Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 9. Kembali ke Rutinitas

Share

Bab 9. Kembali ke Rutinitas

last update Last Updated: 2025-03-23 23:38:35

Setelah selesai mandi dan bersiap-siap untuk bekerja, aku segera bergegas pergi. Namun, seperti biasa, Mama Siska sudah menungguku di meja makan. Dia menatapku dengan sorot mata lembut, tetapi penuh ketegasan, lalu mendorong piring berisi sarapan ke arahku.

Jika mengingat peristiwa semalam, rasanya aku tidak percaya itu semua bisa terjadi. Tapi dari awal, aku memang tertarik padanya. Walaupun sudah kepala empat, tapi dia masih terlihat awet muda. Dia masih tetap cantik, tubuhnya ramping dan seksi.

Setelah tahu Tiara ternyata mengkhianatiku, kini aku tidak akan lagi menjadi seorang suami yang setia.

"Makan dulu, Raka. Setidaknya isi perutmu sebelum berangkat," katanya.

Aku hanya menggeleng sambil tersenyum tipis. "Aku buru-buru, Ma. Kopi saja sudah cukup."

Mama Siska menghela napas, tapi tidak memaksaku. Aku meneguk kopiku dengan cepat, lalu beranjak pergi. Namun sebelum aku benar-benar keluar rumah, dia sempat berkata, "Jaga dirimu baik-baik."

Lalu, Mama Siska mengusap lenganku dengan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Dien miesyai Zainuddin mohd sairi
ceritanya tersusun dengan baik
goodnovel comment avatar
corres sahupala
sangat bagus alur ceritanya
goodnovel comment avatar
Agus Ganjen
cukup bagus ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 10. Malam yang Lain

    Aku menyerahkan helm kepada Liana sebelum menyalakan motor. Dia menerimanya tanpa banyak bicara, lalu mengenakannya dengan sedikit canggung. Dari dekat, wajahnya memang terlihat lebih pucat dari biasanya. Saat aku menaiki motor dan menstabilkan posisi, Liana ragu-ragu sebelum akhirnya naik ke jok belakang. Aku bisa merasakan tubuhnya menempel di punggungku, meskipun dia tidak memelukku“Kamu yakin gak mau ke dokter dulu?” tanyaku memastikan lagi.Liana menggeleng pelan. “Gak perlu. Aku cuma capek aja, tadi siang aku lupa makan.”Aku menghela napas, lalu mulai melajukan motor keluar dari area parkir kantor.Beberapa menit berlalu dalam keheningan. Aku hanya fokus mengemudi, sementara Liana masih diam di belakangku. Tapi kemudian, aku mendengar suaranya yang kecil, nyaris tersapu angin.“Tumben kamu mau antar aku pulang, Raka? Dulu kamu kan gak pernah mau bawa cewek lain di motormu.”Aku menoleh sebentar sebelum kembali menatap jalan. “Kan kamu lagi sakit, Li.”Liana terkekeh pelan. “W

    Last Updated : 2025-03-25
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 11. Malam bergairah bersama Liana

    Liana langsung menarik tubuhku dan mencium bibirku. Di sela ciuman itu, dia menuntunku untuk berjalan perlahan, hingga akhirnya kami masuk ke kamarnya. Sentuhan bibirnya begitu hangat, lidahnya ia mainkan membuatku semakin bergairah."Ngghh Raka ssshh..." Dia mendesah saat aku memberikan kecupan di lehernya.Kami kembali saling berciuman, kemudian ia mendorongku ke atas kasur. Ia mengambil tasnya yang tergantung di dekat pintu dan mencari sesuatu. Aku terkejut ketika melihat Liana memberiku pengaman."Kok kamu bisa punya ini?" tanyaku penasaran.Liana sedikit menggigit bibir bawahnya, lalu tersenyum aneh. “Itu …”Aku mengerutkan dahi, terus menatapnya. Sejauh yang aku tahu, meskipun Liana mudah bergaul, dia tidak pernah sampai ke arah seperti ini.Kemudian, bayangan Sarah yang tersenyum aneh ketika aku memutuskan untuk mengantar Liana kembali muncul di kepalaku.Ah, sepertinya aku paham sekarang.Aku menatap Liana lalu tersenyum sambil mengangkat satu alis. Liana yang langsung menangk

    Last Updated : 2025-03-26
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 12. Antar Nayla ke kampus

    Mama Siska berdiri di ruang tamu, tatapannya terlihat sangat khawatir. Sepertinya ia menungguku sejak tadi, dan entah mengapa aku malah merasa bersalah padanya.Aku terdiam sejenak, mencari jawaban yang paling masuk akal. Tentu saja aku tidak bisa mengatakan kalau aku dari rumah Liana, jadi aku memilih jawaban yang aman.“Tadi masih banyak kerjaan di kantor, Ma.” Aku berusaha terdengar santai, meskipun sebenarnya entah kenapa ada ketegangan dalam hatiku.Mama Siska memperhatikanku dengan saksama, lalu mendekat. Matanya menyipit, seolah sedang menilai sesuatu yang tidak terlihat.Tanpa pikir panjang, aku langsung berjalan melewatinya. “Aku ke kamar dulu ya, Ma.”“Kenapa wangi tubuhmu aneh?” tanyanya tiba-tiba.Aku langsung tersentak dan seketika menghentikan langkahku. Jantungku berdegup lebih cepat. Aku baru sadar, sepertinya aroma parfum yang dipakai Liana tadi masih menempel di bajuku. Aku berusaha tetap tenang, meskipun dalam hati aku sudah panik setengah mati.“Eh… Aku tadi mandi

    Last Updated : 2025-03-27
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 13. Bocah imut dan cewek agresif

    Aku melihat sekeliling memastikan pria itu tidak mendekati Nayla lagi. Namun, aku justru melihat Nayla menatapku tanpa berkedip sambil tersenyum. "Nayla... Nayla... "Aku memanggilnya beberapa kali tapi dia tidak menjawab. Sepertinya ia sedang bengong, aku melihat ke kiri kanan dan kebelakang tapi tidak ada siapa-siapa hanya ada aku saja. Rupanya ia melihatku dari tadi. Dasar bocah, aku tertawa sambil menepuk pundaknya."Nay, Nayla... "Ia pun tersadar, ia terlihat terkejut dan malu."I-iya Bang." Jawabnya gelagapan."Ko malah bengong? Kenapa? Terpesona ya lihat Abang?" Tanyaku menggodanya.Mukanya langsung memerah. "Ihh e-enggak." Tapi, muka merahnya tidak bisa berbohong, aku mencubit hidungnya yang mancung."Ya udah kamu masuk sana! Abang pergi ya, mau langsung ke kantor!""Iya Bang hati-hati."Nayla pun berlari menuju kelas, kita berjalan berlawanan. Tapi saat aku berbalik untuk pergi, tiba-tiba sekelompok teman perempuan Nayla datang menghampirinya. Mereka tampak heboh, matanya

    Last Updated : 2025-03-28
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 14. Lembur kerja

    Hari ini aku pulang lebih awal dari biasanya.Saat tiba di rumah, Mama Siska dan Nayla masih duduk di ruang makan, menikmati makan malam bersama. “Ayo, makan dulu, Raka,” ajak Mama Siska dengan senyuman di wajahnya.Aku menggeleng pelan. “Nggak usah, Ma. Aku masih kenyang, tadi sebelum pulang aku makan dulu sama temen kantor.”Mama Siska terdiam sejenak, matanya terus menatapku dengan dalam.“Oh gitu, ya? Tapi, kamu jangan keseringan makan di luar ya, Raka. Kan, di rumah ini ada Mama yang bisa masak buat kamu, dan uang kamu juga bisa kamu tabung, katanya kamu mau beli rumah sama Tiara, kan?” kata Mama Siska akhirnya.Aku mengerutkan dahi, ternyata Mama Siska tahu kalau aku sedang menabung untuk membeli rumah dengan Tiara. Meskipun sekarang, rasanya aku sudah tidak minat untuk membeli rumah itu.Aku mengangguk pelan. “Iya, Ma. Kalau gitu, aku ke kamar dulu, ya.”Aku langsung melangkah ke arah kamarku tanpa menunggu jawaban dari Mama Siska.Malam itu, aku merasa sangat lelah. Tiara sem

    Last Updated : 2025-03-29
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 15. Gairah di Kantor

    Aku mengangguk, tapi aku merasa ada sesuatu yang aneh dalam situasi ini. Bukankah lebih baik kalau pekerjaan ini cepat selesai?Saat aku baru menggerakkan mouse untuk kembali mengedit gambar, Bu Alicia justru mengajakku mengobrol. Mau tidak mau, aku harus meladeninya, tidak enak kalau aku mengabaikan atasanku.Obrolan kami semakin intens. Hingga akhirnya aku menyadari bahwa cara duduk Bu Alicia telah berubah—lebih santai, lebih menggoda.Ia bahkan sengaja membuka kancing atas blusnya sedikit, memperlihatkan kulitnya yang halus.Aku mulai merasa kalau ini bukan sekadar perbincangan biasa.Aku bisa merasakan hawa panas yang berbeda di ruangan ini.Aku melirik jam di dinding yang telah berhenti di angka 10. Sudah berkali-kali aku mencoba kembali fokus menyelesaikan pekerjaanku, tapi Bu Alicia selalu punya cara untuk menahanku.Bu Alicia duduk lebih dekat dari sebelumnya. Parfum mahal yang selalu kupikir hanya sekadar pelengkap, malam ini terasa lebih menusuk. Matanya yang tajam, penuh pe

    Last Updated : 2025-03-30
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 16. Masalah di kantor

    Setelah larut malam, aku akhirnya baru bisa keluar dari kantor. Jalanan sudah sepi, hanya ada lampu jalan yang redup menemani langkahku.Aku menghela napas panjang. Kepalaku masih penuh dengan kejadian yang baru saja terjadi.Jujur, sebelumnya aku sama sekali tidak memiliki bayangan jika sikap Alicia bisa sangat berbeda. Biasanya, aku selalu melihatnya sangat profesional, dingin, dan tidak pernah tertarik pada kehidupan pribadi karyawannya. Namun, malam ini sangat berbeda, dan itu membuatku merasa benar-benar puas.Aku melajukan motorku lebih cepat menuju rumah karena rasa lelah mulai merayap ke tubuhku. Sampai di depan rumah, lampu ruang tamu sudah mati.Aku memang sudah memberi tahu Mama Siska bahwa aku akan lembur, jadi sepertinya semua sudah tidur. Saat aku hendak masuk ke kamar, aku bertemu dengan Nayla yang baru keluar dari dapur."Kok baru pulang, Bang?" tanyanya dengan suara mengantuk.Aku mengangguk. "Iya, kerjaan lagi banyak.""Kasihan banget ih, sekarang jadi sering lembur.

    Last Updated : 2025-03-31
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 17. Bayang di Balik Kebohongan

    Aku tidak mempermasalahkan ucapan Liana lebih lanjut. Aku langsung duduk di depan komputer Liana, jari-jariku bergerak cepat memeriksa sistem dan memastikan semua data yang ada di flashdisk-nya kembali ke tempat semula. Liana berdiri di sampingku, tangannya sedikit gemetar sambil memegang tepi meja. Wajahnya pucat, tapi ada kilatan lega di matanya saat melihat folder-folder penting mulai muncul kembali di layar. “Raka… makasih banget,” ucapnya pelan, suaranya masih bergetar. “Kalau sampai data ini nggak balik, aku nggak tahu harus bilang apa ke Bu Alicia.” Aku hanya mengangguk, fokusku terpecah antara layar dan firasat buruk yang terus menggerogoti pikiranku. “Ini bukan kebetulan, Li. Seseorang pasti sengaja hapus datamu.” Liana menatapku, matanya membulat. “Reza?” Aku tidak langsung menjawab. Tatapanku beralih ke sudut ruangan tempat Reza biasa duduk, tapi meja kerjanya kosong sekarang. “Kita nggak bisa nuduh sembarangan,” kataku akhirnya. “Tapi, kita harus cari tahu dulu.” Li

    Last Updated : 2025-04-01

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 89. Orangtuaku tahu semuanya

    Langit Jakarta sore itu berwarna jingga, dan aku melaju ke apartemen orangtuaku, hati penuh kehangatan setelah baikan dengan Mama Siska pagi tadi. Motor berhenti di menara kaca yang megah, sekuriti menyapa dengan sebutan “Tuan Muda Raka,” membuatku tersenyum canggung.Di penthouse, Lila menyambutku dengan pelukan ceria. “Kak Raka, akhirnya dateng! Ibu sama Ayah udah nunggu!” katanya, menarikku ke ruang tamu.Aroma kopi dan kue Prancis memenuhi udara, sofa kulit dan jendela panorama menambah kemewahan.Ayah duduk di kursi besar, kemeja linennya rapi, sementara Ibu menyapa dengan senyum lembut, memelukku erat.“Raka, kamu pasti capek kerja seharian,” katanya, tangannya membelai pipiku.Aku tersenyum, merasa seperti anak kecil yang dimanjakan. Lila asyik menunjukkan foto-foto vila kemarin di ponselnya, dan aku duduk, menikmati kebersamaan yang masih terasa seperti mimpi.Ayah menatapku, matanya serius tapi hangat. “Raka, mungkin kita disini hanya tiga hari saja di Indonesia. Bisnis di Pa

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 88. Kembali baikan dan strategi baru

    Seperti malam kemarin, aku sulit untuk tidur. Hatiku belum tenang sebelum meminta maaf pada Mama Siska, aku harus mencari waktu yang tepat agar bisa berduaan dengannya.Pagi ini aku bangun tidur lebih awal dari biasanya, pukul lima pagi aku segera keluar dari kamar dan berniat ingin berolahraga dulu sebentar. Aku melangkah keluar kamar, berharap menemukan momen untuk bicara. Di dapur, cahaya lampu temaram menyala, dan Mama Siska sudah bangun, mengaduk teh di cangkir, wajahnya lembut tapi penuh beban. Ini kesempatanku.“Ma, bisa bicara sebentar?” tanyaku, suaraku pelan, berdiri di ambang pintu.Dia menoleh, matanya ragu, tapi mengangguk, menunjuk kursi di depannya. Aku duduk, menarik napas dalam, dan mulai berbicara. “Ma, soal di pasar… aku tahu Mama lihat aku pelukan dengan seorang wanita. Itu Bu Alicia, bosku. Mama mungkin belum pernah bertemu dengan dia. Dia nggak lebih dari atasan dan temen biasa, Ma. Hari itu, dia lagi patah hati—pacarnya ketahuan selingkuh. Dia menangis, Ma, dan

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 87. Kekayaan keluarga Dupont

    Aku berdiri di penthouse apartemen keluarga Dupont, jas Armani biru tua membalut tubuhku, kemeja Gucci terasa lembut di kulit, dan aroma Creed Aventus masih menempel. Rolex di pergelangan tanganku berkilau, sepatu Ferragamo mengkilap, dan kacamata hitam Ray-Ban terselip di saku. Aku memandang cermin, nyaris tidak mengenali pria tampan di depan—bukan Raka dari panti asuhan, tapi seseorang yang seperti keluar dari majalah model.Lila bertepuk tangan, “Kak Raka, kayak aktor Hollywood!” katanya, matanya berbinar. Ayah dan ibu tersenyum bangga, dan aku hanya tersipu, masih canggung dengan kemewahan ini.“Ayo, kita jalan-jalan sekarang melihat bisnis keluarga,” kata Ayah, mengambil kunci mobil. Aku menarik napas dalam, berbisik padanya, “Ayah, tolong cuma tunjukan saja tempatnya, jangan mengenalkan aku pada orang lain. Identitas ini masih rahasia, aku takut nanti mereka akan tahu sebelum waktunya.” Ayah mengangguk, matanya penuh pengertian, dan kami turun ke lobi, di mana Rolls-Royce Pha

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 86. Keajaiban

    Hari Minggu pagi terasa berat, meski langit Jakarta cerah. Aku duduk di ruang makan, menyeruput kopi, pikiranku terpaku pada Mama Siska. Dia masih marah atas kejadian kemarin—dia melihatku memeluk Alicia—masih menghantui, dan sikapnya yang dingin membuatku gelisah. Aku ingin meminta maaf, menjelaskan bahwa itu bukan seperti yang dia pikir, tapi rumah terasa penuh hambatan. Tiara bersiap pergi, rambutnya diikat rapi, wajahnya penuh senyum palsu.“Mas, aku ada meeting sama klien, mungkin sampai sore,” katanya, mencium pipiku.Aku hanya mengangguk, tidak peduli lagi dengan kebohongannya. Aku tahu dia mungkin bertemu Alex.“Hati-hati, Ti,” kataku, suaraku datar.Nayla, yang libur kuliah, sibuk mengetik di ponsel, berkata akan mengundang teman-temannya ke rumah.“Bang, teman-temanku mau datang, loh! Kita mau bikin pizza bareng,” katanya, ceria."Wah pasti seru, nanti jangan lupa sisain buat Abang." kataku menggodanya."Tenang saja, gak bakal habis di makan semua juga ko."Aku melirik Mama

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 85. Momen haru bersama keluargaku

    "Ma, aku pamit dulu, kalau nanti Tiara tanya bilang saja aku sedang meeting bersama Reza." kataku berharap Mama Siska memaafkanku."Iya nanti di bilangin," katanya nadanya datar, tetap sibuk memasak.Nayla sedang ada di kamarnya, tapi tadi aku sudah memberitahunya jadi tidak perlu mengatakannya lagi. Akupun segera pergi, aku memanaskan mesin motorku dan pergi menuju apartemennya Claire yang sudah menunggu di tempat biasa. Ketika aku sudah sampai, dia sedang duduk menungguku tersenyum ketika aku datang. Aku memberikan helm padanya, kita segera pergi menuju bandara.Langit Jakarta malam ini berkilau, tapi hatiku tidak menentu bercampur, rasa haru menanti keluargaku, dan luka karena Mama Siska yang masih belum memaafkanku. Aku berdiri menunggu kedatangan orangtuaku di Bandara Soekarno-Hatta, di samping Claire, yang tidak bisa berhenti tersenyum.“Raka, sebentar lagi kamu bertemu dengan orangtuamu! Lila juga ikut, lho,” katanya, matanya berbinar.Aku mengangguk, tanganku menggenggam gant

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 84. Hati yang sepi

    Aku duduk di meja makan, aroma rendang buatan Mama Siska menggoda, tapi suasana malam ini terasa berat. Mama Siska, yang biasanya ceria dan penuh cerita, kini pendiam, hanya menunduk menyendok nasi. Matanya menghindari pandanganku, dan setiap gerakannya terasa dingin, seperti dinding tak terlihat yang memisahkan kami. Tiara dan Nayla, sebaliknya, ngobrol ceria, tertawa tentang drama Korea yang mereka tonton tadi siang.“Bang, kamu harus lihat episode terbarunya, seru banget!” kata Nayla, matanya berbinar.Aku tersenyum kecil, menimpali seadanya, tapi pikiranku hanya pada Mama Siska. Aku kembali teringat kejadian tadi, dia berlari di pasar dengan wajah datar, melihatku memeluk Alicia, terus menghantui pikiranku. Salah paham itu pasti menyakitinya, dan aku benci diriku karena tidak langsung mengejar. Aku ingin menjelaskan, dan mengatakan jika aku dan Alicia tidak ada hubungan apa-apa, tapi Tiara dan Nayla di meja membuatku terkurung dalam diam.“Ma, rendangnya enak banget,” kataku, berh

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 83. Salah paham

    Pagi Jakarta terasa sibuk, udara sejuk setelah hujan semalam. Aku bersiap untuk meeting di luar kantor bersama Alicia, Claire, Laurent, dan Pierre, membahas proyek iklan dengan klien baru. Di rumah, Mama Siska menyerahkan bekal, senyumnya menghangatkan meski penampilan barunya masih membuatku mencuri pandang. “Raka, hati-hati di jalan,” katanya, tangannya menyentuh lenganku.“Makasih, Ma,” kataku.Tiara seperti biasa pergi duluan, wajahnya penuh senyum palsu. “Mas, aku pergi duluan, ya,” katanya, mencium pipiku.Aku tersenyum, pura-pura ceria, meski hati ini sebaliknya. Aku melaju ke kantor, pikiranku bercampur antara meeting pagi ini, ancaman Alex, dan kedatangan orangtuaku besok.Meeting di gedung klien di Sudirman berlangsung panjang. Kami mempresentasikan desain iklan, mendiskusikan detail dengan tim pemasaran mereka. Alicia memimpin dengan percaya diri, Claire menjelaskan data pasar, sementara Laurent dan Pierre menambahkan sentuhan teknis. Aku mencatat feedback, sesekali menimp

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 82. Permainan panas di apartemen

    Alicia duduk di sampingku, matanya berbinar. “Raka, sekarang posisimu jauh lebih tinggi dariku. Keluarga Dupont itu terkenal pengusaha sukses—kamu jauh lebih kaya dari aku! Alex juga mengenal Henri, dan dia akan terkejut kalau tahu kamu anaknya. Bukan hanya Alex, tapi dunia bisnis juga akan heboh,” katanya, nadanya antusias. “Identitasmu akan menjadi senjata ampuh untuk menghancurkan Alex.”Aku mengangguk, merasa lebih tenang. Tapi malam semakin larut, dan suasana apartemen yang hangat, ditambah tatapan lembut Alicia, menciptakan momen yang sulit kuhindari. “Alicia, makasih sudah bantu. Aku nggak tahu apa jadinya tanpa kamu,” kataku, suaraku tulus.Dia tersenyum, tangannya menyentuh lenganku.“Raka, kita adalah tim. Aku selalu ada buat kamu,” katanya, nadanya lembut.Kehangatan itu membawa kami lebih dekat, dan kami berbagi momen intim, penuh kelembutan dan kasih. Entah bagaimana awalnya, bibir kita saling menyatu. Ciuman hangat yang awalnya lembut, kini semakin liar. Sentuhan ini mem

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 81. Cerita masa lalu

    "Nanti setelah tiba di apartemen, kamu jangan dulu masuk biar kita tidak sedang bersama." katanya.Aku mengangguk, "Baik, aku mengerti." Setelah mobil Alicia masuk apartemen, aku menunggunya dulu agar dia masuk ke dalam. Setelah dia masuk ke dalam, aku mulai masuk masuk dan memarkirkan motorku. Aku berjalan menuju apartemennya, aku sudah pernah ke apartemennya jadi aku sudah tahu. Ketika sudah di depan pintu, Alicia seakan tahu dan dia membuka pintunya. Aku duduk di sofa, memegang segelas jus mangga yang dia tawarkan.“Raka, makan dulu, aku punya pasta enak,” katanya, tersenyum, tapi aku menggeleng sopan.“Belum laper, Alicia. tadi aku sudah makan banyak cemilan di kantor,” kataku berbohong, tersenyum kecil, meski perutku sebenarnya keroncongan. Alicia mengangguk, duduk di sampingku, dan kami mulai mengobrol. Tapi Alicia tetap memberikan aku makanan kecil, dia terus memaksa dan akhirnya aku memakannya juga. Aku menceritakan rencana baru kami melawan Alex dan Tiara—menggunakan orang

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status