Share

Tidak Setuju

Author: Danea
last update Last Updated: 2023-08-26 17:09:52

Usai mengatakan itu, Kenzo kembali ke posisi awal, duduk bersandar seraya menatap bola mata Kenzie sambil tersenyum, senyum tipis yang membuat Kenzie terpesona dan kesal di waktu bersamaan.

“Om-om gila! Mengapa kau sangat curang dan sok misterius seperti itu?!” hardik Kenzie.

“Dimana letak curangnya?”

“Kau terlalu banyak permintaan!”

Kenzo mengedikkan bahunya, mengabaikan tatapan tajam Kenzie yang siap mengibarkan bendera perang.

“Selama menjadi calon istriku, semua pergerakanmu akan diawasi. Jangan melakukan kesalahan, apalagi berkencan dengan pria lain di belakangku!” ucap Kenzo terdengar sangat posesif.

Kenzie mengangguk malas. Padahal, ia sedang melakukan pendekatan dengan seorang pengusaha muda yang tampan juga baik hati. Tapi, Kenzie terpaksa mengesampingkan ego demi mencapai tujuannya.

“Good girl,” ujarnya seraya mengacak lembut anak rambut Kenzie. “Besok malam kita akan bertemu orang tuaku. Pastikan kau mampu mengambil hati mereka, karena jika tidak…”

“Aku bisa,” potong Kenzie.

“Bagus!” Kenzo tersenyum puas. Karena Kenzie, gadis muda itu berhasil ia taklukan. Ya, sampai hari ini Kenzo percaya, bahwa uang akan menyelesaikan segala permasalahan.

Beberapa jam berlalu. Setelah melewati berbagai hal dan makan malam dalam diam, Kenzo mengantar Kenzie kembali ke rumah, tentu saja dengan membungkus aneka makanan sesuai permintaan wanita itu.

“Ini rumahmu?” tanya Kenzo saat melihat rumah kecil bercat abu-abu yang sudah luntur.

“Ya.”

“Lebih terlihat seperti kandang sapi dibanding rumah!” ejek Kenzo.

Kenzie mengepalkan tangan, kesal namun malas menanggapi Kenzo yang selalu bicara semaunya padahal tidak tahu apa-apa. Susah payah ia mempertahankan rumah tersebut, bekerja siang malam, membayar cicilan setiap bulan, kurang tidur dan sebagainya. Tiba-tiba, Kenzo pria kaya yang sekarang menjadi kliennya mengatakan hal menjengkelkan. Wajah bukan jika Kenzie menjadi semakin muak dengan pria itu?

“Terima kasih makanannya, selamat malam,” pamit Kenzie. Ia bergegas turun dari mobil mewah Kenzo, sembari membawa paperbag berukuran besar.

“Tunggu!” Kenzo menarik pergelangan tangan Kenzie.

“Apalagi?!” tanya Kenzie dengan suara lelahnya. Ia ingin segera terbebas dari Kenzo dan menghirup udara segar di luar sana.

Cup! Kenzo mendekatkan bibirnya ke dahi Kenzie, kemudian mengecupnya singkat.

“Kau!” pekik Kenzie tak terima.

“Turun!” titah Kenzo setelah mencium Kenzie secara tiba-tiba. Ekspresinya berubah datar usai melakukan hal tersebut.

“Brengsek!” Kenzie turun dari mobil sembari mengumpat dan mengusap kasar keningnya hingga menyisakan bekas kemerahan di sana.

Kenzo yang masih menatap kepergian Kenzie tersenyum tipis. “Liliana Kenzie Pratista, kau akan menjadi milikku!” ucapnya sembari melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.

Di tempat berbeda, Brata dan Lidia—Kedua orang tua Kenzo tengah menunggu kedatangan lelaki itu. Terdapat amplop coklat yang berisi foto seorang gadis tergeletak di meja.

Tak berselang lama, deru mesin kendaraan terdengar, diikuti suara derap langkah mendekat. Kenzo berjalan tegap, kemudian menghela napas berat saat mendapati Brata dan Lidia menatap tajam padanya.

“Duduk!” titah Brata dengan suara tegasnya.

Tanpa banyak bicara, Kenzo menurut, ia duduk di hadapan keduanya.

“Lihat foto di dalam amplop ini baik-baik, Ken,” ucap Lidia seraya memberikan amplop coklat tersebut pada Kenzo. “Foto ke dua puluh lima. Mama harap, kali ini kamu tidak menolak.”

Kenzo sama sekali tak tertarik mengambil amplop itu, karena tanpa melihat pun ia tahu apa isinya.

“Kenzo Ethanio Mahardika!” Brata naik pitam melihat Kenzo yang sama sekali tak menyentuh amplop tersebut. “Berhenti menguji kesabaran kami. Mau sampai kapan kau sendiri? Kau sadar berapa usiamu sekarang?” lanjutnya dengan suara tegas.

“Sadar,” balas Kenzo singkat. Ia sudah sangat lelah dengan perbincangan serupa tiap harinya.

“Gadis dalam foto ini adalah Rhea—anak sahabat Mama, sekaligus teman kecilmu dulu. Dia baru menyelesaikan studi S3 di Inggris, bulan depan akan kembali ke sini. Kami bersepakat untuk menjodohkan kalian,” ungkap Lidia. Ia sudah jengah mendengar berbagai alasan Kenzo yang selalu menolak memiliki hubungan dengan wanita manapun, di usianya yang tak lagi muda.

“No! Ken sudah punya calon istri!” tolak Kenzo.

“Jangan membohongi Papa dan Mama, Ken!” tekan Brata, ia menatap tajam pada Kenzo. “Kami sudah muak mendengar ucapan kamu yang dari dulu selalu begitu!” lanjutnya.

“Ken bicara jujur.”

Lidia dan Brata saling menatap. “Benarkah?” tanya Lidia.

“Tentu,” jawab Kenzo singkat.

“Mama pikir hanya Rhea yang bisa meluluhkan hatimu,” ucap Lidia.

“Kapan Mama akan berhenti menyebut nama itu?”

“Tidak akan pernah,” balas Lidia. “Baiklah, di mana rumah gadis itu? Kami akan ke sana untuk membuktikan apakah dia lebih baik dari Rhea atau tidak.”

“Papa dan Mama cukup duduk, diam, dan tenang. Jangan lakukan apa pun, karena Ken sendiri yang akan membawa dia ke hadapan kalian,” jelas Kenzo.

Brata nyaris tak setuju. Mana bisa begitu, Kenzo adalah pewaris tunggal perusahaan industri terbesar di negeri ini. Jadi, siapapun yang akan menjadi pendamping putranya harus memiliki asal-usul yang jelas, berasal dari keluarga baik-baik, dan tentunya setara dengan keluarga mereka. Namun, Lidia lebih dulu angkat bicara.

“Baiklah,” tutur Lidia. “Tapi, kalau sampai Mama tahu ini semua hanya akal-akalan kamu, dan perempuan itu tidak lebih baik dari Rhea, perjodohan akan tetap terjadi. deal?”

Ken sama sekali tak terusik. Ia yakin permainannya dengan Kenzie akan berhasil, dan dia bisa segera terbebas dari rencana perjodohan sang mama.

“Deal.”

“Lid!”

“Mas, aku yakin, tidak ada perempuan yang lebih baik dari Rhea. Termasuk kekasih Kenzo. Kita lihat, sampai dimana dia bisa bermain-main dengan kita,” kelakar Lidia penuh keyakinan.

“Aku setuju. Hanya Rhea yang pantas menjadi istri Kenzo!”

Kenzo tersenyum miring. Padahal ia tahu betul, Rhea tak sebaik itu. Hanya saja, mata kedua orang tuanya sudah tertutup oleh kepura-puraan gadis tersebut, hingga tak bisa melihat kebenarannya.

“Ken hanya akan menikah dengan wanita pilihan Ken, bukan pilihan kalian,” jawab Kenzo. Ia terlihat santai, namun sangat jelas, lelaki itu sedang berusaha menahan diri agar tidak mengungkap kebusukan Rhea di hadapan keduanya sekarang juga.

“Hahaha Kenzo, Kenzo. Kau lupa, apa yang terjadi saat terakhir kali kau memilih pasangan sendiri?” Lidia tertawa sumbang sambil menatap tajam putranya.

“Sudahlah, Ma, tidak perlu dibahas lagi. Ken permisi.” Ken hendak berlalu, namun Brata mencegahnya.

“Berapa usia gadis itu, Ken?” tanya Brata.

“Dua puluh lima.”

“Hahaha.” Lidia tertawa mengejek. “Jalang mana lagi kali ini, Ken?”

“Jangan bercanda, Kenzo!” Brata menimpali. Nada bicaranya kembali meninggi.

Kenzo menatap Lidia dan Brata bergantian. “Ken akan tetap bawa dia ke hadapan kalian,” putusnya.

“Dari segi usia saja tidak cocok. Sudahlah, menikah saja dengan Rhea. Dia lebih cocok menjadi menantu di rumah ini,” ujar Lidia.

Kenzo menggeleng. Baginya, usia bukan halangan untuk menjalin sebuah hubungan. Apalagi jika hanya pura-pura.

“Papa tidak setuju! Cari pasangan yang sepadan dan seusia denganmu, bukan anak kecil yang nantinya hanya akan merepotkan dan memanfaatkan kekayaanmu saja!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Cinta Om Duda   Extra Part

    “Ayahhhhhh,” teriak bocah perempuan berusia enam tahunan. Ia berlari menghampiri lelaki yang masih mengenakan kemeja dan dasi berwarna senada. Disertai senyum lebar yang memperlihatkan gigi kelincinya, bocah tersebut menghambur, memeluk kaki si lelaki yang jauh lebih tinggi darinya. Sontak, lelaki itu berjongkok, membalas pelukan sang putri sembari mencubit pipi gembulnya. “Anak ayah cantik banget, sih.” “Iya dong, kan anak ayah sama bunda,” jawab bocah tersebut membanggakan diri. Dari arah dapur, wanita berdaster dengan rambut dicepol asal menghampiri keduanya, kemudian mencium punggung tangan lelaki itu. “Sini aku bawain, Mas.” “Gak usah, Sayang, biar aku aja. Kasihan, seharian ini kamu udah capek ngurusin Queenza.” “Enggak kok.” “Gak papa, aku aja,” jawab lelaki itu seraya mengecup pipi sang istri. “Ada Queenza!!!” Wanita berdaster tersebut mendelik kesal sambil mencubit perut suaminya. Ya, sepasang suami istri itu adalah Kenzie dan Kenzo. Pernikahan mereka sudah menginjak

  • Terjebak Cinta Om Duda   Perjanjian Pernikahan

    Satu Minggu Kemudian, di Kediaman Mahardika“Om, aku takut,” ujar Kenzie seraya menghentikan langkah. “Apa yang membuatmu takut?” tanya Kenzo. Mereka telah berada di depan rumah kedua orang tua Kenzo. Namun tiba-tiba, rasa ragu, takut, khawatir, dan tidak percaya diri menyergap. Kenzie dilema, haruskah dia menemui mertua yang sudah jelas membencinya? Bagaimana jika hatinya kembali terluka? Apa ia siap? “Lain kali saja, ya.” Kenzie menatap Kenzo dengan pandangan berkaca-kaca, mencoba bernegosiasi agar setidaknya lelaki itu mau memberi jeda.“Sayang, percayalah, Mama dan Papa sudah bisa menerimamu, tidak seperti dulu.” Kenzo meyakinkan. “Tapi…aku tidak yakin,” cicitnya. “Ada aku,” balas Kenzo. “Kita masuk?” sambungnya lembut. Setelah mengalami pergolakan batin yang cukup menguras hati dan pikiran, Kenzie mengangguk pasrah. Ia menguatkan diri , memejamkan mata sejenak kemudian melangkah dengan yakin. “Tunggu!” Kenzo menahan Kenzie yang hendak berjalan lebih dulu. “Kenap

  • Terjebak Cinta Om Duda   Nol Kilometer

    Seorang wanita lekas terduduk, membuka mata dengan napas terengah disertai keringat dingin yang mengucur deras di dahi dan pelipisnya. Netra wanita itu mengerjap beberapa kali, mengamati sekitar dan berakhir pada benda bulat yang menggantung di dinding. Pukul lima sore, sudah lebih dari tiga jam dia tertidur. Tak biasanya hal ini terjadi, mengingat beberapa bulan ke belakang ia kesulitan untuk sekadar memejamkan mata.“Syukurlah, cuma mimpi,” gumamnya sembari mengelus dada, menenangkan diri dan mengusir segala pikiran negatif yang tiba-tiba menghampiri.Disaat bersamaan, suara dering ponsel terdengar. Sebuah nomor tak dikenal terpampang di layar, enggan menjawab namun suaranya mengganggu pendengaran.Alhasil, wanita tersebut menggeser layar dan menempelkan benda pintar itu ke telinga.“Halo.”“Hai Kak Ziezie, ini Gala. Kakak apa kabar?” sapa sang penelepon.Ya, wanita di balik setelan piama bermot

  • Terjebak Cinta Om Duda   Kenyataan Pahit

    Dua Bulan Kemudian“Lusa, kau harus menemaniku ke luar kota!” titah Kenzo tak mau dibantah.“Untuk apa?”“Urusan pekerjaan,” jawab Kenzo singkat.“Tapi, Tuan, aku sudah berjanji akan berlibur bersama kekasihku.” Gala menolak secara halus. Pasalnya, ia dan Alea sudah sepakat akan pergi ke suatu tempat weekend ini.“Cih! Aku tidak peduli dengan urusan siapa pun!” sungut Kenzo.“Kalau boleh aku memberi saran, sebaiknya carilah seseorang yang mau menemani kemanapun kau pergi, bukan…”“Siapa yang mengizinkanmu memberi saran, ha?!” potong Kenzo seraya mendelik.Gala nyaris tergelak melihat ekspresi marah Kenzo. Namun, tentu saja dia tak seberani itu, mengingat siapa Kenzo dan dimana mereka berada sekarang membuatnya harus menjaga sikap.“Tidak ada,” sesalnya seraya menundukkan kepala.“K

  • Terjebak Cinta Om Duda   Hari Bahagia

    Flashback On“Brengsek!”Kenzo segera menghubungi nomor tersebut, usai memastikan Lidia dan Brata tak berada di sekitarnya.“Halo, Tuan,” ucap suara di seberang layar.“Aku tidak mau tahu, cari dia sampai dapat!” titah Kenzo. “Kalau perlu, kerahkan semua anak buahmu!” sambungnya.“Ba…ik. Aku akan berusaha semaksimal mungkin.”“Kalau kau tak berhasil menemukannya, maka kepalamu yang akan jadi taruhannya!”Tut!Setelah ujaran bernada ancaman itu terlontar, Kenzo mematikan sambungan teleponnya kemudian menggulir layar. Ia mengotak-atik benda pintar tersebut beberapa saat, hingga senyum puas terbit kala membaca pesan balasan dari seseorang.“Malam ini kau akan masuk perangkapku, Bara!” gumamnya.Tanpa berlama-lama, Kenzo menyambar jaket dan kunci motor, memacu kendaraan roda dua itu dengan kecepatan sedang, sampai akhirnya tiba di sebuah klub malam.Bergegas turun dari motor dan melangkah masuk, Kenzo memintas sekeliling, mencari-cari keberadaan Bara di tengah lautan manusia. Suara dentu

  • Terjebak Cinta Om Duda   Tertangkap

    “Permisi!”Seorang wanita mengenakan kemeja merah muda dan celana jeans hitam mengetuk pintu beberapa kali. Sambil menunggu pemilik rumah, matanya memintas segala arah, melihat dedaunan kering yang mengganggu penglihatan, juga beberapa bunga dalam pot yang tampilannya menyedihkan—hidup segan mati tak mau.Dalam hati ia bertanya-tanya, tumben sekali penampakan rumah ini seperti tak berpenghuni? Pasalnya, dia tahu betul sang pemilik sosok yang rajin dan menyukai tanaman.Lamunannya buyar kala mendengar suara derit pintu, diikuti wanita berseragam SMA menyembul dari baliknya.“Eh, Kak Anggita, silakan masuk, Kak,” ajak Alea ramah seraya membuka pintu lebih lebar.Anggita tersenyum tipis sembari mengikuti langkah Alea. Rumah minimalis ini tampak sepi, mungkinkah Alea tinggal seorang diri?“Silakan duduk. Maaf masih berantakan, aku sama Kak Manda belum sempet beres-beres, baru pindahan,” ucap Alea memecah hening sekaligus tanya di benak Anggita.Pindahan? Memang mereka darimana? Begitulah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status