Share

Kesepakatan

Author: Danea
last update Last Updated: 2023-08-26 17:09:25

“Menikahlah denganku.”

“Tidak! Aku tidak mau! Bukannya tugasku hanya menjadi teman kencanmu?!” tolak Kenzie berapi-api.

Kenzo tersenyum miring. “Kau terlalu polos.”

“Apa maksudmu?!” bentak Kenzie.

Lagi, Kenzo tersenyum miring dan menatap Kenzie penuh arti. “Jangan meneriakiku!”

“Sampai kapanpun aku tidak akan mau menikah denganmu, Om! Jangankan menikah, menjadi kekasihmu saja aku akan berpikir satu juta kali!” tegas Kenzie dengan suara yang lebih lantang.

Sebagai wanita normal, Kenzie mengakui ketampanan Kenzo. Laki-laki dengan rahang tegas, bibir ping alami, juga tubuh yang sangat pelukable itu terlihat matang, tampan dan memesona. Namun, untuk menikah dengan lelaki tersebut, ia sama sekali tidak tertarik. Selain karena perbedaan usia, Kenzie hanya ingin menikah dengan pria yang mencintainya, juga dia cintai. Ya, Kenzie tidak mau terjebak dalam hubungan tanpa cinta, terlebih dengan lelaki tua dan berstatus duda.

‘Oh Tuhan! Masa mudaku yang berharga akan terbuang sia-sia jika menikah dengan pria ini,’ batin Kenzie.

“Rupanya kau memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi.”

“Tentu saja. Aku berhak setuju ataupun menolak! Sudah ya, aku rasa tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan, permisi!” Kenzie menarik kursinya. Ia menyambar tas dan melenggang pergi dengan perasaan kesal setengah mati karena merasa dibohongi.

“Tunggu!” Suara Kenzo menginterupsi, membuat Kenzie secara reflek menghentikan langkah.

“Aku tidak akan berubah pikiran,” ujar Kenzie.

“Kau yakin menolak semuanya sebelum mendengar apa yang akan aku tawarkan?”

“Aku tidak tertarik!”

Kenzie hendak melanjutkan langkahnya. Tapi lagi-lagi, suara Kenzo menginterupsi. “Duduklah, beri aku waktu untuk menjelaskan lebih dulu.”

“Sudah kubilang, aku tidak tertarik!” tegas Kenzie.

Tanpa aba-aba, Kenzo mengeluarkan cek dari saku celananya, dan memberikan kertas itu pada Kenzie. Di sana, tertera angka seratus dengan nol berjajar di belakangnya.

“Apa ini?” tanya Kenzie dengan tangan bergetar, dan mata membulat sempurna.

“Uang seratus juta, untukmu.”

“Kau sedang berusaha menyogokku?” Kenzie menatap sinis pada Kenzo. “Aku tetap tidak mau,” sambungnya seraya mengembalikan cek tersebut pada Kenzo. Meskipun butuh uang, Kenzie tidak sudi jika harus menikah dengan lelaki asing, yang saat pertama kali bertemu saja tidak bisa menghargainya.

Kenzo memandangi wajah Kenzie, ia tersenyum tipis. “Kau tidak akan bisa menolakku.”

“Bisa, mengapa tidak?!” Saat Kenzie hendak kembali membuka mulutnya, Kenzo memotong. “Ambil cek ini, dan duduklah, aku akan jelaskan semuanya.”

“Jelaskan apa?! Aku tidak mau dengar!” bentak Kenzie.

Untung saja mereka sedang berada di private room. Karena kalau tidak, bisa dipastikan keduanya akan menjadi pusat perhatian karena Kenzie yang terus berteriak.

“Duduk, Kenzie!” ujar Kenzo tajam seraya menarik paksa pergelangan tangan Kenzie, dan mendudukkannya di tempat semula.

Kenzie sangat kesal, tengannya sudah siap memukul pipi mulus Kenzo. Namun tertahan karena sesuatu dalam dirinya yang tak bisa ia pahami.

“Apa?!” bentak Kenzie.

“Dengarkan baik-baik. Jangan memotong sebelum aku selesai bicara.” Kenzo mengingatkan.

“Katakan! Aku tidak punya banyak waktu!”

Kenzo mengalihkan pandangan, dan membuang napas kasar, kemudian mengatakan beberapa hal yang membuat Kenzie membelalalakkan mata karena terkejut dengan penjelasan lelaki itu.

“Pernikahan kontrak?”

“Hmm. Anggap saja simbiosis mutualisme. Kau butuh uangku, dan aku butuh bantuanmu!”

“Tapi…”

“Aku tahu, kau hanya wanita miskin yang sedang membutuhkan banyak uang untuk membiayai kedua adikmu yang ingin masuk kedokteran, benar bukan?” tutur Kenzo.  Pembawaannya begitu tenang, namun terlihat sangat menyebalkan di mata Kenzie.

“Jangan menghinaku!”

“Aku mengatakan yang sebenarnya,” balas Kenzo santai.

“Jadi, pernikahan kita hanya tiga bulan?” Kenzie kembali fokus pada pembahasan awal mereka.

Sudah cukup! Kenzo tak bisa lagi menahan diri. Kesabarannya yang sedari tadi diisi ulang, sudah benar-benar mencapai batas. “Kau bodoh atau bagaimana? Kau tidak dengar ucapanku!” ungkapnya menggebu-gebu. “Lagipula, aku tidak tertarik menikah lebih lama dengan gadis bodoh sepertimu!” tutupnya.

“Apalagi aku. Kau sama sekali bukan tipeku. Sudah tua, duda lagi,” ucap Kenzie tak mau kalah.

“Kau!!!” Kenzo menatap tajam pada Kenzie, merasa jengah dengan cara wanita itu memanggilnya.

“Apa? Benar, kan? Satu lagi, aku memang tidak tertarik denganmu!”

Hening sejenak. Kenzo sibuk mengatur emosi yang sudah memuncak. Sementara Kenzie, wanita itu tengah berpikir keras, menerima tawaran Kenzo atau menolaknya? Jika menerima, bisa dipastikan kehidupan ia dan kedua adiknya akan jauh lebih baik. Masa depan Amanda dan Alea akan terjamin, mereka bisa melanjutkan pendidikan tanpa terkendala biaya. Tapi, bagaimana dengan prinsipnya yang hanya akan menikah atas dasar cinta?

“Kita hanya akan menikah tiga bulan, bukan selamanya. Mengapa reaksimu berlebihan? Pikirkan baik-baik. Aku bisa mencari orang lain kalau kau tidak mau!” beber Kenzo seraya melipat tangannya di depan dada, dengan mata menatap lurus pada Kenzie.

Sebenarnya, Kenzo tidak benar-benar serius dengan ucapannya. Ia berharap Kenzie setuju dan menerima tawaran tersebut. Karena biar bagaimanapun, dari sekian banyak wanita yang dia temui, hanya Kenzie lah yang tidak tertarik padanya.

“Hanya tiga bulan, kan?” beo Kenzie lagi. Ia yang semula menolak dengan tegas, terlihat mulai tertarik, dan meragukan keputusan awalnya. Keadaan ekonomi yang menghimpit membuatnya sulit mempertahankan prinsip hidup yang selama ini ia buat sendiri.

“Ya, hanya tiga bulan,” jawab Kenzo berusaha lebih tenang.

“Om sungguh akan memberikan cek ini padaku, dan uang lima ratus juta setiap bulan?” Kenzie ingin memastikan, ia tidak mau ditipu oleh laki-laki seperti Kenzo.

“Astaga!” Kenzo menyugar rambutnya frustrasi. “Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku. Aku akan memberikannya jika kau setuju.”

Kenzie mengangguk antusias. Persetan dengan prinsip, toh pernikahannya dengan Kenzo hanya sebentar. Ia bisa melakukan banyak hal dengan uang tersebut—membeli rumah, membangun bisnis, menyekolahkan kedua adiknya sampai jadi dokter spesialis, bahkan membeli harga diri lelaki yang dulu pernah menolaknya. Lagipula, prinsip hanya boleh dimiliki oleh orang-orang beruang, dan ia tak punya itu.

“Jadi, kau setuju?”

“Ya, aku setuju menikah kontrak dengan Om,” jawab Kenzie masih dengan mata berbinar. Suasana hatinya berubah menjadi sangat baik setelah memikirkan banyak hal menyenangkan yang bisa ia lakukan jika memiliki banyak uang. Kenzie yang sedang membayangkan hal-hal bahagia, lupa akan kehadiran sosok Kenzo yang tengah menatap intens ke arahnya.

“Satu lagi,” Kenzo menggantungkan ucapannya, ia mengangkat dagu Kenzie, hingga keduanya saling bertatapan. “Jangan panggil aku Om!” lanjutnya.

Tatapan Kenzo yang begitu dalam membuat Kenzie menganguk patuh. “Baiklah, aku akan memanggilmu Kenzo mulai sekarang.”

No, bukan Kenzo.”

“Jadi?” tanya Kenzie bingung.

“Sayang. Panggil aku sayang.”

Belum sempat Kenzie menjawab, Kenzo lebih dulu mendaratkan kecupan singkat di bibir wanita itu. “Tidak ada penolakan!”

“Sinting!” maki Kenzie seraya mengusap bibirnya dengan gerakan kasar.

Kenzo menahan gerakan tangan Kenzie. “Jangan diusap! Atau aku akan melakukan yang lebih dari ini?!”

“Bagaimana bisa kau melakukan lebih dari ini sementara kita tidak saling mencintai?” tukas Kenzie.

Kenzo tersenyum misterius, ibu jarinya mengusap lembut bibir tipis Kenzie. “Rahasia. Nanti, kau akan tahu dengan sendirinya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Om Duda   Extra Part

    “Ayahhhhhh,” teriak bocah perempuan berusia enam tahunan. Ia berlari menghampiri lelaki yang masih mengenakan kemeja dan dasi berwarna senada. Disertai senyum lebar yang memperlihatkan gigi kelincinya, bocah tersebut menghambur, memeluk kaki si lelaki yang jauh lebih tinggi darinya. Sontak, lelaki itu berjongkok, membalas pelukan sang putri sembari mencubit pipi gembulnya. “Anak ayah cantik banget, sih.” “Iya dong, kan anak ayah sama bunda,” jawab bocah tersebut membanggakan diri. Dari arah dapur, wanita berdaster dengan rambut dicepol asal menghampiri keduanya, kemudian mencium punggung tangan lelaki itu. “Sini aku bawain, Mas.” “Gak usah, Sayang, biar aku aja. Kasihan, seharian ini kamu udah capek ngurusin Queenza.” “Enggak kok.” “Gak papa, aku aja,” jawab lelaki itu seraya mengecup pipi sang istri. “Ada Queenza!!!” Wanita berdaster tersebut mendelik kesal sambil mencubit perut suaminya. Ya, sepasang suami istri itu adalah Kenzie dan Kenzo. Pernikahan mereka sudah menginjak

  • Terjebak Cinta Om Duda   Perjanjian Pernikahan

    Satu Minggu Kemudian, di Kediaman Mahardika“Om, aku takut,” ujar Kenzie seraya menghentikan langkah. “Apa yang membuatmu takut?” tanya Kenzo. Mereka telah berada di depan rumah kedua orang tua Kenzo. Namun tiba-tiba, rasa ragu, takut, khawatir, dan tidak percaya diri menyergap. Kenzie dilema, haruskah dia menemui mertua yang sudah jelas membencinya? Bagaimana jika hatinya kembali terluka? Apa ia siap? “Lain kali saja, ya.” Kenzie menatap Kenzo dengan pandangan berkaca-kaca, mencoba bernegosiasi agar setidaknya lelaki itu mau memberi jeda.“Sayang, percayalah, Mama dan Papa sudah bisa menerimamu, tidak seperti dulu.” Kenzo meyakinkan. “Tapi…aku tidak yakin,” cicitnya. “Ada aku,” balas Kenzo. “Kita masuk?” sambungnya lembut. Setelah mengalami pergolakan batin yang cukup menguras hati dan pikiran, Kenzie mengangguk pasrah. Ia menguatkan diri , memejamkan mata sejenak kemudian melangkah dengan yakin. “Tunggu!” Kenzo menahan Kenzie yang hendak berjalan lebih dulu. “Kenap

  • Terjebak Cinta Om Duda   Nol Kilometer

    Seorang wanita lekas terduduk, membuka mata dengan napas terengah disertai keringat dingin yang mengucur deras di dahi dan pelipisnya. Netra wanita itu mengerjap beberapa kali, mengamati sekitar dan berakhir pada benda bulat yang menggantung di dinding. Pukul lima sore, sudah lebih dari tiga jam dia tertidur. Tak biasanya hal ini terjadi, mengingat beberapa bulan ke belakang ia kesulitan untuk sekadar memejamkan mata.“Syukurlah, cuma mimpi,” gumamnya sembari mengelus dada, menenangkan diri dan mengusir segala pikiran negatif yang tiba-tiba menghampiri.Disaat bersamaan, suara dering ponsel terdengar. Sebuah nomor tak dikenal terpampang di layar, enggan menjawab namun suaranya mengganggu pendengaran.Alhasil, wanita tersebut menggeser layar dan menempelkan benda pintar itu ke telinga.“Halo.”“Hai Kak Ziezie, ini Gala. Kakak apa kabar?” sapa sang penelepon.Ya, wanita di balik setelan piama bermot

  • Terjebak Cinta Om Duda   Kenyataan Pahit

    Dua Bulan Kemudian“Lusa, kau harus menemaniku ke luar kota!” titah Kenzo tak mau dibantah.“Untuk apa?”“Urusan pekerjaan,” jawab Kenzo singkat.“Tapi, Tuan, aku sudah berjanji akan berlibur bersama kekasihku.” Gala menolak secara halus. Pasalnya, ia dan Alea sudah sepakat akan pergi ke suatu tempat weekend ini.“Cih! Aku tidak peduli dengan urusan siapa pun!” sungut Kenzo.“Kalau boleh aku memberi saran, sebaiknya carilah seseorang yang mau menemani kemanapun kau pergi, bukan…”“Siapa yang mengizinkanmu memberi saran, ha?!” potong Kenzo seraya mendelik.Gala nyaris tergelak melihat ekspresi marah Kenzo. Namun, tentu saja dia tak seberani itu, mengingat siapa Kenzo dan dimana mereka berada sekarang membuatnya harus menjaga sikap.“Tidak ada,” sesalnya seraya menundukkan kepala.“K

  • Terjebak Cinta Om Duda   Hari Bahagia

    Flashback On“Brengsek!”Kenzo segera menghubungi nomor tersebut, usai memastikan Lidia dan Brata tak berada di sekitarnya.“Halo, Tuan,” ucap suara di seberang layar.“Aku tidak mau tahu, cari dia sampai dapat!” titah Kenzo. “Kalau perlu, kerahkan semua anak buahmu!” sambungnya.“Ba…ik. Aku akan berusaha semaksimal mungkin.”“Kalau kau tak berhasil menemukannya, maka kepalamu yang akan jadi taruhannya!”Tut!Setelah ujaran bernada ancaman itu terlontar, Kenzo mematikan sambungan teleponnya kemudian menggulir layar. Ia mengotak-atik benda pintar tersebut beberapa saat, hingga senyum puas terbit kala membaca pesan balasan dari seseorang.“Malam ini kau akan masuk perangkapku, Bara!” gumamnya.Tanpa berlama-lama, Kenzo menyambar jaket dan kunci motor, memacu kendaraan roda dua itu dengan kecepatan sedang, sampai akhirnya tiba di sebuah klub malam.Bergegas turun dari motor dan melangkah masuk, Kenzo memintas sekeliling, mencari-cari keberadaan Bara di tengah lautan manusia. Suara dentu

  • Terjebak Cinta Om Duda   Tertangkap

    “Permisi!”Seorang wanita mengenakan kemeja merah muda dan celana jeans hitam mengetuk pintu beberapa kali. Sambil menunggu pemilik rumah, matanya memintas segala arah, melihat dedaunan kering yang mengganggu penglihatan, juga beberapa bunga dalam pot yang tampilannya menyedihkan—hidup segan mati tak mau.Dalam hati ia bertanya-tanya, tumben sekali penampakan rumah ini seperti tak berpenghuni? Pasalnya, dia tahu betul sang pemilik sosok yang rajin dan menyukai tanaman.Lamunannya buyar kala mendengar suara derit pintu, diikuti wanita berseragam SMA menyembul dari baliknya.“Eh, Kak Anggita, silakan masuk, Kak,” ajak Alea ramah seraya membuka pintu lebih lebar.Anggita tersenyum tipis sembari mengikuti langkah Alea. Rumah minimalis ini tampak sepi, mungkinkah Alea tinggal seorang diri?“Silakan duduk. Maaf masih berantakan, aku sama Kak Manda belum sempet beres-beres, baru pindahan,” ucap Alea memecah hening sekaligus tanya di benak Anggita.Pindahan? Memang mereka darimana? Begitulah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status