Share

Benang Merah

Author: J. Hanin
last update Last Updated: 2025-10-06 12:49:57

Seorang pelayan memasuki sebuah ruangan menenteng sebuah papan nama yang baru, menggeser nama CEO lama yang kini sudah tidak menjabat lagi. David Arsenio Liam, Presdir CEO Perusahaan yang baru. Pelayan itu mengangguk kepala, berpamitan kepada seorang yang sejak tadi duduk di kursi miliknya.

Sekilas senyuman itu hadir di wajahnya yang terlihat dingin dan tidak bersahabat. Tangannya memegang sebuah foto wanita, di belakangnya terlampir sebuah data tiri seseorang yang selama ini ia cari.

“Ternyata kamu ada disekitarku selama ini!” gumamnya seraya membaca dengan seksama data diri wanita dalam foto itu.

“Agnes Lidya Zelin!” bisiknya, beberapa kali membaca nama yang tertera berusaha menghafal nama wanita yang sebelumnya tidak pernah ia temui itu.

David menekan telepon, sepertinya dia Tengah menghubungi seseorang. Tak berselang lama, seorang wanita masuk. David memandang wanita itu dan foto di tangannya secara bergantian memastikan bahwa sekretarisnya tidak salah orang.

“Kamu Agnes?” tanya David berbasa-basi, wanita itu hanya mengangguk datar.

“Jadi kamu calon istri saya?” tanya David membuka sebuah percakapan, Agnes terdiam. Mimic wajahnya tidak bisa menyembunyikan sebuah keterkejutan.

“Bagaimana Pak?” tanya Agnes berusaha memastikan bahwa ia tidak salah dengar.

“Iya, kita akan segera menikah. saya dan kamu!” ucap David dengan tenang, senyumannya tampak dipaksakan sedangkan Agnes tidak bisa memasang wajah datarnya lagi. Wajahnya tampak meremehkan, dia sangat yakin jika CEO itu sedang menggodanya.

“Apa Bapak memanggil saya hanya untuk membicarakan hal konyol, tidak masuk akal ini?” tanya Agnes tanpa rasa takut to the point tidak mau terlalu lama berhadapan dengan presdir barunya, mereka baru bertemu sepekan setelah David dilantik bagaimana bisa tiba-tiba mereka akan menikah.

“Saya tidak sedang bercanda soal pernikahan ini.” jawab David masih dengan senyuman di bibirnya, beberapa orang mungkin melihat bahwa David tampak tenang padahal dalam hatinya mulai gelisah karena menaklukan Agnes tidak seperti wanita di sekelilingnya.

“Apalagi saya! Kalau tidak ada yang dibicarakan saya permisi!” Tegas Agnes berlalu meninggalkan David yang menatapnya pergi.

“Tunggu!” cegah David membuat Agnes menghentikan langkahnya, deru napasnya tampak resah karena kesabarannya hampir habis. Ada sedikit kekecewaan dalam hatinya, ia pikir presdir Perusahaan memanggilnya untuk membicarakan perihal pekerjaan, nyatanya hanya sebuah obrolan tidak berbobot.

“Saya punya alasan, saya membicarakan ini karena nama kamu yang dicantumkan kakek saya di surat wasiatnya.” Tambah David membuat Agnes mengeryitkan keningnya semakin tidak mengerti.

“Para leluhur kita telah menjodohkan kita, kamu bisa bertanya pada kakekmu!” ucap David terus melanjutkan pembicaraan, melihat Agnes yang mulai tertarik dengan obrolan mereka.

“Kakek saya sudah meninggal cukup lama, maka saya tidak akan menikah dengan seorang pria yang saya tidak kenal.” Tegas Agnes berlalu, membuat David menggertakkan giginya. Rahangnya mengeras, tangannya mengepal. Rasanya antara marah dan menahan malu karena ditolak oleh wanita terlebih karyawan perusahaannya sendiri.

***

Tas belanja di genggaman tangan seorang gadis itu jatuh, tubuhnya mematung di tempat melihat pemandangan di hadapannya. Seorang lelaki Tengah berdiri di depan pintu apartemennya, lelaki yang beberapa hari ini ia hindari dan bahkan panggilan ke ruangannya pun Agnes abaikan.

Entah bagaimana David bisa menemukan persembunyian Agnes darinya, lelaki itu menoleh dengan senyuman berbinar begitu sosok yang sejak tadi ia tunggu akhirnya menampakkan diri. Beruntung saja, ia mengurungkan niatnya untuk pergi begitu beberapa kali ia menekan bel namun tidak ada jawaban.

“Untuk apa Pak David kemari?” tanya Agnes tampak tak suka, wajahnya benar-benar tidak sedap untuk dipandang. Sangat jelas di sorot matanya bahwa kehadiran David tidak dinginkan.

“Apalagi? Tentu saja membicarakan pernikahan kita.” Jawab David dengan penuh percaya diri, Agnes tidak terlalu menghiraukannya dia memilih segera membuka pintu apartemen dan menghindari pembicaraan tidak masuk akal itu.

Agnes ingin menutup pintu apartemen, dia tidak peduli jika dianggap tidak sopan. Pasalnya jabatan presdir untuk David hanya berlaku di perusahaannya saja. David menahannya dengan kakinya membuat Agnes mendongak, menatap mata tajam yang berwarna hitam pekat itu.

“Saya katakan sekali lagi Pak David! Saya benar-benar tidak tertarik dengan pembicaraan kita ini! tidak ada pernikahan di antara kita.” Tolak Agnes terdengar begitu pasrah, David terus mengejarnya dengan berbagai cara layaknya anak kecil.

“Agnes sebaiknya biarkan aku masuk, aku akan menjelaskan semuanya setelah itu kau bisa memutuskan untuk menikah denganku atau tidak!” Ucap David masih berusaha menawar penolakan dari Agnes.

Gadis itu mengalah, dia membiarkan pintu terbuka dan presdir Perusahaan itu memasuki apartemennya untuk pertama kali. Mata David mengitari setiap sudut ruangan, dia tidak memungkiri bahwa dia sedikit kagum dengan selera design Agnes, sedikit mirip dengannya.

Agnes memberikan minuman soda yang ia punya di lemari es pada David, tidak ada waktu untuk sekedar membuat secangkir kopi. Agnes sedang berusaha mempersingkat waktu agar David tidak terlalu lama berada di apartemennya.

“Saya tidak berbohong soal kakek kita yang menuliskan nama kita di wasiat mereka.” Ucap David memulai penjelasan panjang, Agnes menatap David datar tidak berniat untuk menyela atau mengabaikan.

“Lalu bagaimana bisa nama saya yang tertulis di wasiat itu? Sedangkan cucu kakek saya bukan hanya saja.” Bantah Agnes masih enggan percaya.

“Tanyakan pada dirimu sendiri mengapa kakekmu menuliskan namamu? Bukankah kamu adalah cucu kesayangannya?” tanya David membuat Agnes terdiam, benar! Cucu kesayangan Robert adalah Agnes, semua orang mengatakan hal demikian.

David mengeluarkan ponselnya, mengobrak-ngabrik galeri ponselnya. Begitu dokumen yang ia maksud ketemu, lantas menyodorkan pada Agnes agar gadis itu membacanya sendiri.

“Tidak mungkin!” gumam Agnes setelah membaca Salinan surat wasiat milik kakek David, Liam.

“Apa kakekmu masih hidup?” Tanya Agnes pada David, lelaki itu tersenyum dan menggeleng pelan. Senyumannya tak seperti biasa, seperti sebuah senyuman formal untuk menutupi sebuah luka.

“Kalau begitu kita tidak perlu menikah, kau bisa mencari wanita lain sebagai penggantiku. Wanita yang bersedia menjadi istrimu.” Ucap Agnes membuat David menggeleng.

“Aku tidak bisa mempermainkan perasaan kakekku, di surat wasiat itu tertulis namamu, maka tidak akan tergantikan oleh siapapun. Aku yakin siapa yang ditulis disana, dialah pilihan terbaik kakekku untuk saya.” Tegas David membuat hati Agnes sedikit tersentuh, dibalik sikapnya yang arogan dan juga keras kepala rupanya David masih memiliki hati Nurani meski untuk kakeknya saja.

“Kalau kamu ragu, kita bisa mencobanya!” usul David membuat Agnes mengerutkan keningnya tidak mengerti maksud dari ucapan David.

“Mencoba? Mencoba menikah maksud anda! Pernikahan bukan sesuatu untuk dipermainkan Pak!” pekik Agnes kembali kesal, amarahnya kembali tersulut mendengar usulan David yang kian menjadi.

“Kita bisa bersama selama dua tahun, setelah itu kita bisa bercerai. Setidaknya, biarkan aku mewujudkan keinginan mendiang kakekku.” Ucap David membuat Agnes tercengang, dia tersenyum masam antara terjebak dengan rasa iba atau memang David berusaha memanfaatkannya.

“Bukankah itu sama saja?” tanya Agnes tersenyum sinis mendengar penjelasan David.

“Bukankah kau juga ingin mewujudkan Impian kakekmu, kenapa kau terlihat tidak peduli padanya, padahal kau adalah cucu kesayangannya.” Telak David, Agnes bungkam tak sanggup membantahnya, benar! Jika memang itu keinginan Robert mengapa Agnes tidak bisa menurunkan sedikit egonya demi kebahagiaan mendiang kakeknya.

“Apa kamu ingin terus menikah denganku? Kita hidup selamanya!” tanya David menggoda Agnes, berusaha mencairkan suasana agar tidak terlalu larut dalam bayangan masa lalu yang menyedihkan.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Pangeran Negeri Dongeng

    Secangkir kopi panas dan sepotong sandwich menemani gadis yang sejak tadi hanya duduk di balkon apartemennya, beberapa hari dia sudah tidak bekerja lagi. Setiap hari dia menerima pesan dari rekan kerjanya, menanyakan kemana dia pergi! Mengapa lagi-lagi absen ke kantor, belum lagi pertanyaan dari para sahabatnya yang terus mendesaknya soal pernikahannya yang mendadak itu.Eric : Kau kemana Agnes! Sudah beberapa hari kamu tidak berangkat kerja! Sebuah pesan kembali membuat ponselnya bergetar, Agnes hanya meliriknya sekilas tidak ada niatan untuk membalas apalagi sekadar membuka. Dia berharap dia bisa tenang setelah melewati berbagai persoalan rumit yang sebenarnya bukan dia yang mencarinya.Ddrttt.. drrrtt..Laura is calling… Ponsel Agnes kembali menyala, menampilkan sebuah nama. Gadis itu meraih ponselnya dengan malas, ia tahu apa yang akan dibicarakan oleh sahabatnya itu tanpa perlu bertemu. Mereka bukan dua orang yang saling mengenal satu atau dua bulan, mereka sudah lama bersahaba

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Just Patner No More

    Momen bahagia yang harusnya diiringi tangis haru untuk setiap orang, namun tidak dengan Agnes. Gaun yang tampak serasi dengan tuxedo milik David membuat pikirannya keruh, dia tidak bisa menampilkan wajah yang datar atau bahkan bahagia. Air matanya tertahan di pelupuk mata, entah mengapa hatinya merasa miris karena momen suci di kehidupannya harus terjadi dengan lelaki yang tak ia cintai dan hanya sebuah sandiwara belaka.Selain itu, ketidakhadiran kedua orang tuanya di momentum ini semakin menyayat hati. Betapa memprihatinkan keadaannya, seorang wanita yang hidup sebatang kara di usia muda. Hanya sanak sodara, keluarag Bibi Hilda yang sebagai formalitas keluarga besar, hanya sebatas silsilah keluarga tanpa keharmonisan keluarga.Sejak tadi David diam-diam mengamati perubahan raut wajah Agnes, gadis itu tampak pendiam dan hanya memandang kosong tamu undangan yang tampak lebih bahagia darinya. Beberapa kali pula, Agnes menghela napas seperti menahan air matanya agar tidak luruh."Kamu b

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Mystery Of Man

    Wanita itu menenteng tas kerjanya, langkahnya terlihat hati-hati seperti menghindari sesuatu. Wajahnya tampak celingak-celinguk melihat situasi agar tak ada seorang pun yang mengetahuinya.Diam-diam Agnes mengendap masuk ke sebuah mobil sport, napasnya lega begitu ia berhasil masuk ke sebuah mobil yang tentu saja bukan miliknya. Seseorang di kursi pengemudi yang duduk di sampingnya terkekeh geli melihat tingkah Agnes sejak keluar kantor."Udah cosplay jadi malingnya?" Tanya David dengan nada meledek, tidak ada jawaban hanya lirikan tajam dari wanita itu."Ngapain sih harus sekarang, Pak David bilang kan kita gak perlu fitting baju segala." Gerutu Agnes meledak, dia kesal karena harus mencari alasan kepada Eric agar diijinkan untuk masuk setengah hari.Walaupun David adalah presdir di perusahaannya, tidak mungkin dia akan mengatakan jika ia akan izin karena ada urusan dengan David, apa kabar gosip hangat terkini nantinya. Meski sekarang kabar David akan menikah dengan salah satu karyaw

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Pria Tangguh

    Seminggu berlalu setelah pertemuan keluarga Agnes dengan David, laki-laki itu tampaknya sedang mempertimbangkan tawaran Agnes perihal rumah yang dijadikan syarat untuk menerima lamarannya.Agnes beberapa kali berpapasan dengan David, beberapa kali pula mereka berada satu ruangan namun David tampak mengabaikannya. berlagak seolah mereka tidak saling kenal."Sepertinya syarat yang kuminta tidak mampu dia penuhi." batin Agnes begitu David tak sengaja menatapnya dan mengalihkan pandangannya dengan cepat.apakah Agnes sedih? tentu saja tidak. gadis itu tampak tertawa lepas, beban di pundaknya serasa lenyap tertiup angin dengan mudahnya. Wajahnya tidak bisa berhenti untuk mengulas senyum tipis."Apa hari-harimu akhir ini begitu tenang?" tanya Eric, rekan kerjanya yang sejak tadi mengamati mimik wajah temannya tampak berseri-seri seperti mendapatkan keberuntungan tak terduga."Tidak, aku baik- baik saja." elak Agnes dengan menundukkan wajahnya, menyembunyikan rasa malunya tiba-tiba."Nes dip

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Problematik Keluarga Besar

    David tidak memungkiri rumah itu benar-benar megah, tidak kalah dengan rumah milik orang tuanya, Hendric. Bangunannya tampak di design khusus, sepertinya memang permintaan dari sang pemilik. Pantas saja jika Agnes akan naik pitam jika David membelinya dengan harga asal.“Nyonya sedang sarapan Nona! Silahkan masuk!” Ucap Hana mempersilahkan sepasang manusia yang sejak tadi hanya diam, sibuk dengan fikiran masing-masing.David memang kagum dengan design interior yang disajikan rumah itu, benar-benar memanjakan setiap mata yang memandang. Namun lelaki itu menutupinya dengan sikap angkuh dan dingin, matanya terhenti pada satu keluarga yang kini berkumpul di ruang makan. Aktivitas mereka terhenti begitu Agnes datang.Suasana mendadak tidak dingin, David bisa merasakan setiap pasang mata yang kini menatapnya dengan sinis. Terlebih, gadis disampingnya kini berubah tidak seperti Agnes yang ia kenal, gadis itu tak kalah angkuh darinya.“Ternyata rumor yang tersebar diluar sana benar, Nes! Kamu

  • Terikat Pernikahan Kontrak Presdir Gila   Mystery Of Box

    Sebuah mobil sport berhenti tepat di depan sebuah bangunan mewah, rumah itu tampak megah dibalik pagar yang menjulang tinggi terdapat sebuah taman yang terawat. Meski pagar itu nyaris mengelilingi rumah itu, namun sela-sela pagar masih memperlihatkan betapa megahnya bangunan bak istana negeri dongeng.“Sekarang saya tahu, mengapa kamu sama sekali tidak tergiur dengan uang yang saya tawarkan!” celetuk David setelah lama tertegun, terlena dengan kemegahan rumah dihadapannya, meski ia dari keluarga bangsawan dia tidak menampik.“Anda bisa membatalkan niat anda untuk menikah dengan saya! Ini masih belum terlambat.” Ucap Agnes Santai, gadis itu seperti menemukan sebuah keraguan dari dalam David, kepercayaan lelaki itu mendadak pudar.“Tidak bisa! Saya tidak akan membatalkan pernikahan kita! Bukankah kamu juga mendengar tekad bulat saya beberapa hari yang lalu saat kamu datang ke rumah orang tua saya!” Tolak David mentah-mentah, raut wajahnya terlihat jengkel mendengar ucapan Agnes yang tam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status