Share

Bab 3

Penulis: Atdriani12
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-12 22:28:00

“Apa maksudmu… ‘kau tak memilih hidup ini’?”

Jasmin masih berdiri di balkon, kedua tangannya memegang pinggiran besi dingin yang menghadap ke taman mawar. Udara mulai lembap, tapi bukan karena hujan—melainkan karena sesuatu yang menggantung di antara mereka sejak sore tadi. Sesuatu yang belum dinamai, tapi terasa nyata.

Reyan tak langsung menjawab. Langkahnya yang semula menjauh kini terhenti di ujung lorong. Ia berdiri diam, membelakangi Jasmin.

“Semua orang terlahir di suatu tempat,” katanya akhirnya, tanpa menoleh. “Tapi tak semua dari kita punya pilihan untuk meninggalkannya.”

Jasmin menyipitkan mata. “Kau terdengar seperti tawanan.”

Reyan berbalik perlahan. Sorot matanya tidak sedingin biasanya. Ada kelelahan di sana. Atau mungkin… penolakan terhadap sesuatu yang sudah terlalu lama dipaksa diterima.

“Aku bukan tawanan,” ucapnya. “Tapi orang yang sudah terlalu dalam untuk berenang keluar.”

Jasmin menatapnya dari kejauhan. “Kau bisa saja pergi.”

“Dan kau bisa saja menolak ikut ibumu pindah ke sini.”

Jawaban itu membuat dada Jasmin sedikit mengencang. Ia tahu maksudnya bukan serangan, tapi tetap terasa menyakitkan. Karena memang benar.

Ia menunduk, lalu berkata pelan, “Aku tidak pergi karena aku tidak punya tempat lain. Tapi sejujurnya… rumah ini juga tak terasa seperti tempat yang layak aku tinggali.”

Reyan mendekat beberapa langkah. Mereka kini hanya terpisah beberapa meter, dengan cahaya senja yang menggantung di antara tubuh mereka seperti bayangan yang enggan hilang.

“Karena kau belum terbiasa,” katanya.

“Atau karena tempat ini memang tidak dirancang untuk orang seperti aku.”

Reyan mengangkat alis. “Orang seperti apa?”

“Yang tahu cara merasa.”

Hening merambat. Tapi kali ini, tidak menggigit. Lebih seperti ruang kosong yang dibiarkan bernapas.

“Kau ingin aku berkata apa, Jasmin?” tanya Reyan akhirnya.

Jasmin menatapnya lama. “Aku tidak ingin kau berkata apa-apa. Tapi mungkin… berhenti menganggapku sebagai ancaman akan cukup.”

Reyan menyeringai tipis. “Kau bukan ancaman.”

“Kau tidak memperlakukanku seperti seseorang yang aman.”

“Kau bukan. Kau mengacaukan sesuatu yang selama ini sudah rapi.”

“Apa itu salahku?”

“Tidak. Tapi bukan berarti aku tahu bagaimana memperbaikinya.”

Perlahan, Reyan menyandarkan bahu ke dinding balkon. Pandangannya tidak lagi tajam. Tapi penuh sesuatu yang tak pernah ia ucapkan. Dan Jasmin, untuk sesaat, tidak bisa mengalihkan matanya dari pria itu.

“Mereka bilang kita keluarga sekarang,” ucap Jasmin akhirnya. “Tapi kenapa aku merasa lebih seperti tamu yang dikurung dalam istana kaca?”

“Karena istana ini memang tidak pernah didesain untuk menjadi rumah.”

Kata-kata itu menampar pelan. Tapi lebih dari itu… membuka celah kecil. Luka. Atau mungkin rahasia.

“Aku tidak suka kau menyentuh sesuatu yang bahkan belum sempat kubicarakan,” bisik Jasmin.

“Aku juga tidak suka kau membuatku bicara tentang hal-hal yang seharusnya tetap terkubur.”

Mereka diam. Tapi tak ada yang pergi. Tak ada yang mengalihkan pandangan.

Dan dalam diam itu, ada sesuatu yang bergerak. Bukan tubuh mereka, tapi cara mereka saling melihat. Tidak frontal. Tidak manis. Tapi seperti dua orang asing yang perlahan sadar bahwa musuh terbesarnya… mungkin adalah daya tarik yang tak bisa mereka tolak.

**

Suara lonceng kecil dari ruang bawah terdengar. Marta, pelayan tua, memanggil untuk memberitahukan bahwa makan malam akan segera disajikan.

Reyan menoleh ke arah suara itu. Jasmin ikut menatap ke dalam lorong.

“Jangan terlambat,” katanya.

“Karena apa?”

“Karena mereka akan mulai bertanya-tanya… kenapa kita selalu ada di ruangan yang sama.”

**

Kata-katanya ringan. Tapi dada Jasmin terasa berat. Mungkin karena itu peringatan. Atau mungkin… karena ia tahu Reyan benar. Mereka memang selalu berakhir di tempat yang sama. Dan cepat atau lambat, seseorang akan menyadari bahwa kedekatan itu… bukan kebetulan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 122

    Keheningan itu tidak lagi terasa canggung. Bagi Jasmin, berada di sisi Reyan seperti menemukan tempat beristirahat setelah berlari terlalu lama. Bahunya yang menjadi sandaran membuat tubuhnya perlahan rileks, seolah semua beban yang menekan bisa dibagi.“Aku kadang mikir,” suara Jasmin keluar lirih, “kalau aja aku nggak pernah ketemu kamu, hidupku mungkin tetap sama. Datar, kosong, dan… dingin.”Reyan menoleh sedikit, matanya mengamati wajah Jasmin yang masih menempel di bahunya. “Kalau aku nggak ketemu kamu, mungkin hidupku juga cuma jalan terus tanpa arah. Jadi, kayaknya kita memang harus ketemu.”Jasmin menghela napas tipis, senyumnya muncul samar. “Kedengarannya cheesy.”“Memang,” Reyan mengakui sambil tersenyum tipis. “Tapi nggak semua hal harus rasional, Jas. Kadang… yang konyol justru bikin kita tetap waras.”Jasmin mengangkat kepalanya perlahan, menatapnya dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. “Kamu serius?”Reyan mengang

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 121

    Ruangan itu seolah menyimpan napasnya sendiri. Lampu redup memantulkan cahaya ke dinding, menciptakan bayangan samar di wajah Jasmin dan Reyan. Mereka masih berada di posisi yang sama seperti sebelumnya—dekat, tapi tetap menyisakan sedikit jarak yang membuat udara di antaranya terasa tegang.Jasmin mengalihkan pandangan dari jendela, mencoba memusatkan pikirannya pada sesuatu selain detak jantungnya yang terasa terlalu keras. “Kamu selalu punya jawaban, ya?” katanya, setengah menggoda, setengah serius.Reyan mengangkat alis. “Maksudnya?”“Setiap kali aku bingung atau nggak yakin, kamu selalu tahu harus ngomong apa,” Jasmin mengangkat bahu. “Kayak… kamu udah siap dengan semua kemungkinan yang bakal aku tanyain.”Reyan tersenyum tipis. “Bukan karena aku tahu semua jawaban, Jas. Tapi karena aku benar-benar dengerin kamu.”Jasmin ingin membalas, tapi bibirnya hanya bergerak tanpa suara. Ia tidak terbiasa dengan seseorang yang benar-benar memp

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 120

    Keheningan di antara mereka bukan lagi seperti dinding. Justru terasa seperti selimut tipis yang melindungi dari dinginnya dunia luar. Jasmin masih bersandar di bahu Reyan, membiarkan aroma samar cologne-nya bercampur dengan napas hangat yang berhembus pelan.“Nyaman?” suara Reyan memecah diam, nadanya lembut tapi penuh perhatian.“Lumayan,” jawab Jasmin, mencoba terdengar biasa saja. “Mungkin aku bisa terbiasa kalau begini terus.”“Bagus,” Reyan menoleh sedikit ke arahnya, tersenyum tipis. “Karena aku nggak keberatan kalau harus begini setiap hari.”Jasmin pura-pura tidak menggubris, meski hatinya berdetak lebih cepat. Ia tahu, semakin lama ia membiarkan dirinya berada sedekat ini, semakin sulit untuk menjauh. Tapi tubuhnya seolah mengkhianati logika.Reyan memiringkan kepalanya, mengamati wajah Jasmin dari jarak begitu dekat. “Kamu kelihatan lelah.”“Aku memang lelah,” jawab Jasmin singkat. “Tapi bukan cuma fisik.”Rey

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 119

    Keheningan yang tersisa di antara mereka tidak lagi terasa seperti jarak. Rasanya justru seperti ruang yang aman, di mana setiap kata bisa muncul tanpa tergesa. Jasmin masih membiarkan tangan Reyan berada di pipinya. Sentuhan itu membuat pikirannya campur aduk, tapi anehnya, ia tidak ingin melepaskannya.“Rey,” panggilnya pelan.“Hmm?” Reyan menatapnya dengan sorot lembut.“Apa kamu nggak capek?”“Capek karena apa?”“Karena harus terus meyakinkan aku,” suara Jasmin nyaris seperti gumaman. “Karena harus terus ada buat aku, bahkan saat aku mungkin nggak layak.”Reyan tersenyum tipis. “Kalau aku merasa capek, itu cuma berarti aku butuh istirahat, bukan berarti aku mau berhenti.”Jasmin mengalihkan pandangan, tapi genggaman tangannya justru semakin erat. “Aku takut kalau suatu hari kamu berhenti. Semua orang berhenti pada akhirnya.”Reyan menunduk sedikit, memastikan matanya sejajar dengan Jasmin. “Kalau aku berhent

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 118

    Ruang itu masih menyimpan sisa kehangatan percakapan sebelumnya. Jasmin belum melepaskan genggaman tangan Reyan, meski jemarinya sempat bergetar halus. Ada sesuatu yang membuatnya enggan mencabut diri dari kontak sederhana itu—entah karena takut kehilangan lagi atau karena baru sadar betapa ia merindukan sentuhan ini.Reyan duduk sedikit lebih dekat. Ia tak terburu-buru bicara, hanya membiarkan keheningan bekerja seperti obat. Sorot matanya tak pernah lepas dari wajah Jasmin, seakan sedang menghafal setiap garisnya untuk berjaga-jaga jika suatu saat harus mengingatnya tanpa bisa melihat.“Aku masih nggak tahu,” suara Jasmin akhirnya memecah hening, “apa aku benar-benar butuh kamu… atau aku cuma takut sendirian.”Reyan mengernyit pelan. “Kalau kamu cuma takut sendirian, kamu nggak akan berani marah sama aku. Kamu nggak akan nyuruh aku pergi waktu kamu merasa disakiti. Orang yang cuma takut sendirian akan menerima apa saja, bahkan yang menyakitinya, asalkan

  • Terjebak Cinta Kakak Tiri   BAB 117

    Suara hujan yang jatuh di luar jendela membuat ruang itu terasa seperti dunia yang terkurung dalam kaca. Jasmin duduk di ujung sofa, kedua lututnya ditekuk, memeluk bantal. Cahaya temaram dari lampu di sudut ruangan membuat bayangan wajahnya tampak lebih lembut, tapi matanya masih menyimpan sisa badai.Reyan duduk di seberang, tubuhnya sedikit condong ke depan, siku bertumpu pada lutut. Ia menatap Jasmin tanpa berkedip, seolah khawatir jika ia memalingkan wajahnya barang sedetik saja, gadis itu akan kembali menghilang.“Kamu nggak nyaman kalau aku di sini?” suara Reyan memecah keheningan.Jasmin mengangkat kepalanya, pandangan singkat itu menusuk. “Kalau aku nggak nyaman, aku sudah menyuruhmu pergi.”Reyan tersenyum tipis, meski senyum itu tak sampai ke matanya. “Kamu selalu punya cara membuatku merasa seperti orang asing dan rumah pada saat yang sama.”“Lucu sekali,” gumam Jasmin sambil memeluk bantal lebih erat. “Itu juga yang aku rasak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status