Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 58. Ada yang berbeda dengan Claire

Share

Bab 58. Ada yang berbeda dengan Claire

last update Last Updated: 2025-04-27 11:33:11

Kericuhan di pantry tadi masih terngiang di kepalaku saat aku kembali ke meja kerja. Tatapan Reza yang penuh luka, kata-kata Liana yang seperti bom, dan wajah kaget karyawan lain membuatku merasa seperti aktor dalam drama kantor yang buruk. Aku mencoba fokus pada layar laptop, mengetik laporan yang sebenarnya tidak mendesak, tapi pikiranku kacau. Aku hanya ingin hari ini cepat selesai, pulang, dan menjauh dari semua ini. Tapi belum sempat aku menarik napas lega, Bu Alicia datang dan memanggilku untuk datang ke ruangannya.

"Raka, ke ruanganku sekarang!" katanya, lalu dia kembali ke ruangannya.

"Baik Bu," jawabku segera.

Aku menutup laptop, berjalan ke ruangan Alicia dengan langkah berat. Di dalam, dia duduk di kursi kerjanya, wajahnya serius dan tetap berwibawa.

“Duduk, Raka,” katanya, menunjuk kursi di depannya. Aku menurut, merasa seperti anak sekolah yang dipanggil kepala sekolah.

“Raka, aku dengar apa yang terjadi di pantry tadi,” ujarnya langsung, matanya menatap tajam.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 59. Gairah di apartemen

    Sore itu, kantor mulai sepi saat aku bersiap untuk makan malam dengan klien dari Paris. Bu Alicia memutuskan ikut, mengatakan ini kesempatan bagus untuk mempererat hubungan dengan mereka.“Raka, kita naik mobilku. Motornya tinggal di kantor dulu, nanti aku antar balik,” katanya, nadanya tidak bisa ditolak.“Baik, Alicia,” jawabku, meski sedikit ragu.Aku mengunci motor di parkiran, lalu masuk ke BMW hitam Alicia. Di dalam mobil, aroma parfumnya yang elegan memenuhi udara, dan dia mengemudi dengan santai, sesekali melirikku. “Kamu tampak tegang, Raka. Santai saja, ini cuma makan malam biasa,” katanya, tersenyum tipis. Kali ini Alicia yang menyetir.Aku tersenyum kecil, mencoba menutupi kekacauan di pikiranku—Tiara, Reza, Liana, dan sekarang proyek besar ini. “Cuma excited, Alicia. Pengen proyek ini sukses.”Alicia mengangguk. “Aku tahu kamu bisa. Claire sepertinya sangat menyukaimu. Manfaatkan itu, tapi tetap profesional.”Makan malam diadakan di restoran mewah di pusat kota, dengan p

    Last Updated : 2025-04-27
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 60. Malam panas bergairah

    Sesampai di rumah, sudah pukul sebelas malam. Aku membuka pintu perlahan, berharap semua sudah tidur. Tapi di dapur, Mama Siska masih terjaga, duduk di meja kecil dengan secangkir teh hangat. Cahaya lampu dapur yang redup membuat wajahnya terlihat lembut, tapi ada kekhawatiran di matanya saat melihatku.“Raka, baru pulang? Kok malam banget?” tanyanya, suaranya penuh perhatian.Aku tidak bisa menahan diri. Aku mendekat, memeluknya erat dari belakang, wajahku tenggelam di rambutnya yang wangi.“Sayang, aku capek,” bisikku, suaraku parau.Aku ingin menceritakan semuanya mengenai Tiara dan Alex, aku sudah lelah menghadapi mereka tapi kata-kata itu tersekat di tenggorokanku. Aku takut melukainya.Mama Siska memegang tanganku, membalas pelukanku dengan lembut.“Raka, apa pun yang terjadi, kamu kuat. Aku tahu itu,” katanya, nadanya hangat seperti pelukan. Dia berbalik, menatapku dengan mata yang penuh kasih. “Coba ceritakan? Aku selalu ada di dekatmu.”Aku menggeleng, tersenyum kecil. “Untuk

    Last Updated : 2025-04-27
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 61. Kenikmatan surgawi yang tak henti

    Lalu kita melakukan posisi lain, aku suruh Mama Siska untuk menungging di tepi ranjang. Posisinya sangat membuatku bergairah, dan kita kembali bersatu. Aku pegang pinggulnya, aku goyang dengan kecepatan penuh. Ranjangnya sampai ikut berdecit, sesekali aku tepuk pinggulnya tapi tidak terlalu keras.Entah sudah berapa lama permainan kita, aku sama sekali tidak merasa capek ataupun lelah. Mama Siska juga tidak terlihat capek, aku kagum karena dia bisa mengimbangiku.Di posisi terakhir, aku baringkan tubuhnya dan aku memeluknya erat. Ciuman hangat semakin nikmat, di tambah goyanganku yang tidak berhenti. Kecepatannya semakin kencang, tandanya kenikmatanku akan segera tiba. Mama Siska semakin erat memelukku, ketika hentakanku semakin tidak terkendali.Kenikmatanku akhirnya sampai, aku segera mengeluarkannya di atas perutnya. Aku masih mengatur nafasku yang tersengal-sengal, lalu aku menjatuhkan tubuhku di atas tubuhnya. Kita sekarang bersatu, Mama Siska mengelus rambutku pelan dan aku tert

    Last Updated : 2025-04-27
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 62. Kecelakaan kecil

    Pagi di kantor terasa lebih sibuk dari biasa. Meja-meja penuh dokumen, dan suara ketikan keyboard bercampur dengan obrolan ringan karyawan. Aku duduk di mejaku, mengecek ulang konsep iklan untuk klien dari Paris. Claire dan timnya sudah tiba, dan mereka langsung masuk ke ruang meeting bersama Bu Alicia. Aku memperhatikan Claire dari kejauhan—rambut cokelatnya yang bergelombang, mata cokelat tua yang mirip dengan mataku, dan senyumnya yang selalu hangat saat menatapku. Kata-kata Bu Alicia kemarin malam terngiang: *Claire sepertinya sangat menyukaimu.* Aku menggeleng pelan, mencoba fokus. *Jangan overthinking, Raka. Ini cuma kerja,* batinku.Tapi sulit untuk tidak memikirkan Claire. Ceritanya tentang pamannya yang mirip denganku terasa seperti alasan, apalagi setelah aku menyadari kesamaan warna rambut dan mata kami. Apakah dia benar-benar tertarik padaku, atau cuma aku yang terlalu curiga? Aku menghela napas, membuka laptop, dan memaksa diri tenggelam dalam pekerjaan. Masa laluku bukan

    Last Updated : 2025-04-27
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 63. Persahabatan kembali bersatu

    Sore itu, kantor mulai lengang. Claire, Monsieur Laurent, dan Pierre sudah pamit pulang setelah meeting tambahan untuk proyek iklan.Saat berpamitan, Claire mendekatiku, matanya penuh perhatian. “Raka, get well soon, okay? Don’t push yourself too hard,” katanya, suaranya lembut.Sapu tangannya masih tergenggam di tanganku, wangi parfumnya samar-samar tercium.“Makasih, Claire. Aku baik-baik aja,” jawabku, tersenyum kecil.Aku bisa merasakan tatapan tajam Liana dari mejanya, wajahnya kaku, jelas tidak suka melihat kedekatan kami. Aku mengabaikannya, sudah terlalu lelah dengan kecemburuannya yang tidak beralasan.Saat jam pulang tiba, Liana mendekati mejaku, tasnya sudah di pundak.“Raka, pulang bareng, yuk? Aku khawatir kamu kenapa-kenapa di jalan, apalagi tanganmu luka,” katanya, nadanya penuh perhatian tapi ada nada genit yang tidak bisa disembunyikan.Aku menahan napas, kesal tapi berusaha santai. “Nggak usah, Li. Aku bisa sendiri. Lagian, motor nggak susah dikendarain cuma pake sat

    Last Updated : 2025-04-27
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 64. Strategi untuk menjatuhkan

    Aku berdiri di kamar mandi, air dingin membasahi tubuhku, mencoba mendinginkan kepala yang penuh pikiran. Persahabatan dengan Reza akhirnya pulih, dan itu seperti beban besar yang terangkat dari pundakku. Tapi kekhawatiran baru muncul—tatapan Reza ke Mama Siska tadi terlalu jelas, terlalu penuh kagum. Aku harus memastikan dia tidak mendekatinya. Aku menghela napas, menggosok luka kecil di tanganku yang masih perih, lalu keluar dari kamar mandi dengan handuk di bahu.Di ruang tengah, Mama Siska sedang duduk di sofa, memotong sayuran untuk makan malam. Dia menoleh saat aku lewat, dan matanya langsung tertuju pada perban di tanganku.“Raka, kamu kenapa? kenapa tanganmu terluka?!” serunya, buru-buru berdiri, wajahnya penuh kekhawatiran.Dia menarik tanganku, memeriksanya angat perhatian dan terlihat cemas.“Ma, tenang. Ini cuma memar kecil ko, udah diobatin di kantor,” kataku, tersenyum untuk menenangkannya.“Tapi ini berdarah lagi! Ayo, biar Mama bersihin,” tegasnya, menarikku duduk di s

    Last Updated : 2025-04-28
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 65. Tatapan Claire dan makan malam romantis

    Setiap hari di kantor terasa seperti lari maraton. Meja-meja penuh dokumen, dan ruang meeting sudah digunakan untuk proyek iklan dengan klien dari Paris. Aku duduk di samping Claire, laptop terbuka, menjelaskan revisi terbaru pada konsep visual. Claire mendengarkan dengan serius, sesekali mencatat, tapi matanya sering kali menatapku lebih lama dari yang diperlukan. Aku tidak tahu, apakah benar Claire menyukaiku seperti kata Alicia. Aku mengusir pikiran itu, fokus pada slide di layar.“Raka, I love how you balance modern and traditional elements here,” kata Claire, menunjuk salah satu desain. “It’s fresh but still authentic. How did you come up with it?”Aku tersenyum, menjelaskan inspirasi dari pasar tradisional dan iklan global yang pernah kurelakan. “Aku suka ngeliat hal-hal kecil di sekitar, Claire. Kadang ide terbaik datang dari warung kopi atau obrolan sama tukang sayur,” kataku, setengah bercanda.Claire tertawa, suaranya renyah. “You’re so grounded, Raka. It’s refreshing.” Dia

    Last Updated : 2025-04-28
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 66. Dinner singkat, tertidur di apartemen

    "Kamu sudah siap?" kataku di sebelum pergi. "Sudah Raka," katanya ketika sudah duduk di jok belakang.Motor melaju pelan di jalan malam, angin sejuk membelai wajahku. Mama Siska memeluk pinggangku erat, tubuhnya hangat di belakangku. Restoran yang kutuju adalah tempat kecil di pinggir kota, dengan pemandangan lampu-lampu gedung yang berkilau seperti bintang. Aku memarkir motor, membantu Mama Siska turun, dan dia tersenyum malu-malu, rambutnya sedikit berantakan karena angin. “Raka, ini beneran nggak apa-apa, kan? Kalau Nayla pulang duluan gimana?” katanya, nadanya cemas.“Tenang, sayang. Kita cek dulu,” jawabku, mengeluarkan ponsel.Aku menghubungi Nayla, dan suaranya yang ceria langsung terdengar. “Bang, aku masih di kampus, ada acara. Pulang mungkin jam sepuluh atau lebih. Kenapa memangnya?”“Nggak apa-apa, Nay. Hati-hati, ya,” kataku, mengakhiri panggilan. Aku menatap Mama Siska, tersenyum. “Aman, Ma. Kita punya waktu sampe jam sembilan.”Dia menghela napas lega, pipinya memerah.

    Last Updated : 2025-04-28

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 81. Cerita masa lalu

    "Nanti setelah tiba di apartemen, kamu jangan dulu masuk biar kita tidak sedang bersama." katanya.Aku mengangguk, "Baik, aku mengerti." Setelah mobil Alicia masuk apartemen, aku menunggunya dulu agar dia masuk ke dalam. Setelah dia masuk ke dalam, aku mulai masuk masuk dan memarkirkan motorku. Aku berjalan menuju apartemennya, aku sudah pernah ke apartemennya jadi aku sudah tahu. Ketika sudah di depan pintu, Alicia seakan tahu dan dia membuka pintunya. Aku duduk di sofa, memegang segelas jus mangga yang dia tawarkan.“Raka, makan dulu, aku punya pasta enak,” katanya, tersenyum, tapi aku menggeleng sopan.“Belum laper, Alicia. tadi aku sudah makan banyak cemilan di kantor,” kataku berbohong, tersenyum kecil, meski perutku sebenarnya keroncongan. Alicia mengangguk, duduk di sampingku, dan kami mulai mengobrol. Tapi Alicia tetap memberikan aku makanan kecil, dia terus memaksa dan akhirnya aku memakannya juga. Aku menceritakan rencana baru kami melawan Alex dan Tiara—menggunakan orang

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 80. Rencana baru

    Di rumah, suasana pagi berjalan seperti biasa. Aku lebih dulu menuju meja makan, sementara Tiara masih di kamarnya. Nayla juga belum terlihat, mungkin dia masih bersiap-siap. Mama Siska menyiapkan sarapan, senyumnya membantu bersemangat pagi ini.“Raka, pagi ini Mama bikin ayam goreng mentega, jangan lupa makanannya di habiskan,” katanya, menyerahkan kotak makan."Terima kasih Ma, bekalnya pasti aku makan habis." Dan Tiara datang, dia terlihat buru-buru. Akhir-akhir ini, dia memang sering pergi pagi-pagi sekali.“Mas, hari ini aku ada meeting pagi. aku duluan, ya,” kata Tiara, mencium pipiku, wajahnya penuh tersenyum penuh kebohongan.Aku tersenyum balik, pura-pura ceria, meski hati ini penuh luka karena kebohongannya. Aku ingin hadapi dia soal Alex, rencana balas dendamku nanti harus tetap berjalan apapun yang terjadi.Hingga tak berapa lama Nayla datang, dia memakai pakaian biasa dan katanya hari ini tidak ada jadwal kuliah. Setelah selesai sarapan, aku langsung pamitan pada Mama

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 79. Ancaman semakin nyata

    Aku duduk di kamar, pikiranku kacau setelah boneka rusak dan pesan ancaman kemarin. Tiara tertidur di sampingku, napasnya tenang, tapi wajahnya yang polos hanya mengingatkanku pada kemesraan dengan Alex di depan restoran. Amarah dan sakit hati bercampur, tapi aku harus menahan diri—rencanaku untuk membongkar perselingkuhannya di ulang tahunnya harus sempurna. Ponselku bergetar, sebuah pesan anonim masuk, membuat bulu kudukku merinding.[Jam 12 siang besok, di bangunan kosong dekat pertigaan Jalan Melati. Datang sendiri, atau orang-orang yang kamu sayang akan menderita. Jangan coba-coba main-main, Raka!]Kata-katanya dingin, penuh tekanan, dan bangunan kosong itu—tempat terpencil yang dikenal angker—membuatku yakin ini bukan iseng. *Alex,* pikirku. Aku menyimpan ponsel, jantungku berdegup kencang, tapi tekadku tidak goyah.Pagi di rumah berjalan seperti biasa. Mama Siska menyiapkan sarapan seperti biasanya.“Raka, jangan lupa bekalnya, ya,” katanya, tersenyum lembut.Aku memeluknya seb

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 78. Senyuman palsu dan paket misterius

    Apakah aku harus tetap sabar menghadapi Tiara? Rasa sakit hatiku semakin besar, aku mencoba tetap tegar dan sabar walaupun begitu sangat menyakitkan. Ya Tuhan, kenapa begitu berat cobaan yang hamba hadapi? Apa dosaku pada-Mu, selama ini aku telah taat beribadah dan aku telah menjadi orang yang baik tapi kenapa hidupku begitu sulit? Sebelum pergi ke rumah, motorku berhenti di depan taman kota, aku duduk sendirian meratapi nasibku. Aku terlahir sebagai laki-laki, aku harus tetap kuat, aku tidak boleh cengeng. Aku yakin, kesabaranku akan membawakan hasil. Kabar baiknya, kini aku sudah menemukan keluargaku, setidaknya aku tidak sebatang kara lagi seperti dulu. Senyuman Ayah dan Ibuku membuatku kuat, aku yakin Tuhan maha adil, suatu saat nanti aku pasti bahagia.Aku memarkir motor di halaman rumah, hujan semalam masih meninggalkan udara sejuk. Aku tiba di rumah setengah tujuh malam, hari ini memang cukup telat karena aku ingin menenangkan pikiranku dulu. Pikiranku penuh dengan gambaran T

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 77. Sakit tak berdarah

    "Yahh malah hujan, gak jadi deh jalan-jalannya." Ucap Tiara ketika melihat dari jendela."Kita di rumah aja kalau gitu, lain kali jalan-jalannya." kataku, aku merasa senang karena gak jadi.Hujan deras mengguyur Jakarta malam ini. Aku duduk di ruang tamu, mendengar gemuruh air di luar, sementara Tiara mengobrol dengan Nayla tentang drama Korea favorit mereka. Mama Siska membawa teh hangat, penampilan barunya masih membuatku mencuri pandang.“Raka, minum dulu, biar hangat,” katanya, tersenyum lembut.“Makasih, Ma,” kataku, membalas senyumnya, hati ini terasa ringan.Tiara melirikku, tersenyum manis, tapi aku tahu di balik senyum itu ada kebohongan. Aku pura-pura ikut tertawa saat Nayla menirukan adegan drama, menjaga sandiwara sebagai suami penyayang. Malam berlalu dengan canda tawa, tapi di dalam dada, aku menghitung hari menuju ulang tahun Tiara, saat aku akan membongkar semua.Pagi tiba, langit cerah setelah hujan semalam. Aku berpamitan dengan Mama Siska, yang menyerahkan bekal den

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 76. Hampir kepergok

    "Ma, nanti kalau kamu tidak sibuk, aku ingin ajak kamu jalan!" kataku tiba-tiba, lebih hati-hati takut ada yang denger."Boleh saja, kamu mau ajak kemana?" tanyanya menatapku, lalu kembali mencuci piring."Ada tempat yang sangat bagus, nanti aku ajak kesana. sebenarnya besok libur tapi aku sudah ada janji sama teman kantor, sore nya Liana ngajak jalan juga." aku merasa tidak enak pada Mama Siska.Mama Siska telah selesai mencuci piringnya, dia mengelap tangannya dengan sapu tangan lalu tiba-tiba memegang tanganku."Kamu jangan khhwawir Raka, aku mengerti. Cukup melihatmu sehat dan tersenyum juga sudah cukup bagiku. lagipula kita setiap hari ketemu kan?"Belum sempat aku menjawab, tiba-tiba Nayla muncul dan posisi kita sedang saling berpegangan tangan. Sontak, Mama Siska langsung melepaskan tangannya. "Ma, aku minta cream pelembab ya?" katanya, Nayla buru-buru pergi.Aku rasa Nayla tadi melihat jika kita saling berpegangan tangan. Aku dan Mama Siska jadi ketakutan dan tegang, "Ma, aku

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 75. Nafsu liar

    Selama perjalanan menuju rumah, hatiku merasa bahagia aku tidak sabar ingin segera bertemu dengan mereka. Akhirnya sampai di rumah, aku memarkirkan motorku. Aku masuk ke rumah, aroma masakan Mama Siska dari dapur langsung menyambut. Mama Siska sedang menata meja makan, rambut barunya yang sebahu membuatnya tampak berbeda. Tiara duduk di sofa, mengobrol dengan Nayla, wajahnya ceria.“Mas, pulang! Aku nunggu dari tadi, lho,” kata Tiara, berlari memelukku.Aku membalas pelukannya, memasang senyum terbaikku.“Oh ya, makasih ya. Laper, nih, Mama masak apa?” tanyaku, pura-pura santai.“Capcay, pepes ikan, lalapan sama sambel, Nak. Ayo, makan!” seru Mama Siska, tersenyum hangat."Dengernya aja udah laper, paling enak makan sambel." kataku buru-buru ke kamar segera mandi.Malam ini, makan malam terasa lebih berbeda mungkin karena suasana hatiku yang lagi seneng. Meski masalah dengan Tiara masih menggantung, kebahagiaan bertemu keluargaku memberi semangat baru. Aku bercanda dengan Nayla, yang

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 74. Hasil tes DNA

    Perasaanku tidak menentu, aku berharap yang terbaik saja. Ternyata Claire sudah mengatur semuanya, dari hari-hari sebelumnya. Berkat teknologi yang canggih, hasil keakuratan DNA bisa di lakukan meskipun pamannya Claire berada di Paris.Aku memarkir motor di depan rumah, pikiranku masih penuh dengan kunjungan ke rumah sakit tadi sore bersama Claire. Formulir tes DNA yang kutandatangani terasa seperti langkah besar, tapi aku belum tahu apa artinya—apakah aku benar-benar terkait dengan paman Claire? Aku menghela napas, masuk ke rumah, dan aroma masakan Mama Siska langsung menyambut. Tapi yang membuatku terpana adalah penampilan Mama Siska. Rambutnya yang biasanya panjang kini dipotong sebahu, dengan poni lembut yang membingkai wajahnya. Dia mengenakan daster sederhana, tapi entah kenapa, dia terlihat lebih muda, lebih memikat.“Raka, kamu sudah pulang! Makan malam udah siap,” katanya, tersenyum, tidak menyadari aku memandangnya terpesona.Aku buru-buru mengalihkan pandangan saat Tiara mu

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 73. Ajakan ke rumah sakit

    Pagi harinya, aku pergi ke kantor lebih awal seperti biasanya. Pagi ini Tiara juga katanya harus pagi-pagi sekali ke kantor, entahlah apa aku harus percaya atau tidak. Nayla sendiri agak siang ke kampusnya, dan berencana akan pergi ke salon bersama Mama Siska sebelum ke kampus.Aku duduk di meja kerjaku, menatap layar laptop, tapi pikiranku tidak di sana. Sikap Claire yang tiba-tiba berubah sejak kemarin membuatku gelisah. Dia yang biasanya hangat, sering tersenyum, dan suka mengajakku ngobrol santai, kini hanya bicara soal pekerjaan, menjaga jarak dengan tatapan yang sulit dibaca. Apakah aku melakukan sesuatu yang salah? Atau ada kaitannya dengan kejadian di apartemennya, saat aku tiba-tiba tertidur? Luka kecil di lenganku masih terasa samar, menambah kecurigaanku.Pagi itu, saat aku menyerahkan revisi storyboard ke Claire, dia hanya mengangguk singkat. “Thanks, Raka. I’ll review it,” katanya, suaranya datar, lalu kembali ke laptopnya.Tidak ada obrolan ringan, tidak ada senyum. Aku

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status