. Ruang tamunya cukup besar, dengan sofa empuk berwarna abu-abu yang mengundang unt

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 171. Dia kembali datang

    Aku menyerahkan desain iklan kepada Alicia. Sebenarnya, aku merasa ragu untuk masuk ke ruangannya. Alicia berkata, “Silakan duduk, Raka.” Aku menyerahkan desainku. “Ini desainnya, sudah selesai.” Alicia mengangguk. “Terima kasih, Raka. Sekarang kamu kembali ke ruanganmu.” Ternyata, Alicia sama sekali tidak mengatakan tentang pertemuan kita hari ini. Aku ingin bertanya apakah nanti kami akan bertemu di apartemennya, tapi aku ragu untuk mengatakannya. Saat aku hendak membuka pintu, Alicia berkata, “Raka, hari ini aku masih ada urusan lain. Kamu pulang saja.” Aku hanya mengangguk, lalu kembali ke ruanganku. Dalam hati, aku merasa lega karena tidak jadi bertemu dengannya. Aku bisa langsung pulang. Namun, aku belum tahu bagaimana keadaan di rumah, apakah barang-barang sudah dipindahkan ke apartemen atau belum. Aku melanjutkan desain iklan lain dan kembali fokus bekerja. Saat jam makan siang, Alicia memanggilku ke ruangannya. “Raka, aku harus ke luar kota lagi,” katanya. “Ak

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua   Bab 170. Masalah tidak pernah hilang

    Mama Siska tampak khawatir. “Apartemen mana, Raka? Di apartemen pasti mahal. Lebih baik di kontrakan biasa saja yang murah.”Aku menjelaskan, “Di apartemen milik ayahku, Ma. Jadi, Mama jangan pikirkan soal biaya. Yang penting Mama dan Nayla aman.”Mama Siska masih ragu. “Tapi, Raka, Mama tidak bisa menerima begitu saja Mama kan....”Aku memotong, “Pak Budi sendiri yang menyarankan, Ma. Ayah pasti mengizinkan Mama dan Nayla tinggal di apartemennya. Ayah sudah tahu tentang Mama, aku sering menceritakan kalian. Ibu juga tahu tentang Mama. Selama ini kalian sudah banyak membantu aku. Berkat Mama, aku bisa tinggal di sini. Kalau tidak ada Mama, entah aku tinggal di mana, mungkin di kontrakan. Di sini aku tidur, makan, dan semuanya gratis, kan? Jadi, Mama jangan merasa tidak enak. Sekarang giliran aku membalas kebaikan Mama.”Mama Siska menatapku dengan mata berkaca-kaca. “Terima kasih, Raka. Kamu sudah banyak membantu kami. Kalau tidak ada kamu, mungkin Mama tidak akan berada di sini.”Nay

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status