Share

236

Penulis: Melyana_Arum
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-23 17:32:01

Ezra tertawa kecil, hangat tapi pahit. “Lihat? Bahkan sekarang, kamu masih sama. Mudah sekali membuat aku jatuh lagi dan lagi.”

Aruna tertegun, jantungnya nyaris meloncat. Kata-kata itu terlalu dekat, terlalu nyata. Tapi sebelum ia bisa membalas, denyut samar kembali terasa di kepalanya.

Ezra cepat-cepat meraih bahunya. “Hei, jangan dipaksakan. Istirahat saja. Aku di sini, nggak akan ke mana-mana.”

Aruna menutup mata, membiarkan dirinya larut dalam suara Ezra yang menenangkan. Untuk pertama kalinya sejak ia sadar dari koma, ia merasa… aman.

Aruna masih terpejam, mencoba menenangkan denyut samar di kepalanya. Ezra tetap duduk di samping ranjang, tatapannya tak beranjak dari wajah gadis itu. Ada kerinduan yang tertahan di sorot matanya, bercampur rasa takut - takut jika semua ini hanya mimpi, atau lebih buruk: jika Aruna benar-benar tak pernah mengingatnya lagi.

Aruna membuka mata perlahan, mendapati Ezra masih di sana. “Kamu… nggak lelah?” tanyanya lirih.

Ezra menggeleng pelan. “Kalau
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   247

    Sore itu, setelah mengintai dari jauh taman tempat Aruna dan Ezra, Julia kembali ke ruang panitia. Papan pengumuman dan laptop di mejanya sudah siap, tapi matanya tetap tertuju pada layar ponsel.Ia membuka grup kecil panitia senior, Mira dan Dito masih aktif di dalamnya. Julia menulis dengan nada seolah prihatin:“Hai, aku cuma mau kasih info. Aruna, Maba baru yang kemarin sempat pingsan, kelihatan deket banget sama Ezra, ya. Banyak mahasiswa baru yang mulai memperhatikan, hati-hati aja kalau ada salah paham. Kita bisa bantu arahkan narasi biar tetap sopan, tapi jelas.”Mira membalas cepat, sedikit ragu tapi percaya pada Julia:“Iya, Kak Julia. Tapi maksudnya gimana?”Julia tersenyum tipis di balik layar. Nada chat-nya lembut, tapi ada maksud tersembunyi:“Aku cuma mau kalian bantu aku kasih tips ringan ke mahasiswa baru. Biar mereka nggak terlalu banyak salah paham tentang Aruna dan Ezra. Tapi, jangan lupa… ‘tips ringan’ itu bisa disampaikan lewat komentar, gosip ringan, atau postin

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   246

    Pagi itu, kampus kembali ramai. Hari ketiga orientasi, tapi suasananya berbeda — ramai, penuh bisik-bisik yang beredar lebih cepat dari kabar resmi.Beberapa mahasiswa baru berkumpul di depan aula, sebagian menatap layar ponsel, sebagian saling berbisik pelan sambil melirik ke arah Aruna yang baru tiba bersama Nadia.“Itu kan Aruna, yang katanya kemarin pingsan?”“Iya. Katanya deket banget sama Kak Ezra, loh. Ada fotonya.”“Serius? Lihat deh, di akun media kampus. Dibilangnya dia Maba paling manja.”Aruna yang baru sampai tidak langsung tahu. Tapi ia bisa merasakan sesuatu yang salah. Tatapan-tatapan itu… bukan sekadar penasaran, tapi seperti menilai.Nadia yang berjalan di sampingnya juga menangkap perubahan suasana. “Rune… kamu ngerasa aneh nggak?”Aruna mengangguk pelan. “Iya. Dari tadi mereka liatin aku…”Tak jauh dari sana, Julia sudah berdiri dengan clipboard di tangan, berpura-pura memberi pengarahan pada beberapa panitia. Ia tertawa kecil, senyumnya cerah — seperti biasa. Tapi

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   245

    Langit mulai berubah warna menjadi keemasan saat Aruna, Ezra, Raska, dan Nadia berjalan bersama kembali ke aula utama kampus. Udara sore mulai menyejuk, tapi suasananya masih ramai — mahasiswa baru masih berkerumun, panitia masih berseliweran dengan clipboard di tangan.Langkah Aruna terasa ringan, tapi pikirannya masih penuh bayangan. Ia menatap ke arah Ezra yang berjalan di sampingnya. Meskipun tak ada kata, keberadaan Ezra membuat langkahnya lebih tenang.Namun begitu mereka masuk ke dalam aula, dunia kembali riuh — dan kenyataan kembali menggigit.Bisik-bisik kecil terdengar lagi.“Itu Aruna, yang tadi katanya pingsan kemarin.”“Dia deket banget sama kak Ezra ya?”“Ck, pantas aja Julia keliatan bete tadi.”Aruna berusaha tidak memperdengarkan, menunduk sambil mengepalkan tangan. Tapi telinganya menangkap semuanya.Sementara itu, Julia berdiri di sisi aula, berpura-pura sibuk dengan dokumen panitia. Matanya tajam, menatap langsung ke arah Aruna yang baru masuk bersama Ezra.Ekspres

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   244

    Waktu berjalan lambat. Sinar matahari sore menembus sela dedaunan, menimpa wajah Aruna yang kini mulai lebih tenang. Napasnya teratur, pelan.Ezra masih duduk di sampingnya tanpa bergerak banyak. Aruna, yang tadi bicara dengan suara gemetar, kini perlahan bersandar… dan sebelum Ezra sempat menyadarinya, kepala Aruna sudah jatuh lembut ke bahunya.Refleks Ezra menahan napas. Bahunya menegang sesaat, tapi kemudian melembut. Ia menatap wajah Aruna — lembut, polos, tanpa beban. Sisa air mata masih meninggalkan jejak tipis di pipinya.Ezra tersenyum samar, jemarinya hampir bergerak untuk menyibak helai rambut yang menutupi wajah Aruna, tapi ia urungkan. Ia tak mau mengganggu ketenangan itu.Dalam hati, ia hanya berbisik pelan, “Kamu nggak tahu seberapa aku kangen lihat kamu tenang kayak gini.”Angin kembali berembus. Daun jatuh perlahan di pangkuan mereka berdua. Ezra masih diam, menjaga agar Aruna tetap nyaman bersandar.Tak lama kemudian, dari arah jauh, terdengar langkah kaki.“Ezra!” s

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   243

    Setelah Julia pergi, suara tawa dan obrolan teman kelompoknya terasa semakin keras di telinga Aruna. Setiap bisik-bisik, setiap lirikan, seolah langsung menembus dadanya.Aruna berusaha tersenyum, pura-pura sibuk membuka catatan di pangkuannya. Tapi jari-jarinya gemetar. Dadanya terasa sesak, dan kepalanya mulai berdenyut lagi.Sampai akhirnya ia berdiri pelan, memberi alasan singkat. “Aku… sebentar ya, mau ke toilet.”Tak ada yang benar-benar memperhatikan kecuali Ezra. Tatapan matanya mengikuti langkah Aruna yang menjauh, tapi ia menahan diri agar tidak terlalu terang-terangan mengekor.Aruna berjalan cepat melewati kerumunan, lalu belok ke arah gedung belakang yang sepi. Di sana ada taman kecil dengan bangku kayu yang jarang didatangi mahasiswa. Ia duduk, menarik napas panjang, mencoba meredam gemuruh dalam dirinya.Air mata yang sejak tadi ditahan akhirnya jatuh. Ia menutup wajah dengan kedua tangan, suara lirihnya pecah.“Ke

  • Terikat Kontrak Pernikahan CEO Posesif   242

    Setelah registrasi, Aruna diarahkan ke kelompok bimbingannya. Suasana halaman kampus dipenuhi mahasiswa baru yang duduk berkelompok, sebagian sudah bercanda akrab meski baru kenal sehari.Aruna melangkah pelan menuju kelompoknya. Ezra sebagai pembimbing berdiri di depan, memberi instruksi. Tatapannya sesekali jatuh pada Aruna, memastikan ia baik-baik saja.“Baik, hari ini kita akan mulai sesi perkenalan antaranggota. Satu-satu ya, biar makin dekat,” kata Ezra dengan suara tegas.Aruna duduk di lingkaran bersama teman kelompoknya. Ia tersenyum sopan, mencoba membuka percakapan. “Hai, aku Aruna. Senang bisa kenal kalian.”Beberapa anak menanggapi dengan senyum tipis, tapi ada juga yang hanya mengangguk tanpa antusias. Salah satu mahasiswi berbisik pada temannya, cukup keras untuk terdengar:“Oh, ini yang kemarin pingsan, kan?”“Iya, iya. Kayaknya gampang sakit deh. Bisa ganggu kelompok nggak, ya?”Aruna tercekat, senyumnya kaku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status