Share

* 4 *

Penulis: KOMALA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-03 15:42:53

Pagi ini aku benar-benar melampiaskan stress di kepalaku dengan berbelanja menggunakan kartu kredit dari Sam. Aku tak peduli! Aku membeli gaun mahal, sepatu cantik, tas branded, dan perhiasan, juga jam tangan untuk Ben, suamiku. Tak lupa kubelikan juga gaun cantik untuk putriku. Nia juga kupaksa membeli gaun dan perhiasan, meski dia menolak aku tetap mengambil untuknya dan membayarnya.

“Mal, aku tak memerlukannya!” Nia menolak dengan halus.

“Jangan bercanda! Perempuan mana yang tidak menyukai gaun cantik dan perhiasan?” tanyaku kesal.

“Aku bukan bilang tidak menyukai, aku hanya tidak memerlukannya.” ujarnya lemah.

“Ayolah Nai!” begitu biasa aku memanggil Nia, itu panggilan persahabatan dan hanya aku yang memanggil Nia begitu. “Kau harus lebih menghargai dirimu sendiri, kau berharga dan pantas mendapatkan semua kemewahan ini. Anggap saja privilege sebagai istri CEO kaya raya.” cerocosku gemas.

“Aku tidak ingin diingat Sam sebagai istri yang hanya memanfaatkannya.” Nia tertunduk sedih.

Aku mendesah berat, “Semakin kesini kamu semakin lucu. Aku sungguh ingin tertawa mendengar leluconmu.” cetusku, membayar belanjaan dan memberikan barang yang kubayar untuk Nia kepadanya, aku terlalu banyak membawa paper bag untukku sendiri. “Dan kau tahu, ini salah satu dari rangkaian tugasku ke Surabaya, untuk berbelanja dan mengajakmu berbelanja. Aku tak akan menyia-nyiakannya setelah kalian melakukan hal gila semalam di depanku. Aku juga tak akan berpikir panjang untuk membelanjakan kartu yang suamimu berikan!” tururku yang sontak membuat Nia terdiam.

“Maafkan aku.” gumamnya lirih.

Aku tak mengatakan apapun lagi sampai aku mengajak Nia ke salah satu restoran mewah dan aku memesan steak mahal di sana, tentu saja aku membayarnya dengan kartu Sam!

“Sepertinya kamu mulai goyah terhadap Sam, kemana perginya Nia yang sering mengatakan tidak akan melibatkan hati dan hanya menjadikannya tempat bergantung dari segi materi?!” ledekku seraya mulai menyantap hidangan yang telah tersedia.

“Aku masih seperti itu kok. Aku tak akan membiarkan aku jatuh cinta pada Sam.” tegas Nia, “tentu saja, karena dia milik istri dan anaknya. Aku tak berani berharap banyak.” Ucapnya pelan.

Aku mendengus, “ Ya karena itu! Jika kamu tidak bisa menghargai dirimu sendiri sebagai seorang perempuan, sebagai seorang istri, ya hargai dirimu sebagai istri kesekian. Gunakan fasilitas yang Sam berikan, belilah apapun yang kau mau. Apa pentingnya Sam akan mengingatmu sebagai istri yang memanfaatkannya atau bukan?!”

Nia terdiam.

"Kamu sendiri yang mengatakan Sam adalah milik istri dan anaknya, meski kaupun adalah istrinya, tapi kau tidak berpikir akan memiliki Sam selamanyakan?" tanyaku memastikan.

"Entahlah, rasanya aku belum siap kehilangan Sam. Meski aku tidak memiliki hatinya, tapi menjadi salah satu istrinya, cukup menjadikanku nyaman dalam hal materi." jujur Nia.

"Makanya, ketika kamu tidak yakin posisimu aman sebagai istri Sam, manfaatkan masa-masa kamu saat masih benar-benar menjadi istrinya." saranku.

Aku menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Teringat saat pertama aku mengenalkan Nia ke Sam, yang bahkan Nia bekerja di perusahaan Sam juga atas rekomendasi dariku.

“Aku nervous.” Gumam Nia malu-malu. Dia berhenti tepat di depan pintu ruang meeting yang tertutup rapat.

Tadi receptionis mengarahkan kami untuk menunggu di ruang meeting, yang meetingnya sendiri baru akan dimulai setengah jam lagi sesuai jadwal. Sementara klien yang ditugaskan untuk meeting bersama kami masih menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan di ruang kerja mereka.

Baru seminggu Nia bekerja di PT. Jaya Sejahtera sebagai staff invoice atas rekomendasi dariku. Dan ini juga adalah kali pertama Nia harus bekerja di luar kantor yang juga bersamaku. Meski kita beda divisi, namun pekerjaan kali ini mengharuskan kepala bagian marketing yang adalah aku, staff invoice, serta Sam sebagai CEO dari PT. Jaya Sejahtera untuk menghadiri meeting di perusahaan klien.

Aku hanya tersenyum. Dinas luar atau meeting dengan klien sudah bukan hal baru bagiku. Namun meeting di luar kantor bersama klien serta Sam, memang cukup membuatku gugup. Padahal sudah berkali-kali aku meeting dengan keikutsertaan Sam didalamnya, dan pesona sang CEO itu masih saja kuat untuk membuat orang di sekitarnya merasa gugup. Padahal Sam adalah CEO yang menyenangkan, cara bekerjanya santai namun cerdas. Dia tidak pernah marah dan berteriak kepada bawahannya saat menemukan kesalahan dalam pekerjaan.

“Di sini aku bukan sedang mencari kesalahan atau siapa yang salah, di sini saya ingin mendengar lebih rinci apa permasalahannya sampai bisa menghambat pekerjaan, dan mari kita bahas untuk bagaimana kita mengatasinya dengan efektif dan seefisien mungkin.” itu yang selalu diucapkan Sam saat dia memimpin rapat ketika perusahaan mengalami problem. Dia cenderung lebih santai dalam menanggapi berbagai permasalahan, tetapi segalanya seperti bisa diselesaikannya dengan baik. Sam bahkan bukan tipe CEO yang bossy! Dia lebih memperlakukan bawahannya sebagai rekan kerja, sehingga hampir seluruh karyawan kantor merasa nyaman bahkan untuk sekadar menyapa atau berbincang dengannya. Selain murah hati, Sam juga dermawan. Sering dia datang kekantor dengan membawa camilan dan membagikannya untuk orang-orang di kantor, sering pula dia mentraktir makan siang, atau bahkan memberikan uang jajan untuk orang-orang kantor yang menurutnya telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Dan itu pure dari dompetnya sendiri, bukan dana dari Perusahaan. Karena bonus dari perusahaan berupa reward untuk karyawan-karyawan berprestasi tetap ada dan terorganisir dengan baik.

“Mari mencoba terlihat serileks mungkin di depan klien.” Ucapku mencoba menangkan.

Nia tersenyum, “Masalahku sepertinya bukan klien, tapi Pak Sam!”

“Kenapa?” tanyaku sedikit terkejut mendengar itu.

“Entahlah, mungkin karena dia tampan!” jujur Nia seraya tertawa.

Aku ikut tertawa mendengarnya, “Dia memang tampan. tidak hanya wajah dan postur tubuhnya yang sempurna sebagai laki-laki, tapi bahkan sikapnya juga menyenangkan.”

“Sayangnya dia sudah beristri.” timpal Nia.

“Heiii! Bagiku Sam adalah laki-laki yang boleh memiliki istri lebih dari satu. Dia terlalu tampan dan baik serta mapan, sayang sekali jika hanya dimiliki satu orang perempuan saja. Dia adalah laki-laki yang kurestui untuk berpoligami.” kelakarku.

Meski aku mengucapkannya dengan nada bercanda untuk mengimbangi perkataan Nia, namun aku jujur dengan itu, sepenuh hati aku menyayangkan jika Sam hanya dimiliki seorang wanita saja.

“Heii!” Nia menegur candaanku seraya mendorong pelan pundakku.

“Apa?!” balasku dengan mendorong punggungnya pelan, namun Nia seperti tidak menduga aku akan melakukannya, dengan high heells-nya tiba-tiba dia seperti hilang keseimbangan dan terhuyung kedepan hampir menabrak pintu. Ia hampir!

karena tiba-tiba saja pintu ruang meeting terbuka! Sosok Sam muncul disana yang sontak ditubruk Nia dengan keras. Berkas yang dibawa Nia berhamburan lantas berserakan di lantai. Sementara Nia yang kehilangan keseimbangan dengan sepatu hak tinggi yang dikenakannya, terselamatkan karena Sam menahan pinggang Nia dengan sigap, hingga keduanya sesaat bahkan tampak tengah berpelukan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 55 *

    POV : SamDengan rasa frustrasi aku menatap pintu kamar mandi yang mengeluarkan suara kran air yang dinyalakan. Di dalamnya ada Mala, entah dia tengah mandi atau sekadar mencuci wajah, entahlah. Ingin aku bergerak membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya. Membayangkan Mala tanpa pakaian dengan suhu tubuhnya yang tengah demam, aku merasa hawa panas menjalari seluruh syaraf dalam tubuhku, menimbulkan rasa pening di kepalaku saat membayangkan tubuh hangat Mala kuciumi.Aku mengusap-usap kasar wajahku, berusaha mendinginkan pikiranku dan memfokuskan kepalaku dari hal-hal yang agak liar. Kualihkan perhatianku pada makanan yang kupesan, kutata di meja agar Mala bisa makan dengan nyaman. Buah-buah iris yang tampak segar, aneka berry warna-warni, serta ada saus youghurt. Ada susu steril yang sengaja kupesan khusus untuk Mala, berharap dengan itu dapat membantu mempercepat penyembuhannya. Bubur abalone dan sup ayam gingseng. Sementara untukku sendiri, aku memesan steak wagyu, asparagus panggang

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 54 *

    POV : SAM“Kenapa melotot begitu padaku?” tanyaku, seraya menghampiri Mala dan duduk di tepi ranjang, yang tiba-tiba Mala bangkit, dia terlihat panik dan loncat dari ranjang bahkan menjauh dariku.Dia menyenderkan tubuhnya pada dinding dengan wajah pucat yang terlihat jelas diliputi kekhawatiran yang tampak nyata. Aku mengerti apa yang dipikirkan Mala, namun aku tak peduli. Saat ini aku ingin menjadi Sam yang menyukai Mala sejak SMA, bukan menjadi Sam yang adalah seorang CEO yang tengah menghadapi karyawannya.“Kenapa?” tanyaku lagi, dengan dahi berkerut heran.“Nia mana?” tanya Mala.Seperti tertampar oleh pertanyaan Mala, kesadaranku muncul menimbulkan rasa sakit yang berdenyut aktif di dada, aku terdiam menahan diri untuk sejenak mengatur napas berusaha melonggarkan dadaku dari rasa sesak yang mendera. Kemudian aku hanya mengendikkan bahu, aku memang tidak tahu Nia dimana.“Pak Sam sebaiknya keluar. Apa yang akan Nia katakan jika melihat kita hanya berdua di dalam kamar?” tanya Mal

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 53 *

    Hari mulai gelap, aku keluar dari ruang kerja pribadiku di salah satu hotel besar di Bali, di ruangan paling atas dari hotel ini yang sengaja kusiapkan khusus untukku. Beberapa karyawan hotel yang kebetulan berpapasan denganku saat aku bergerak turun, mengangguk hormat seraya tersenyum ramah, seolah aku hanyalah sekadar tamu hotel VVIP mereka.Memang tak ada yang tahu, bahwa hotel ini adalah milikku dan merupakan salah satu usaha yang kurintis secara diam-diam. Aku hanya menempatkan satu orang kepercayaanku di setiap hotel yang kudirikan, untuk mengelolanya sebagai manajemen professional serta menjadi wajahku untuk mengatur pekerja. Meski begitu secara sistem, kinerja, pengambilan keputusan, aku sendiri yang meninjau dan memutuskan melalui orang kepercayaanku itu yang selalu memberikan laporan di setiap harinya. Sampai hari ini, semua berjalan lancar dan terkendali. Bahkan beberapa cabang hotelku bekembang pesat melebihi ekspektasi, tersebar di beberapa kota besar di Indonesia, dan ad

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 52 *

    Handphoneku bergetar tepat saat aku keluar dari bandara. Nama Nia tertera di layar handphone, segera aku mengangkat panggilannya.“Hallo Nai?” sapaku setengah berseru.“Dimana?” tanya Nia.“Baru sampai, ini baru keluar bandara.”“Syukurlah, aku khawatir kamu masih di Jakarta.”“Maaf, aku tadi terlambat sampai bandara. Dan maaf, karenanya aku jadi tertinggal pesawat. Maaf juga kamu jadi harus terbang sendiri.” ujarku merasa bersalah."Banyak banget minta maafnya. Tidak apa-apa, aman kok. Lagian itu kan bukan kemauan kamu juga tiba-tiba ada masalah pagi-pagi, tepat saat kamu harus segera berangkat ke bandara." kata Nia, sejenak dia terdiam. "Maaf juga aku tidak nunggu kamu tadi. Oh iya, kamu tiketnya bagaimana? Jadi harus beli sendiri, maaf ya."Aku termangu, tak tahu harus bilang apa. Tak mungkin kuceritakan bahwa aku terbang bersama Sam, dan dia juga yang mengatur tiket serta penerbanganku, sementara aku hanya mengikutinya saja."Mal?”“Ah, iya sorry. Ini sambil jalan neleponnya. Tida

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 51 *

    Dan di sinilah aku sekarang, terduduk di salah satu kursi pesawat kelas bisnis bersama Sam yang duduk santai di sebelahku dengan wajah sumringah. Aku masih belum bisa mencerna apa yang benar-benar terjadi padaku sejak pagi sampai aku berakhir bersama Sam saat ini! Dan untuk membicarakannya dengan Sam rasanya bahkan tak nyaman, aku juga tak tahu bagaimana harus memulainya. Sampai kemudian segala kebingungan dalam kepalaku akhirnya hanya bisa kutelan sendiri saja.“Kenapa?” Tanya Sam khawatir. “Kamu terlihat gelisah.”“Tidak apa.” Jawabku sekenanya, karena memang aku tak tahu apa yang bisa kukatakan padanya sekarang.“Rileks, Mal. Tidak perlu memikirkan hal rumit apapun saat ini, setidaknya saat bersamaku! Cukup nikmati saja waktumu dan berbahagialah” mohon Sam, seraya memencet tombol untuk menggerakkan kursi yang tengah kududuki demi mengatur posisinya agar kemudian bisa digunakan untuk merebahkan tubuh dengan nyaman.Aku sedikit terkejut saat merasakan pergerakan dari kursi yang kudud

  • Terjebak Cinta CEO Beristri   * 50 *

    Aku sedikit terlonjak karena terkejut, pun dengan Sam. Lelehan kejunya lantas mengotori pipi dan sekitar mulut Sam, bahkan cipratannya juga mengotori kameja putih yang Sam kenakan. Melihatnya, refleks aku menarik tisu dan mengelap mulut serta pipi Sam, juga mengusap-usap noda kuning itu di kemeja Sam. Membuat laki-laki itu terkejut dan bahkan menghentikan mobilnya. Aku terus saja sibuk membersihkan lelehan keju di pipi dan mulut Sam, tak menyadari bahwa laki-laki itu kini tercenung diam dan menatapku lekat, sementara mulutnya penuh sosis yang belum juga dikunyahnya. Sampai tiba-tiba dia memegang lenganku dan menghentikanku. Genggamannya yang erat dan terasa hangat seketika menarik kesadaranku."Maaf." seruku panik, seraya menepiskan lengan Sam dan menegakkan tubuh serta memperbaiki posisi dudukku lalu fokus melihat ke depan. Sementara Sam kemudian mengunyah sosisnya dengan ekspresi seperti menahan tawa."Kok mobilnya berhenti Pak?" tanyaku baru sadar."Kita sudah sampai di bandara." k

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status