Share

Bab 20

Penulis: Atdriani12
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-19 05:08:00

“Apa yang kau cari sebenarnya?”

Suara Livia terdengar tajam dari ambang pintu. Reyan berdiri membelakangi jendela besar ruang baca, tubuhnya nyaris tak bergerak sejak tadi.

Ia tidak menjawab.

“Jasmin tidak di sini lagi,” lanjut Livia. “Dan kau… bahkan tidak mencoba mengejarnya saat dia masih ada.”

Reyan mengepalkan tangannya.

“Aku takut,” katanya akhirnya.

“Takut apa?”

“Takut menghancurkan segalanya. Ibu. Ayah. Kamu. Elena.”

Livia mendengus pelan. “Dan sekarang, setelah semuanya tetap hancur… apa masih layak ditakuti?”

Reyan membalikkan badan. Matanya merah, tapi tidak marah—lelah.

“Aku tidak tahu ke mana dia pergi.”

“Kau tak perlu tahu,” jawab Livia dingin. “Kalau dia memang untukmu, dia akan memberitahumu. Tapi kalau tidak…”

Reyan tidak menunggu Livia selesai bicara. Ia berjalan pergi, langkahnya cepat dan tegas.

Karena kali ini, meski tak tahu hasilnya—ia memilih tidak
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 84

    Reyan membalik halaman naskah yang baru saja dicetak Jasmin. Ia membaca dengan fokus, alisnya naik turun, kadang mengernyit, kadang tersenyum samar. Jasmin duduk di seberangnya, pura-pura sibuk memainkan sendok di dalam gelas, padahal sejak tadi ia mengamati ekspresi Reyan.“Kenapa kamu nulisnya gini?” tanya Reyan akhirnya, menunjuk satu paragraf. “Tokohnya kabur, ninggalin si cowok, padahal mereka udah jelas-jelas saling cinta.”Jasmin mengangkat bahu. “Mungkin karena aku pengen pembaca ikut frustasi.”“Dan kamu nggak kasihan?” Reyan menatapnya serius, meski senyum masih terselip di sudut bibirnya.“Kasihan… tapi juga puas.” Jasmin tertawa kecil. “Itu kan tugas penulis, bikin pembaca nggak bisa tidur.”Reyan meletakkan naskah itu, menatap langsung ke matanya. “Tapi kamu sendiri, masih pengen lari kayak tokoh kamu itu?”Jasmin terdiam sesaat. Pertanyaan itu terasa terlalu dekat, terlalu nyata.“Kadang… iya,” jawabnya juj

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 83

    Langit mendung seperti ikut menyimpan sesuatu yang berat, tapi Jasmin tak memperdulikan itu. Di balik jendela kaca besar apartemen, ia duduk bersila sambil memeluk lutut, menggenggam cangkir hangat yang belum disentuh sejak tadi. Sesekali matanya menatap ke luar, tapi tak benar-benar melihat apa pun.“Apa kamu lagi menulis sesuatu di kepalamu?” Reyan muncul di belakangnya, dengan suara serak yang masih belum sepenuhnya bangun.Jasmin menggeleng pelan. “Nggak. Cuma… merasa aneh aja.”Reyan duduk di sampingnya tanpa bertanya lebih jauh. Ia menanti. Diam, tapi hadir.“Aku pikir, setelah semuanya seperti ini, aku bakal tenang. Tapi ternyata perasaan itu belum benar-benar hilang,” ucap Jasmin. “Masih ada ruang kosong yang nggak bisa dijelaskan.”“Ruang kosong?” Reyan mengulang, pelan.“Rasa seperti… kita sudah sampai di tempat yang benar, tapi kehilangan arah.”Reyan tidak menjawab. Ia menatap wajah Jasmin yang terus berbicar

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 82

    Suara ketikan sudah lama berhenti, tapi Jasmin masih duduk di tempat yang sama. Matanya memandangi jemari sendiri, seolah mencari jawaban yang tak ada pada halaman terakhir novelnya, tetapi mungkin terselip di antara garis-garis halus di telapak tangan.Seseorang mengetuk pintu apartemen. Lembut. Seperti tak ingin mengganggu, tapi juga tak ingin diabaikan.Jasmin berdiri perlahan, membuka pintu tanpa menebak siapa. Dan saat daun pintu bergeser, ia melihat sosok perempuan yang dulu pernah menjadi bagian dari luka panjang dalam hidupnya.Ibu tirinya. Marlina.Perempuan itu berdiri di ambang pintu dengan rambut sedikit berantakan, wajah tanpa riasan, dan tatapan yang—untuk pertama kalinya—tidak membawa penilaian. Tidak juga membawa permintaan. Hanya ada diam. Dan ragu.“Aku nggak tahu harus ke mana,” kata Marlina akhirnya.Jasmin tidak langsung membalas. Napasnya mengambang. Tapi langkahnya mundur sedikit, memberi ruang untuk masuk.

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   Bab 81

    Langkah kaki Reyan terdengar pelan di koridor rumah, melewati rak buku dan pot tanaman yang sudah lama jadi saksi bisu kehidupan mereka. Ia membawa dua gelas berisi cokelat hangat, uapnya masih mengepul saat tiba di depan kamar kerja kecil di ujung lorong. Jasmin duduk di lantai, punggung bersandar ke dinding, matanya menatap kosong ke arah pintu yang setengah terbuka.Begitu Reyan masuk, Jasmin mengangkat wajahnya. Tak ada senyum, tapi juga tak ada air mata. Wajahnya tampak letih, tapi ada semacam ketenangan yang mengambang di sana—tenang yang lahir dari rasa lelah yang akhirnya dimengerti.“Dingin?” tanya Reyan sambil menyerahkan satu gelas padanya.Jasmin mengangguk pelan. Ia mengambilnya, menggenggam gelas itu seperti seseorang yang akhirnya menemukan sesuatu untuk dipegang setelah terlalu lama mengambang.“Cokelat hangat?” gumamnya.Reyan duduk di lantai, tepat di sampingnya. “Kamu butuh yang manis,” jawabnya. “Tapi nggak terlalu man

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 80

    Suara ketikan di laptop Jasmin perlahan melambat, lalu berhenti sama sekali. Ia menatap layar yang menampilkan bab terakhir novel terbarunya, tetapi matanya tidak fokus. Bukan karena tidak tahu harus menulis apa—tapi karena hatinya terlalu penuh untuk memilih kata.Di sampingnya, Reyan masih membolak-balik berkas dengan alis sedikit berkerut. Ia tidak bicara, tapi keberadaannya cukup membuat ruangan terasa tenang. Lampu meja menyala lembut, dan kehangatan ruangan terasa seolah mengusir kegelisahan yang tadinya sempat mengendap di dada Jasmin.“Rey?” gumam Jasmin pelan, tanpa menoleh.“Hm?”“Apa kamu pernah merasa takut… kalau semua yang kita punya ini cuma sementara?”Suara kertas berhenti. Reyan menoleh, menatapnya dengan raut yang tidak sepenuhnya terkejut, seolah telah menebak arah pikiran Jasmin sejak tadi.“Bukan karena aku nggak percaya kita kuat,” lanjut Jasmin pelan, “tapi karena aku pernah merasa punya segalanya… lalu ke

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 79

    “Aku rasa… aku belum sepenuhnya pulih.”Jasmin mengatakannya pelan, sambil menatap lembar demi lembar hasil tulisannya yang baru saja ia cetak.Reyan menghentikan aktivitasnya, meletakkan buku yang sejak tadi ia tandai dengan pensil. “Kenapa kamu bilang begitu?”Ia menghela napas. Tangannya meremas ujung kertas, seolah kata-kata di sana masih terlalu mentah untuk dibaca siapa pun. “Karena ada bagian dalam diriku… yang selalu merasa takut ditinggalkan. Bahkan sekarang, ketika semuanya baik-baik saja.”Reyan tidak segera menjawab. Ia hanya memutar tubuhnya, menatap Jasmin penuh perhatian.“Aku tahu kamu di sini,” lanjut Jasmin. “Tapi suara di kepala ini kadang bilang, ‘bagaimana kalau dia lelah? bagaimana kalau dia pergi?’ Dan itu… menyakitkan.”“Apa kamu ingin aku yakinkan kamu lagi?” tanyanya lembut.Jasmin menggeleng. “Bukan. Aku cuma butuh kamu tahu, bahwa aku masih berproses. Kadang aku tampak baik. Tapi di dalam… aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status