Beranda / Romansa / Terjebak Ambisi Sang Pewaris / Terbunuhnya Jeff Barnard

Share

Terjebak Ambisi Sang Pewaris
Terjebak Ambisi Sang Pewaris
Penulis: luscie

Terbunuhnya Jeff Barnard

Penulis: luscie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-20 08:30:41

“Jangan, tuan Jeff,” pinta Eloise panik saat Jeff Barnard berusaha menciumnya. Lelaki tua tak tahu diri itu meraba dada Eloise hingga gadis itu terpekik kaget dan meronta.

“Sudah, diamlah, Eloise, aku akan memberimu kenikmatan sebentar lagi,” seringai Jeff buas. Pria itu masih bugar di usianya yang lebih dari 60 tahun. Selain menjaga fisik dengan olahraga teratur, pria itu juga disiplin mengatur pola makannya hingga sebagian orang masih percaya jika Jeff membual dirinya berusia 50 tahun.

Eloise meronta panik saat Jeff menaikkan rok gadis itu dan meraba celana dalam Eloise.

“Tidak!Hentikan, Tuan!” teriak Eloise katakutan. Tangannya berusaha melindungi tubuhnya dari sentuhan pria sinting itu. Enam bulan mengenal pria itu, meski secara hukum Jeff adalah ayah tirinya, tak sekalipun Eloise pernah memanggilnya dengan sebutan papa. “Kumohon, hentikan,” pinta Eloise memelas. Meski dengan seluruh kekuatannya, ia masih kalah tenaga dengan lelaki itu. .

Tubuh Eloise terhimpit di antara meja kerja dan tubuh Jeff. Pria itu membalik tubuh Eloise dan mendorongnya ke atas meja hingga posisi gadis itu membungkuk dan Jeff dengan leluasa menaikkan kembali rok Eloise dan menurunkan celana dalam Eloise.

Tangan Eloise menggapai apapun di meja saat suara nafas Jeff yang penuh gairah terdengar sangat dekat di telinganya, membuatnya bergidik ngeri dan jijik. Saat Jeff menurunkan resleting celananya, saat itu pula Eloise membalikkan tubuh dan menyambar sebuah benda berat dan memukulkan benda itu sekuat tenaga ke arah Jeff Barnard.

Pria itu terhuyung sembari memaki dengan keras. Ia memegang kepalanya dengan beringas menatap Eloise. “Sialan kau gadis jalang!” Ia terhuyung berjalan mendekati Eloise yang tampak gemetar ketakutan.

Dengan sisa tenaga dan rasa panik, Eloise kembali membenturkan pemberat kertas yang masih di tangannya ke kepala Jeff hingga pria tua itu terjerembab jatuh.

Tubuh Eloise gemetar, pikirannya kacau. Pemberat kertas berbentuk Sphinx Egypt terlepas dari tangannya hingga menimbulkan bunyi nyaring. Apa yang telah dilakukannya?Ia bersandar di tepi meja hingga kekuatannya tiba-tiba melemah karena panik, tubuh Eloise melorot turun dan jatuh terduduk di lantai ruang kerja Jeff Barnard. Ia menatap nanar tubuh Jeff yang tak bergerak samasekali. Apa lelaki itu telah mati?Mata Eloise memanas dan detik berikutnya ia menangis ketakutan.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Sosok tampan bermata hijau terlihat berdiri di ambang pintu. Ia membeku di tempat, terperangah mendapati tubuh Jeff yang berbaring tak bergerak di lantai sementara Eloise duduk di lantai dengan tangis ketakutan. Sebastian Harold, putra tiri Jeff Barnard. Wajah dingin yang biasa terlihat dari lelaki itu kini berganti keterkejutan. Ia memaki pelan. Hanya beberapa menit ia tampak kaget, detik selanjutnya ia menutup pintu ruang kerja Jeff, mengunci pintu rapat dan berjalan mendekat.

“Apa yang terjadi?” tanyanya dengan suara bariton rendah.

Eloise mendongak. Wajahnya penuh air mata. “Aku terpaksa melakukannya.”

“Kau membunuhnya?” tanya Sebastian dingin.

“Aku..aku..” Eloise terbata. “Dia mencoba memperkosaku,” bisik Eloise parau.

Sebastian mendengus sinis. Dasar bandot tua, maki Sebastian dalam hati. Jeff Barnard tak sekali ini tertangkap basah melecehkan gadis-gadis muda. Meski semua gadis yang dilecehkannya tak berani bersuara, tapi Sebastian tahu hampir semua kelakuan busuk ayah tirinya.

Sebastian mendekati tubuh Jeff Barnard, berjongkok di sebelah kepala pria itu dan memeriksa nadi di leher Jeff. Dari telinga pria itu keluar cairan berwarna merah. “Dia sudah mati,” ucap Sebastian tanpa ekspresi.

Eloise kembali menangis tersedu. Tangannya gemetar saat mengusap pipinya yang basah oleh air mata. “Aku hanya membela diri,” ucapnya cemas.

Sebastian tiba-tiba mendapat kesempatan dengan situasi ini. Pikiran licik dan otak cerdasnya berkolaborasi hingga mencapai satu kesimpulan. Memanfaatkan Eloise Johnson. “Aku akan lapor polisi,” ucapnya pendek dengan nada mengancam.

“Apa aku akan dipenjara?” tanya Eloise ketakutan.

“Bagaimana menurutmu?Kau telah membunuhnya, kan?” Sebastian bangkit berdiri.

“Tapi aku tak sengaja,” balas Eloise mencoba membela diri. Ia mendongakkan wajah menatap sendu pada Sebastian.

“Katakan itu pada polisi,” kata Sebastian dengan nada tidak yakin. “jika mereka percaya kau akan mendapat tuduhan pembunuhan tak disengaja, kemungkinan hukuman lima tahun penjara,” ucap Sebastian penuh penekanan. Ucapannya bias. Berusaha mempengaruhi Eloise agar semakin panik. Dan itu terbukti manjur. Gadis itu terbelalak ngeri.

“Tidak, tolong aku, aku benar-benar tak sengaja,” pintanya memelas. Kali ini ia bersimpuh di kaki Sebastian. “tolong aku.”

Sebastian diam sejenak. Memikirkan suatu rencana. “Baiklah,” ujarnya sesaat kemudian. “aku akan melindungimu, tapi dengan satu syarat.”

Eloise sedikit lega. “Apa itu?”

“Menikah denganku,” ujar Sebastian yakin. Di kepalanya telah tersusun berbagai rencana licik.

“Apa?” tanya Eloise terperanjat.

“Kau tak perlu tahu alasannya. Jika kau setuju, aku akan merekayasa kematian Jeff seperti kecelakaan. Bagaimana?”

Pria ini sama dengan Jeff Barnard, batin Eloise panik. Sama-sama gilanya. Tapi ia tak punya pilihan lain.

“Tak ada waktu, Eloise.” Sebastian mengingatkan.

Eloise mengangguk samar.

“Bagaimana?” tanya Sebastian tak sabar.

“Baiklah.”

“Oke, sekarang keluarlah,” ucap Sebastian seraya merogoh ponsel di saku celananya. Ia memeriksa layar di ponsel. Sebuah rangkaian gambar CCTV terhubung online di ponsel canggih milik Sebastian. Di luar ruang kerja Jeff Bernard tampak lengang. Tak ada seorang pun nampak di sepanjang koridor menuju ruang kerja pria itu.

Eloise tampak gugup saat membuka kunci pintu ruangan, dengan ragu ia berdiri sejenak sebelum membuka pintu.

“Cepatlah!” bentak Sebastian tak sabar. “di luar sepi jika kau keluar dari sini sekarang. Atau kau mau menunggu pelayan melihatmu keluar dari sini?”

Eloise dengan tergesa keluar dari ruang kerja Jeff Barnard. Ia menyesal mengapa tadi ia tidak menolak permintaan Paul, kepala pelayan yang menyuruhnya datang ke ruang kerja Jeff. Tapi apa dayanya menolak permintaan ayah tirinya.

Eloise masuk ke kamarnya dan menutup pintu rapat. Bayangan kejadian yang baru saja terjadi membuatnya kembali limbung. Ia terduduk di lantai, menyandarkan tubuh di dinding kamar. Dia telah membunuh Jeff Barnard. Bagaimana jika ibunya tahu akan hal ini?Tidak, tidak. Itu tak boleh terjadi. Ibunya, Valerie Ariadne, akan mengusirnya dan membuatnya menjadi gelandangan. Eloise menangis tersedu, meratapi nasib.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
luscie
boleh minta komen tentang buku ini dong kakak......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Apartemen Sebastian

    Usai makan siang, Sebastian meneleponnya. "Kau sudah selesai?" tanya pria itu "Ya, aku sudah memberikan penawaran dan pemiliknya setuju." "Bagus, setelah ini aku akan menjemputmu." "Aku tak ingin pulang dulu, Sebastian," jawab Eloise enggan. "Aku tidak akan mengantarmu pulang, aku akan mengajakmu ke tempatku." Eloise tertegun. Sebelum bertanya lebih jauh, Sebastian mematikan telepon seakan Eloise setuju dengan ajakannya. Sejam kemudian Sebastian datang dan membawa Eloise menuju ke apartemennya. Sebastian mengulurkan sebuah kartu akses apartemennya saat keduanya telah berada di depan pintu. "Aku hanya memiliki dua kartu akses, satu untukmu kalau kau tidak ingin tinggal di rumah." Sebastian menjelaskan, seakan tahu keengganan Eloise berada di mansion. Dulu pria itu memaksanya menghadapi Valerie dan menyebutnya pecundang, tapi sekarang mengapa Sebastian berubah pikiran? Apartemen Sebastian jenis penthouse. Terletak di lantai teratas dan memiliki fasilitas mewah.

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Bercinta lagi

    Sebastian menunduk memindai Eloise. Menit selanjutnya wajahnya mendekat. Membisikkan sesuatu ke telinga Eloise dengan gerakan menggoda. "Awalnya aku juga tak percaya dengan kepolosanmu, Eloise. Dengan tubuhmu yang membuat pria bergairah, bagaimana caramu menyembunyikannya selama ini? " Eloise memejamkan mata saat gigi Sebastian menggigit pelan telinganya, lidah pria itu menjilati lehernya sementara nafasnya menderu panas di kulit Eloise. Tubuh Eloise meremang, otaknya bimbang antara keinginan agar Sebastian melakukan lebih atau menyuruh pria itu menghentikan aksinya. "Siapa pria pertama menyentuhmu di sini?" Tiba-tiba saja tangan Sebastian telah berada di bawah, di bagian sensitif Eloise, menyentuhnya dengan sangat lembut. "Kau," bisik Eloise parau. Ia mendesah saat Sebastian menyentuhnya lagi. "Aku percaya itu karena aku juga yang pertama kali memasukinya." Sebastian menjauhkan wajahnya sedikit, menatap Eloise dengan tatapan yang sulit diartikan. Sebastian kemudian menun

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Fitnah kejam

    "Kok bisa Sebastian mau menikah dengan Eloise?" tanya Jolie saat berada di kamar Valerie. "Aku juga tidak tahu, Jolie. Tiba-tiba saja sewaktu selesai pemakaman Jeff, Sebastian memberikan pengumuman akan menikah dengan Eloise," jelas Valerie. Jolie merengut kesal. Bagaimana mungkin Eloise yang berpendidikan rendah, tidak menarik secara fisik dan mempunyai sikap yang jauh dari kata anggun bisa mendapatkan pria yang menurut Jolie hampir sempurna seperti Sebastian."Aku menyukai pria itu, Ibu." Jolie mendekati Valerie. "Sebastian maksudmu?" Valerie balik bertanya. Siapa memangnya wanita yang tidak akan menyukai Sebastian? "Aku harus mendapatkannya, " Jolie menatap ibunya dengan bersungguh-sungguh. "Aku sudah pernah bilang pada Eloise kalau aku berniat menjodohkan kamu dengan Sebastian." "Ah, benalu itu tak mungkin mau mengalah." Jolie menghempaskan tubuhnya di sebelah Valerie yang tengah duduk di sofa. Jolie tampak jengkel. Ia tak mungkin kalah dengan Eloise. Ia merasa lebih unggu

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Kehadiran Jolie

    "Lihat aku, Eloise!" bentak Sebastian frustasi. Ia telah membuat wanita di depannya kembali seperti awal mereka bersama. Tak ada lagi mata penuh emosi atau perlawanan yang ditunjukkan Eloise. Sebastian membenci itu. Eloise ragu menengadahkan wajah menatap Sebastian. "Tidak, aku tak ingin menjadi jalang, biarkan sekali ini saja aku menjadi egois, akan aku tanggung dosaku pada Jeff Barnard nanti, tapi setidaknya saat semua selesai, aku bisa pergi membawa harga diri," bisik Eloise parau. Matanya memanas. Tapi ia bertahan untuk tidak menangis. Rahang Sebastian mengeras. "Bagaimana jika aku menginginkanmu sekarang?" tanya Sebastian mendesak tubuh Eloise hingga menempel di dinding kamar. Sebastian memaksa Eloise untuk tetap menatapnya dengan menangkup wajah wanita itu. Detik selanjutnya bibir Sebastian memagut bibir Eloise dengan bernafsu. Eloise tak membalas ciuman Sebastian seperti hari-hari sebelumnya, membuat amarah muncul dalam diri pria itu. Sebastian melepas ciumannya. "Apa yang t

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Casey tertangkap polisi

    "Tinggal beberapa bulan, Eloise. Kau tak sabar melempar tubuhmu ke laki-laki lain? " tanya Sebastian tajam. Saat ini keduanya berada di tempat parkir mobil. Eloise meradang. Tanpa sadar ia berjalan mendekat dan menampar Sebastian. Pria itu menyeringai. "Kenapa marah? Yang kukatakan benar, kan? "Eloise merasa dadanya nyeri. Sakit sekali jika seseorang yang nyaris ia sayang, mengatakan kalimat sekejam itu. Membuatnya seperti wanita murahan. "Sebaiknya aku pulang sendiri." Eloise berjalan menjauh ke arah jalan raya. Tangan Sebastian mencekal erat lengannya yang hendak menghentikan sebuah taksi. "Jangan pernah berani melawanku, " geram Sebastian. Eloise berusaha melepaskan cekalan tangan pria itu tapi ia tak bisa. Kekuatannya tak sebanding dengan tangan kokoh Sebastian. "Ikut aku atau harus ku seret sampai ke mobil? "Eloise mengalah saat menyadari beberapa pasang mata melihat ke arah mereka. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan tangis. Eloise tidak berkata sepatah kata pun saat b

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Makan malam bersama Sean

    Sebastian pulang lewat jam makan malam. Ia disibukkan dengan berkas dokumen pengalihan saham Alexa pada dirinya. Saat akan memasuki halaman depan mansion, ia menemukan Casey tengah berbicara dengan seseorang di dalam mobil. Ketika melihat mobil Sebastian, Casey tak bisa menyembunyikan panik dan menyuruh sosok itu untuk segera pergi. Pria asing itu menghidupkan mesin mobil dan bergerak keluar dari halaman mansion. Sebastian keluar dari dalam mobil, tak mengindahkan tatapan cemas Casey, ia segera masuk ke dalam rumah. Suasana tampak sepi. Sebastian langsung menuju ruang kerjanya. Saat memasuki ruangan, tiba-tiba ingatan akan tubuh Eloise yang menggodanya kemarin seperti berlarian dalam memori kepalanya. Membuat Sebastian harus menghela nafas kasar. Ia seperti remaja kasmaran yang selalu ingat akan kekasih hati. Sebastian melepas jas dan dasi, membuangnya ke sembarang tempat. Memejamkan mata sesaat. Mengenyahkan pikiran untuk segera ke kamar tidur dan menemui Eloise. Tidak. Ia tak

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Perasaan yang berbeda

    Hampir tengah malam saat semuanya usai. Sebastian menggendong tubuh Eloise, membawanya ke dalam kamar di lantai dua. Suasana ruang tengah menuju kamar tampak sepi. Sebastian meletakkan tubuh Eloise di atas ranjang. Menyelimuti tubuh polos Eloise yang letih karena permainan panas Sebastian. Eloise berbaring menyamping menghadap Sebastian yang merebahkan diri di samping Eloise. Tanpa suara keduanya bertatapan lama. Sibuk dengan pikiran masing-masing. "Apakah masih sakit?" tanya Sebastian bersimpati. Eloise benar-benar tak mengerti dengan Sebastian. Pria itu bisa sangat kejam dan penuh perhatian di lain waktu. Eloise tersenyum. "Sedikit.""Apakah kau ingin mandi? "Eloise menggeleng. "Aku mengantuk. "Sebastian merapikan helaian rambut yang menutupi pipi Eloise. "Baik. Tidurlah."Eloise memejamkan mata. Sebastian mendekatkan tubuh memeluk Eloise. Mengusap-usap punggung Eloise hingga terdengar nafas Eloise yang beraturan.Pikiran Sebastian kacau. Ia tidak pernah merasakan sesuatu se

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Pasrah

    Eloise beberapa kali terbangun. Tidurnya tidak nyenyak malam ini. Sesekali ia melihat jam dinding. Sudah tengah malam. Tapi Sebastian tidak kunjung pulang. Saat pertama kali tinggal di mansion, ia sering mendengar gosip tentang Sebastian yang memiliki banyak wanita yang dibawanya ke apartemen pribadi Sebastian. Dan karena itu Sebastian dulu sangat jarang tinggal di mansion. Mungkin Naomi, yang ditemuinya di butik, salah satu dari wanita itu. Apakah Naomi bersama Sebastian malam ini? Satu jam berlalu. Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Eloise memejamkan mata berpura-pura tidur. Suara langkah kaki Sebastian bergerak menuju ranjang. Bunyi mantel yang dilepas dan dilempar kasar ke arah sofa. Kemudian terdengar laki-laki itu menaiki ranjang. Lalu sunyi. Eloise akhirnya bisa memejamkan mata. Entah mengapa menyadari Sebastian sudah ada di dalam kamar membuatnya tenang. Eloise bergerak gelisah dalam tidurnya. Suara tawa Jeff Barnard tiba-tiba terdengar nyaring. Pria itu berdiri di pojo

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Ada apa dengan Sebastian

    Beberapa hari tanpa kehadiran Valerie membuat hari-hari Eloise menjadi tenang. Stephen kembali menghubungi Eloise. Kliennya puas dengan hasil karya Eloise saat acara di Tribeca Rooftop NYC,. Proyek selanjutnya akan dilaksanakan dua minggu kemudian. Stephen meminta Eloise membantunya lagi. Eloise menyanggupi tanpa bernegosiasi gaji. Berapapun akan ia terima. Alexa terlihat mendatangi Eloise di kamarnya dengan wajah pucat dan tegang. “Eloise,” ucap Alexa tak mampu bicara lagi. Tangisnya pecah kemudian. Eloise tiba-tiba merasa jantungnya berdegup kencang. Apa ini ada hubungannya dengan Sebastian? “Apa yang terjadi, Alexa?” tanya Eloise gugup. Alexa tak berbicara, ia masih terus menangis. Eloise memeluk Alexa erat. “Apa yang terjadi?” tanyanya kembali. “Andrew membuat video tentang kami yang sedang berhubungan badan,” ujar Alexa terbata-bata setelah tangisnya mereda. “dan dia mengancamku akan menyebarkan video itu jika aku tak memberinya uang.” Alexa kembali terisak. Eloise

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status