แชร์

Kau mau menjadi Presdir?

ผู้เขียน: luscie
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-06-08 23:48:09

Sepanjang hari keadaan menjadi canggung di antara keduanya. Eloise lebih banyak menghindar. Sebastian tidak banyak bicara. Saat malam tiba dan mereka berada di ranjang yang sama, keadaan semakin tidak nyaman.

Sebastian berbaring telentang sementara Eloise berbaring miring membelakangi suaminya.

Eloise belum tertidur tapi berusaha untuk tidak banyak bergerak. Ia khawatir terlalu banyak gerakan akan membuat Sebastian terganggu.

Sebastian menghela nafas panjang. "Kau belum tidur?"

Eloise diam. "Belum."

"Ini sangat aneh, kita serumah tapi tidak saling bicara."

"Maafkan aku tadi pagi, aku tidak bermaksud menggoda. Itu spontan," ucap Eloise.

"Tak apa. Kuanggap itu karena kau sedang hamil."

"Terima kasih."

"Sama-sama." Sebastian menoleh, "kau tidak capek berbaring diam seperti itu?"

"Aku khawatir mengganggumu."

"Aku tidak terganggu."

Eloise bergerak. Ia menoleh ke arah Sebastian. "Sepertinya aku belum mengucapkan terima kasih kamu telah menolongku saat di Wyoming."

"Ya, aku juga belum
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Pengorbanan

    Eloise merapikan alat lukisnya saat mendengar suara pintu depan terbuka. Masih sore, bukan kebiasaan Sebastian untuk pulang lebih awal. Eloise melangkah keluar kamar, menemukan Sebastian tengah duduk dengan menyandarkan kepala di sandaran sofa sembari memejamkan mata. Sepertinya ada sesuatu yang salah. Eloise mengambil segelas air dan meletakkannya di atas meja di depan sofa. Sebastian membuka mata, menatap Eloise yang berdiri agak jauh darinya dan ke arah gelas, ia kemudian mengambil gelas dan meminum isinya hingga tandas. "Kemarilah," pinta Sebastian sembari menepuk pahanya, "ada yang ingin kubicarakan." Eloise bimbang melangkah mendekat. Ia duduk di pangkuan Sebastian menghadap pria itu. Sebastian diam mengamati Eloise. Tangannya membelai perut Eloise sedikit lama. "Aku mengingkari sumpah ku, " ucapnya lirih. Bahu Eloise luruh seketika. Ia hendak bangkit berdiri saat lengan Sebastian telah melingkari pinggangnya dengan erat, "aku takkan membiarkanmu menanggung semua

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Kau mau menjadi Presdir?

    Sepanjang hari keadaan menjadi canggung di antara keduanya. Eloise lebih banyak menghindar. Sebastian tidak banyak bicara. Saat malam tiba dan mereka berada di ranjang yang sama, keadaan semakin tidak nyaman. Sebastian berbaring telentang sementara Eloise berbaring miring membelakangi suaminya. Eloise belum tertidur tapi berusaha untuk tidak banyak bergerak. Ia khawatir terlalu banyak gerakan akan membuat Sebastian terganggu. Sebastian menghela nafas panjang. "Kau belum tidur?"Eloise diam. "Belum.""Ini sangat aneh, kita serumah tapi tidak saling bicara.""Maafkan aku tadi pagi, aku tidak bermaksud menggoda. Itu spontan," ucap Eloise. "Tak apa. Kuanggap itu karena kau sedang hamil.""Terima kasih.""Sama-sama." Sebastian menoleh, "kau tidak capek berbaring diam seperti itu?""Aku khawatir mengganggumu." "Aku tidak terganggu."Eloise bergerak. Ia menoleh ke arah Sebastian. "Sepertinya aku belum mengucapkan terima kasih kamu telah menolongku saat di Wyoming.""Ya, aku juga belum

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Rasa penasaran

    Sabtu pagi. Sebastian bangun lebih awal dari Eloise. Ia telah selesai lari pagi sekaligus membeli sarapan. Ia menyapa Dominic yang sudah menyeduh kopi. Memberikan sekotak sarapan pada pria itu sebelum melangkah masuk ke dalam apartemen. Eloise berada di dapur sewaktu Sebastian membuka pintu. Tampaknya Eloise tengah bersiap membuat sarapan. "Aku sudah membeli sarapan, kau tidak usah masak." Sebastian meletakkan bungkusan di atas pantry. "Aku bangun kesiangan." Eloise meletakkan dua piring dan membuka kemasan kotak makan. "Tak apa, kau perlu banyak istirahat."Meski wajah Sebastian datar dan kaku, tapi pria itu menunjukkan perhatian pada Eloise. Mungkin perhatian Sebastian karena bayi dalam perutku, Eloise membatin. Tapi itu sudah lebih dari cukup, ia tidak berharap banyak.Keduanya menikmati sarapan tanpa banyak bicara. "Kau ingin pergi ke suatu tempat?" tanya Sebastian sejurus kemudian. "Tidak, aku ingin menonton film saja seharian ini."Sebastian mengangguk. "Kau ingin menon

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Belajar melukis

    Sebastian melepaskan ikatan tali pinggangnya di kedua pergelangan tangan Eloise. Ia bahkan tak peduli dengan bekas merah samar di pergelangan tangan Eloise. Tanpa melihat Sebastian, Eloise menarik celana dalamnya dan memungut rok dan blouse yang berserakan di lantai. Eloise mengenakannya dan berusaha untuk tidak menangis. "Boleh aku ke kamar tidur sekarang?" tanya Eloise tanpa menoleh. "Ya, " jawab Sebastian pendek. Ia sedikit merasa bersalah memaksa Eloise bercinta malam ini. Tidak, bukan bercinta, tapi hubungan badan yang dipaksakan, ralat Sebastian dalam hati. Hanya ia yang menikmati hingga pelepasan tadi sementara Eloise tidak sama sekali. Ia sempat melihat dahi Eloise mengernyit menahan sakit. Eloise merebahkan tubuh di ranjang, menangis tanpa suara. Sebastian tidak berniat tidur di kamar malam ini. Ia tetap berada di sofa hingga pagi menjelang. Esok paginya, Sebastian membuka pintu kamar dan memperhatikan Eloise baru saja keluar dari kamar mandi. "Kita sarapan di luar sek

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Pelampiasan kemarahan

    "Aku kehilangan ponselku, Sebastian." "Polisi menyitanya untuk penyelidikan." Dan Sebastian enggan untuk mengambilnya padahal petugas polisi sudah memintanya untuk mengambil ponsel Eloise kemarin siang. Ia juga sengaja tidak membelikan ponsel baru untuk Eloise. Sebastian akan menjauhkan Eloise dari Sean apapun caranya. Termasuk tidak memberikan fasilitas komunikasi kepada Eloise. "Bagaimana jika aku perlu sesuatu yang mendesak?" "Seperti apa? Menghubungi kekasihmu?" tanya Sebastian sinis. Ia tak peduli Eloise akan mengira dirinya cemburu buta. Eloise diam. Harga diri Sebastian terluka karena pengkhianatan yang dilakukannya. Ia bisa memaklumi. "Bagaimana jika aku butuh meneleponmu karena tiba-tiba perutku sakit?" "Kau bisa bilang pada Dominic. Dia akan memberitahu ku." Sebastian menyebut nama pengawal pribadi Eloise. "Baiklah." Eloise mengalah. Ia berjalan melewati Sebastian hendak menuju kamar tamu. "Mau kemana?" tanya Sebastian. "Aku mau istirahat." "Arah

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Tinggal bersama

    "Pasien masih harus beristirahat, sebaiknya anda tunggu sebentar." "Bagaimana kondisi bayiku?" "Bayi anda baik-baik saja. " Sebastian menghela nafas lega. "Baiklah, aku akan menunggu." Dokter itu pamit pergi. Sepuluh menit berlalu. Sebastian duduk di lorong rumah sakit dengan tak sabar. Seorang perawat keluar dari kamar perawatan Eloise. "Pasien ingin bertemu dengan orang yang menyelamatkannya, saya kira itu anda." Sebastian tak menjawab, ia mengikuti langkah perawat memasuki kamar. Mata Eloise bengkak, bekas luka lebam membiru tampak terlihat di dagu dan tulang pipi. Eloise menoleh sekilas ke arah pintu masuk. Ia kaget melihat orang yang menyelamatkannya adalah Sebastian. "Sebastian," panggilnya lirih. Sebastian mendekat, berusaha menunjukkan wajah tenang meski hatinya bergejolak penuh amarah melihat keadaan Eloise. Eloise ingin memeluk pria itu. Ia ingin mengobati kerinduan yang selama ini dipendamnya, menumpahkan perasaan ketakutan dan kengerian akibat perbuatan Daniel

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status