Malam harinya, setelah adzan isya, Gisella dan Arya akan menginap di rumah kedua orang tua Gisella. Anggap saja sebagai malam terakhir Gisella di kampung tersebut. Gadis itu hanya ingin menghabiskan waktunya bersama keluarga.
"Suamimu mana?"
Baru saja masuk, sudah ada Gibran yang mencegat Gisella. Kakak laki-laki kedua Gisella itu terlihat melirik ke belakang Gisella, tapi dia tidak mendapati Arya di sana.
Gisella menunjuk ke belakang, "Masih di luar, katanya ada barang yang mau dia turunkan."
"Kalian bawa mobil?" heran Gibran.
Gisella mengangguk. "Kenapa? Abang ada perlu sama Suamiku?"
Gibran bergeming. Pria berwajah dingin itu hanya melengos menuju keluar rumah. Gisella balik badan, menatap punggung Gibran yang menjauh.
"Ada apa ya?" gumamnya.
Gibran bukanlah orang yang mau repot-repot mengurusi masalah orang lain. Pemuda itu hanya akan bersikap aktif apabila ada yang mengusik keluarganya.
"Kenapa, Dek?"
Gisella
"Sudah ngobrolnya?"Arya dan Gibran menoleh ke arah ruang keluarga. Hanya ada Gisella di sana sedang menonton televisi, sendirian sambil memakan camilan kentang goreng.Arya mengangguk dan berbelok menghampiri istri kecilnya. Sementara Gibran melengos pergi ke lantai atas dimana kamarnya berada.Arya duduk di sebelah Gisella, dia tatap kentang goreng dan wajah Gisella secara berulang. Gisella yang menyadari arah tatapan Arya juga turut menatap ke arah kentang gorengnya dengan tatapan bingung."Kenapa sih?"Satu tangan Arya terangkat dan mencubit gemas pipi Gisella. "Kamu menggemaskan banget sih?"Seketika itu juga wajah Gisella berubah memerah. Bibirnya berkedut menahan perasaan membuncah ingin tersenyum. Arya yang menyadari malah terkekeh."Mama sama Papa udah tidur?" tanya Arya sambil melirik ke arah kamar yang ada di dekat tangga.Gisella mengangguk, tatapannya sudah fokus kembali pada layar televisi. "Udah ngantuk kat
Setelah memastikan semua barang pemberian ibunya telah sampai ke tangan para penerima, Arya izin undur diri. Pria itu mengikuti langkah kaki Gibran, yang membawa mereka menuju ke taman belakang rumah.Arya baru kali ini ke sana. Terdapat sebuah kolam ikan lele dan ikan nila. Di sudut taman ada sebuah gazebo mini yang biasanya di gunakan Bintang untuk bersantai kala siang hari.Tempatnya sedikit remang-remang. Karena hanya mendapat penerangan melalui gazebo. "Mas Arya ada kasih uang ke Guntur ya?"Baru saja mendudukkan bokongnya ke lesehan gazebo, Gibran sudah menodongnya dengan pertanyaan.Arya menoleh ke arah Gibran, meski remang, tapi dia masih bisa melihat mata coklat Gibran. Arya lantas menghela napas pelan."Iya, sepertinya dia di manfaatkan oleh Adi untuk merusak rumah tangga saya dengan Gisella."Kini gantian Gibran yang menghela napas. Pemuda itu juga mendecakkan lidah. "Guntur itu manipulatif, Mas. Jangan mud
Malam harinya, setelah adzan isya, Gisella dan Arya akan menginap di rumah kedua orang tua Gisella. Anggap saja sebagai malam terakhir Gisella di kampung tersebut. Gadis itu hanya ingin menghabiskan waktunya bersama keluarga."Suamimu mana?"Baru saja masuk, sudah ada Gibran yang mencegat Gisella. Kakak laki-laki kedua Gisella itu terlihat melirik ke belakang Gisella, tapi dia tidak mendapati Arya di sana.Gisella menunjuk ke belakang, "Masih di luar, katanya ada barang yang mau dia turunkan.""Kalian bawa mobil?" heran Gibran.Gisella mengangguk. "Kenapa? Abang ada perlu sama Suamiku?"Gibran bergeming. Pria berwajah dingin itu hanya melengos menuju keluar rumah. Gisella balik badan, menatap punggung Gibran yang menjauh."Ada apa ya?" gumamnya.Gibran bukanlah orang yang mau repot-repot mengurusi masalah orang lain. Pemuda itu hanya akan bersikap aktif apabila ada yang mengusik keluarganya."Kenapa, Dek?"Gisella
Menjelang sore, Chloe pulang ke rumahnya. Dia tidak mungkin untuk menginap di rumah putranya. Rumah kontrakan Arya hanya terdapat satu ranjang, tidak ada kamar tamu.Tadinya Gisella sudah menawarkan untuk menginap di rumah orang tuanya saja. Agar mereka bisa pergi bersama-sama besok menuju ke kota.Sayangnya Arya terlihat sangat keberatan. Dia tidak mau merepotkan mertuanya. Alhasil, mau tidak mau Chloe harus kembali sore itu juga."Om, harusnya tadi Mommy nginap saja di rumah Papa dan Mamaku. Malam ini kan kita mau menginap di sana, Mommy pasti senang karena bisa ngobrol-ngobrol lagi sama Mamaku."Arya yang sedang menggulung tikar di ruanh tamu lantas menoleh ke belakang. Satu alisnya naik ke atas. Arya lepaskan tikar yang sedang di pegang, menegakkan tubuhnya dan berjalan mendekat ke arah Gisella."Kenapa kok pakai panggilan itu lagi? Yang tadi udah bagus loh. Jangan kebiasaan manggil Om, saya bukan Om kamu," omelnya. Gisella
Siang telah berganti senja. Matahari telah berlari menuju persembunyian. Hewan-hewan malam mulai menunjukkan eksistensi nya, berterbangan di cakrawala berwarna jingga. Sementara itu gazebo mini yang ada di sebuah rumah besar, duduk seorang pemuda berkulit tan. Matanya menatap kosong pada kolam mini berisi beberapa ikan mas. Salah satu tangannya memegang sebatang rokok yang tak dia hisap, menimbulkan abu rokok yang telah memanjang. "Kau kenapa, Adi?" Pemuda berkulit Tan itu terkejut, lantas menoleh ke asal suara. "Enggak apa-apa. Kau ngapain ke sini?" tanyanya sembari mengangkat tangan kanannya dan menyesap rokoknya lagi. Pria yang baru saja datang adalah sepupunya Adi. Pria berkulit kuning langsat karena jarang terkena sengatan sinar matahari. "Aku habis ngebalikin perkakas yang kemarin di pinjam Bapakku. Kau kelihatan galau, ken
Gisella sejak hari ini telah resign dari tempatnya bekerja. Dia juga sudah mulai mengepack barang-barang yang akan mereka bawa.Barang milik Gisella tidak banyak. Sebagian baju-bajunya masih berada di dalam koper. Sementara barang pecah belah dan elektronik yang dia bawa dari rumah orang tuanya akan di jual.Arya yang melarang Gisella membawa semua barang-barang tersebut. Bahkan tadinya pria itu hendak membuang semua barang itu, tapi tentu saja Gisella mencegahnya."Kita hanya perlu membawa sedikit baju saja, Sayang. Ngapain kamu bawa semua?"Gisella menoleh ke arah pintu kamar. Arya berdiri di sana sambil menyandarkan punggungnya ke kusen pintu. Gadis itu mendengus dan lebih memilih melengos kembali memasukkan baju-baju Arya ke dalam koper.Arya yang merasa di abaikan tak tinggal diam begitu saja. Pria matang itu berjalan menghampiri Gisella dan ikut duduk di sebelahnya. Dia juga meraih dua bahu Gisella dan mengarahkan tubuh ga