Home / Romansa / Tergoda dengan Tetangga Daun Muda / 5. MALAM KEDUA: GODAAN YANG SEMAKIN NYATA

Share

5. MALAM KEDUA: GODAAN YANG SEMAKIN NYATA

Author: LUFI
last update Last Updated: 2025-09-07 20:33:42

Tangannya menggantung di atas mouse. Cling! Notifikasi baru muncul di layar komputer. Mata Nasrul langsung melebar. Pesan dari Arum ke suaminya terpampang jelas di hadapan mata.

“Mas… aku sudah tak tahan lagi… ingin dijamah…”

Tubuh Nasrul kaku. Jantungnya berdetak tak karuan. “Astaghfirullah… apa yang dia tulis ini?” gumamnya, tangan gemetar di atas mouse. Ia menatap layar seakan tak percaya.

Bayangan malam sebelumnya kembali terlintas. Ia sempat membaca potongan pesan dari Arum, tapi waktu sudah lewat tengah malam sehingga ia buru-buru mematikan komputer. “Dan sekarang… semua semakin jelas,” batinnya, menelan ludah.

Rasa penasaran semakin menguasai. Dengan napas berat, ia menggeser kursornya, membuka percakapan lengkap. Chat Arum penuh dengan keluhan tentang sepinya rumah, rindunya pada suami, dan godaan yang kian tak terbendung.

“Aku bosan sendirian… kamar ini terlalu sepi…”

“Mas, cepat pulanglah… aku butuh kamu malam ini…”

“Kenapa aku harus melihat ini… ini bukan urusanku,” gumamnya lirih. Namun matanya tetap menempel ke layar, enggan berpaling.

Tangannya bergetar saat mengambil alih kamera belakang ponsel. Dalam sekejap, layar menampilkan gambar kamar Arum. Lampu terang membuat suasana makin jelas, seolah ia sedang menyaksikan langsung. Wanita itu berbaring di kasur, tubuhnya tampak gelisah, satu tangan memegang ponsel, sementara yang lain meremas bantal seakan mencari pegangan.

“Ya Allah… dia benar-benar resah,” bisik Nasrul, keringat dingin mulai muncul di pelipis.

Ia menunduk sejenak, mencoba menguasai diri. “Ini salah. Aku harus berhenti,” tegurnya pada diri sendiri. Namun jemarinya justru semakin erat menggenggam mouse, seolah takut kehilangan momen sekecil apa pun.

Monitor menampilkan wajah Arum yang muram. Sepasang matanya kosong menatap langit-langit kamar, bibirnya bergetar menahan keluh. Di chat, Arum masih menulis panjang pada suaminya.

“Aku benci rumah ini, terlalu luas… aku sendirian di kamar besar, orang tua sibuk, kakak jauh, kamu pun tak ada di sini…”

“Aku hanya ingin ada yang memelukku malam ini…”

Nasrul tahu rumah keluarga Arum memang besar. Ia sering melihat dari luar, rumah bergaya modern dengan halaman luas, tapi sunyi. Gudang mebel keluarga ada 150 meter jauhnya, orang tua Arum lebih sering di sana daripada di rumah. “Dia sendirian di rumah semegah itu… pantas kalau kesepian,” bisik Nasrul, mencoba membenarkan hatinya.

Tiba-tiba layar komputer menampilkan notifikasi lain dari aplikasi sadap: riwayat bacaan Arum di aplikasi w******l. Judulnya langsung menusuk pandangan Nasrul: Selingkuh dengan Tetangga Sebelah.

“Ya ampun… jadi ini bacaan dia?” gumamnya, menelan ludah. Ia mengklik notifikasi itu. Tampak halaman yang sedang dibaca Arum: adegan panas antara dua tokoh.

Di layar kamera, terpantul dari cermin almari: tubuh Arum sedikit menggeliat. Ia menutup wajah dengan punggung tangan, lalu menoleh gelisah. Bibirnya menganga sesekali, matanya terpejam.

“Jadi… bacaan itu yang bikin dia begini,” bisik Nasrul, setengah tak percaya. Ia merasa seperti penonton yang duduk di kursi VIP, menonton sesuatu yang seharusnya tak pernah ia lihat.

Pesan baru dari Arum ke suaminya masuk lagi.

“Mas… aku baca cerita di HP… aku jadi panas… tolong cepat pulang… aku butuh kamu…”

Nasrul ternganga. Kata-kata itu menusuk batinnya. “Dia tulis ini untuk suaminya… bukan untukku… bukan untukku,” ulangnya berulang kali, seakan ingin meyakinkan diri. Tapi bagian lain dalam dirinya justru berbisik: kalau suaminya tak ada, bukankah aku yang membaca dan melihat ini lebih dulu?

Ia menepuk pipi pelan, mencoba sadar. “Jangan bodoh, Nasrul. Jangan cari masalah.” Namun detak jantungnya semakin cepat, wajahnya semakin panas.

Monitor terus menampilkan wajah Arum dengan ekspresi yang membuat Nasrul makin sesak nafas. Kamera tiba-tiba gelap, Arum membanting ponselnya ke samping kasur. Dari mikrofon HP, suara lirihnya terdengar samar, “Mas… aku butuh kamu…”

“Kalau terus begini… aku bisa gila,” bisik Nasrul, menggigit bibir bawah.

Ia menutup jendela chat sebentar, tapi matanya kembali terarah ke layar. Ada pesan foto yang dikirim Arum untuk suaminya. Tangannya sempat ragu. “Aku buka, atau aku berhenti di sini?” bisiknya, napasnya tersengal. Namun rasa penasaran akhirnya menang.

Layar menampilkan swafoto samar—gaun malam tipis yang membalut setengah tubuhnya. Senyum getir menghiasi wajah Arum, jelas penuh kesepian.

Napas Nasrul tercekat. Ia menatap layar monitor sekali lagi, wajahnya dipenuhi konflik, hatinya dipenuhi dosa yang belum sempat terjadi. “Ning… maafkan aku… aku terlalu jauh,” ucapnya lirih, mengingat istrinya.

Malam kedua ini, ia tahu, batas antara rasa penasaran dan perselingkuhan semakin kabur. “Kalau aku melangkah lebih jauh… tidak ada jalan kembali,” gumamnya, jemari bergetar di atas mouse.

Monitor tetap menampilkan kamar sepi Arum, tubuh yang resah, bacaan w******l panas di ponselnya, dan pesan yang terus menggoda.

Nasrul meneguk ludah, matanya berkaca-kaca. “Kenapa harus aku yang melihat semua ini lebih dulu?” tanyanya lirih pada ruangan kosong. Komputer mendesis halus, lampunya berpendar, sementara suara malam di luar jendela terasa makin hening.

Ia memejamkan mata sebentar, berharap bayangan itu hilang. Tapi ketika dibuka kembali, layar masih menyala, gambar Arum masih terpampang jelas. “Tuhan… lindungi aku dari godaan ini,” bisiknya, hampir seperti doa yang tak yakin akan terkabul.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya, Nasrul merasa dirinya bukan lagi sekadar tetangga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tergoda dengan Tetangga Daun Muda   19. BERSERAH PASRAH

    "Hari ini kuserahkan sepenuhnya tubuhku untukmu Mas, lakukan apapun semaumu, aku rela." Arum menatap dalam-dalam wajah Nasrul yang tampak menyiratkan sedikit keraguan yang bertarung dengan gairah."Tapi, Rum... aku takut nanti suamimu..."Belum sampai Nasrul menyelesaikan kalimatnya, Arum membungkam mulut pria itu dengan lumatan yang ganas, sebuah deklarasi kehendak yang tak terbantahkan. Itu adalah janji yang disegel oleh desahan dan keputusasaan.Sementara bibir mereka masih saling bertaut, Arum meraih tangan Nasrul, membimbingnya menuju benteng terakhir yang menutupi separuh tubuhnya. Ia memberikan isyarat, jelas dan tanpa kata, bahwa gerbang telah terbuka.Menganggap itu adalah persetujuan akhir, Nasrul bergegas melucuti satu-satunya pintu yang dipersilahkan untuk dimasuki. Jantung Nasrul berdentum kian kencang, menelan ludahnya yang terasa kering. Pandangannya tenggelam ke lembah misteri yang kini hanya tertutupi oleh tirai tipis berwarna putih."Aakkhh!!" Arum tersentak, seketik

  • Tergoda dengan Tetangga Daun Muda   18. RINDU YANG LULUH DI PELUH

    Nasrul menatap ke luar jendela, mencoba membaca arah. “Lho, kok ke arah luar kota, Rum? Kita nggak langsung pulang saja?” tanyanya heran menatap Arum yang sibuk menyetir.Arum hanya tersenyum samar. “Nanti Mas juga tahu sendiri,” jawabnya pelan, matanya menatap lurus ke depan.Sepanjang jalan, hanya suara mesin dan desiran angin yang mengisi kabin.Ada sesuatu di udara—semacam getar yang tak bisa dijelaskan. Bukan canggung, tapi juga bukan nyaman.Hanya sunyi yang terasa terlalu dalam.Mobil akhirnya berhenti di depan sebuah rumah di kompleks perumahan yang cukup elit. Arum turun lebih dulu, menatap bangunan itu lama, seolah menatap masa lalu yang diam-diam memanggilnya.“Rumah siapa ini?” tanya Nasrul sambil menatap sekeliling.“Rumah ini dulunya aku kontrak sewaktu masih kuliah, buat aku tinggali sama dua temanku, mas. Lalu sekalian dibeli sama ayah katanya buat investasi,” jawab Arum perlahan.Pintu dibuka, aroma debu dan kenangan menyeruak, tapi cahaya senja yang menembus jendela

  • Tergoda dengan Tetangga Daun Muda   17. KEPUTUSAN YANG HARUS CEPAT DIAMBIL

    “Santai aja, Mas. Beliau orangnya baik, kok. Cuma ingin ngobrol dan tahu siapa yang nanti bantu tim.” ucap Arum menenangkan Nasrul yang tampak gugup saat mereka berdua melaju di dalam lift ke lantai paling atas.Nasrul mengangguk pelan, tapi dadanya makin sesak. Ia tahu dirinya hanya lulusan SMA, bekas teknisi ponsel yang sehari-hari berkutat dengan solder. Dunia yang akan ia datangi sekarang terasa seperti ruang asing — tempat orang-orang berjas bicara dengan istilah yang tak pernah ia pahami.Pertemuan diadakan di sebuah ruang rapat kecil di lantai tujuh gedung RSUD. Dindingnya penuh papan presentasi dan bagan proyek yang ia tak benar-benar mengerti. Seorang pria paruh baya berkacamata duduk di tengah, wajahnya teduh tapi berwibawa. Arum memperkenalkan, dengan suara yang sopan tapi mantap:“Mas, ini Pak Ridwan — kepala bidang digitalisasi pelayanan kesehatan daerah. Dulu saya sempat kerja di bawah beliau.”Pak Ridwan menatap Nasrul sekilas, lalu menyalami tangannya hangat. “Wah, ja

  • Tergoda dengan Tetangga Daun Muda   16. BAYANGAN YANG TAK HILANG

    Sudah hampir sebulan berlalu sejak malam itu. Namun setiap kali Arum menatap langit-langit kamarnya, bayangan Nasrul masih menempel di sana — samar tapi nyata, seperti bekas cahaya lilin yang belum padam.Suaminya, Deni, kini jarang memberi kabar. Alasannya klasik, masih sibuk lembur di pabriknya. Pesannya selalu pendek, kering, dan dingin:“Aku lembur. Tidur duluan aja, Yang.” Lalu hilang berhari-hari. Tak pernah berkabar dulu kalau tak dichat Arum lebih dulu.Lelah, Arum mulai berhenti menunggu. Rumahnya makin sepi, dan di tengah kesunyian itu, justru sosok lain yang datang menyelinap dalam pikirannya — seseorang yang belakangan ini terasa sangat dekat, tapi kini pun hilang tanpa kabar, sama seperti suaminya.Ia masih ingat jelas — malam ketika Nasrul berbaik hati rela mengetuk pintunya dengan cemas. Hampir tengah malam waktu itu, dan Arum lupa menutup pintu depan karena ketiduran. Ketukan pelan disertai suara parau:“Rum, pintumu kebuka. Kunci dulu, nanti ada maling.” Suara

  • Tergoda dengan Tetangga Daun Muda   15. HARGA DIRI LAKI-LAKI?

    Sudah tiga minggu berlalu sejak hari pemecatan itu, tapi suasana rumah Nasrul belum juga kembali seperti dulu. Pagi-pagi, suara motor tetangga yang berangkat kerja hanya jadi pengingat betapa kini ia tak lagi punya tujuan pasti setiap hari.Kadang Nasrul keluar pagi dengan alasan “ada urusan”, kadang hanya rebahan di rumah sambil menatap langit-langit. Kalau tak begitu, sore hingga petang ia nongkrong di warkop ujung gang, duduk bersama beberapa kawannya sambil menyeruput kopi hitam dan mengisap rokok tanpa henti.“Masih nyari-nyari kerja, Rul?” tanya salah satu temannya.Nasrul hanya tersenyum hambar. “Iya, masih. Tapi susah, Bro. Sekarang saingan banyak, gaji kecil. Yang minta pengalaman malah nggak mau bayar sepadan.”Obrolan di warkop berakhir begitu saja, tapi di dada Nasrul, keresahan menumpuk seperti asap rokok yang menggantung di udara. Setiap hari ia berusaha terlihat tenang, padahal pikirannya penuh perhitungan dan jalan buntu.Di rumah, Ningsih mulai kehilangan sabar. Setia

  • Tergoda dengan Tetangga Daun Muda   14. BIDUK YANG DIHEMPAS BADAI

    Langit sore di atas atap rumah Nasrul berwarna kelabu. Awan menggantung berat, seolah tahu ada badai yang siap menghempas biduk kecil itu. Pintu depan berderit pelan saat Nasrul mendorongnya. Bau masakan sederhana menyambutnya, tapi hari itu aroma itu tak lagi menenangkan. Istrinya, Ningsih, menoleh dari dapur dengan senyum lelah. “Lho, kok cepat pulang, Mas? Ada apa di toko?” tanyanya ringan, belum sadar badai apa yang akan datang.Nasrul terdiam. Pandangannya kosong. Jemarinya gemetar saat meletakkan tas kerjanya di kursi. Ia mencoba membuka mulut, tapi suaranya serak. “Ningsih… aku—aku nggak kerja lagi di sana.”Senyum di wajah istrinya langsung pudar. “Lho? Maksudnya apa, Mas?”Nasrul menelan ludah. “Aku… dipecat, Dek.”Suara itu begitu pelan, tapi cukup untuk membuat dunia Ningsih seolah berhenti berputar. Panci di tangannya jatuh ke lantai, berdenting keras. “Dipecat?! Astaghfirullah, Mas… kenapa?”Ningsih mendekat, menatap suaminya tak percaya. Mata lembutnya kini beruba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status