Accueil / Romansa / Terjebak Cinta dalam Dendam (INDONESIA) / Bab 5 - Kenangan dan Pembalasan

Share

Bab 5 - Kenangan dan Pembalasan

Auteur: Kennie Re
last update Dernière mise à jour: 2025-07-24 07:22:02

Seorang wanita duduk di kursi kerjanya sejak pagi buta. Dia tak bisa memejamkan mata malam tadi. Berbagai pikiran berkecamuk mengganggunya. Dia masih berusaha mencari siapa pun yang menyebabkan seorang gadis kecil harus terpisah dari orang tuanya. Merenggut masa kecilnya yang terpaksa harus dia jalani tanpa kasih sayang orang tua.

Abby hanya bisa mendesah pasrah setiap kali mengingat kehidupannya yang berubah jadi mimpi buruk sejak kedatangan wanita yang mengaku mengandung anak dari ayahnya. Dia masih ingat potongan kejadian kala itu. Dia masih berusia 12 tahun, bahagia menanti kehadiran adik yang akan meramaikan rumahnya. Dia gembira karena akan memiliki teman bermain.

Akan tetapi, kebahagiaan itu seketika musnah ketika wanita yang mengaku kekasih gelap ayahnya datang dengan membawa kabar mengejutkan.

Saat itu ibunya menangis histeris, memukul dada ayahnya yang berusaha menjelaskan dan menenangkan wanita itu. Suara benda jatuh, dan benda pecah berkeping-keping tak henti menjadi musik pengiring hari itu.

“Aku tidak menyangka kau tega mengkhianati pernikahan kita!” jerit wanita itu, yang sesekali sesenggukan sembari memegang perutnya.

Ayah Abby tak menyerah untuk membuktikan bahwa perkataan wanita itu tidak benar. “Aku berani untuk melakukan tes DNA jika itu bisa membuatmu percaya.”

Abigail percaya pada sang ayah. Dia masih terlalu kecil, tapi dia yakin akan perkataan pria itu. Ayahnya tak akan mungkin mengkhianati cinta yang telah mereka bangun selama ini. Dia tahu itu, karena sang ayah sering bercerita, betapa dia bangga dan bahagia karena memiliki Abby dan sang ibu. Terlebih calon adik dalam perut ibunya.

Pria berusia empat puluh tahun itu sangat antusias menghias kamar bayi, membeli segala pernak-pernik dan membawanya pulang, menjadi sebuah kejutan untuk sang istri. Dan kini hanya karena ucapan seorang wanita, segalanya porak-poranda.

“Apa konsekuensinya jika ternyata bayi itu adalah milikmu?”

“Apa pun. Bahkan kau boleh membunuhku jika itu bisa membuat amarahmu mereda.”

Perkataan itu bukan firasat, tapi yang terjadi berikutnya memanglah jauh lebih buruk dari itu. Hasil tes DNA membuktikan bayi itu milik ayahnya. Ibu Abby yang kala itu dalam kondisi tak menentu mulai menangis histeris, yang kemudian berubah menjadi tawa tak henti.

“Suamiku pembohong ... ha ha ha ha ha ... Suamiku seorang pembohong ....”

Abby kecil hanya menyaksikan dari kejauhan ketika beberapa orang berseragam putih membawa ibunya pergi. Sang ayah memeluknya agar tak perlu menyaksikan apa yang sedang terjadi, tapi tak mampu menghindari pertanyaan kritis dari gadis yang menginjak remaja itu.

“Papa, mereka akan membawa Mama ke mana?” tanya Abby, polos.

Pria itu menatap putrinya dengan wajah sendu, berusaha menjawab meski suaranya terdengar parau. Dia tak mampu menahan sakit yang ia rasakan saat ini melihat sang istri telah menjadi orang yang berbeda.

“Mereka akan menyembuhkan Mama yang sedang sakit. Sekarang kau tidurlah, besok kita akan menengoknya di sana.” Gadis remaja itu mengangguk kemudian berlalu meninggalkan sang ayah yang tepekur seorang diri.

Semenjak hari itu, pria itu menghabiskan waktu dengan mabuk-mabukan dan meratapi kehidupannya yang berubah drastis. Kebahagiaan yang dibayangkannya, musnah sudah. Beberapa kali ia mengunjungi sang istri di pusat rehabilitasi kejiwaan, berharap ada kemajuan pada kondisi istrinya, tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Wanita itu semakin tak mengenalinya. Dia terlihat tenang, tapi pandangannya kosong dan tak merespon siapa pun. Hal itu membuatnya semakin patah semangat. Beberapa kali dia berusaha mengakhiri hidup. Hingga suatu ketika wanita yang mengaku mengandung anaknya, datang kembali bersama seorang pria.

Terjadi baku hantam antara ayah Abby dan pria tersebut. Abby tak tahu apa yang menyebabkan hal itu terjadi. Di depan matanya, pria itu menghajar ayahnya hingga tak sadarkan diri. Hanya seringai kemenangan yang kemudian pria jahat itu berikan, lalu pergi bersama wanita itu. Tentunya tidak dengan tangan kosong.

Sejak saat itu, ayah Abby hanya mampu tergolek tak berdaya seperti mayat.

Abby tersadar dari lamunan yang melayang ke masa lalu. Gegas, dia meraih mantel merah dari balik pintu kemudian memakai sembari melangkah tergesa keluar dari kantornya. Dia sudah membuat janji dengan salah satu detektif yang dia bayar untuk membicarakan misinya.

Tidak, dia tidak mengatakan pada detektif itu detail tujuannya mencari tahu identitas rival bisnis ayahnya. Dia hanya akan menyampaikan alasan yang berhubungan dengan bisnis.

Saat mobilnya tiba di halaman parkir L’Restaurante, sudah terlihat dari kejauhan sosok pria yang duduk di sudut ruangan dekat dengan jendela besar. Pria itu sudah memberi kabar lebih awal bahwa dia akan berada di tempat yang mempermudah dirinya mengawasi sekitar.

Tak masalah bagi Abby, karena dia telah merogoh kocek cukup dalam untuk memperkerjakan pria itu. Sudah seharusnya dia melakukan segalanya sesuai keinginan.

Abby melangkah masuk ke restaurant, beberapa pasang mata langsung tertuju padanya. Rambut hitam panjang terurai, tubuh padat berisi, serta proporsi wajah yang menawan menjadi daya tarik gadis itu.

Gadis itu mengulas senyum tipis sembari tetap melangkah anggun. Dia segera duduk berhadapan dengan pria berjas coklat saat tiba di meja, dan memesan secangkir kopi untuknya.

“Maaf membuatmu menunggu lama.” Gadis itu meletakkan tas tangan di sampingnya lalu membenarkan duduk agar lebih nyaman. “Kita mulai saja, jika kau tidak keberatan. Kau pasti punya kepentingan lain.”

“Ah, baik, Nona Genovhia.” Pria itu terlihat gugup, mengeluarkan beberapa berkas data yang ia miliki.

“Ini beberapa hal yang aku dapatkan tentang rival bisnis dari pemilik lahan, dan ... ada namamu juga sebagai pembeli sisa aset yang dimilikinya sejak kebakaran.”

“Oh, ya, benar. Aku memang membelinya. Sayang saja jika lahan itu tidak dimanfaatkan. Sementara untuk membangun ulang sebuah perusahaan bukanlah hal mudah. Benar, kan?”

“Benar, nona. Apakah pemilik saham ini adalah rivalmu?” selidik pria itu. Abby menyandarkan punggungnya.

“Hmm ... bagaimana aku menjelaskannya, ya? Jadi, keluargaku memiliki saham di perusahaan tuan pria ini, dan ketika aku ingin mengambil alih saham tersebut, justru terjadi kejadian naas itu. Semua aset dan lainnya hangus sudah. Aku hanya sedang ingin membangun kembali usaha keluargaku, tetapi dengan cara yang benar.” Abby menghirup kopinya sejenak.

“Aku harus tahu, segarang apa rival bisnis pria itu, agar aku bisa menyiasati perusahaanku tak mengalami nasib sama. Kau tahu, ‘kan, dunia bisnis sangat kejam?” Gadis itu menghentikan kalimat. Telunjuknya memainkan bibir cangkir yang masih berada di atas meja.

Pria yang duduk di seberang mejanya memandangnya penuh tanya. Dia kemudian menoleh ke arah lain di mana beberapa pria masih tak alihkan pandangan mereka dari gadis anggun yang dengan tenang duduk di meja dan berbincang dengan pria nyaris paruh baya.

“Sejak tadi beberapa pasang mata itu tak lepas memerhatikanmu,” ucap pria itu kemudian menyeruput kopinya. Tegukan terakhir. Abby menoleh sedikit mengikuti arah yang ditunjukkan pria itu, senyum simpul tersungging di ujung bibirnya.

Dia tak peduli berapa pasang mata pun yang memerhatikan, dia tidak tertarik.

“Kau ingin pesan kopi lagi?” tawar pria itu pada Abby. Gadis itu menggeleng.

“Aku cukup. Setelah ini harus kembali ke kantor. Kau sendiri?”

“Ah, aku akan memulai pencarian saja. The day is still young, aku harus memanfaatkan dengan baik. Kau membayarku tidak sedikit untuk ini.”

“Baguslah kalau begitu.” Abby menghirup minumannya terakhir kali sebelum kemudian bangkit. “Untuk selanjutnya jika ada informasi dan apa pun yang kau butuhkan bisa menghubungi nomorku. Aku permisi.”

Abby mengambil selembar kertas dari tasnya kemudian meletakkan di atas meja, mengangguk pada pria itu, lalu memutar tubuh melangkah meninggalkan restaurant.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Terjebak Cinta dalam Dendam (INDONESIA)   Bab 6 - Permainan Dimulai

    Abby dan pria berkumis tebal dengan jas kulit berwarna coklat membungkus tubuhnya, kini tengah duduk di tempat yang sama seperti beberapa hari sebelumnya. Pria itu tiba-tiba meminta untuk bertemu kembali, padahal baru dua hari lalu Abby menerima hasil kerjanya.Terlebih setelah kekalahan Abby dalam perang bisnis beberapa waktu lalu, pria itu kebetulan mengikuti juga perkembangan berita tersebut, membuatnya tak sabar untuk menyampaikan hasil investigasinya. Senyum terulas di sisi wajah Abby. Lipstik merah menyala yang terpoles di bibirnya menambah kesan dominan dan mungkin antagonis bagi sebagian besar orang yang tidak mengetahui latar belakang wanita itu. Pertemuan tak berlangsung lama, informasi yang dia dapat dari detektif itu cukup sebagai penunjuk arah baginya. Hanya tinggal menyusun rencana untuk langkah selanjutnya. Sepeninggal sang detektif, Abby mengambil ponsel, kemudian menekan sebaris nomor dan menunggu jawaban dari seberang. Dia membenarkan duduk, melipat kaki dengan

  • Terjebak Cinta dalam Dendam (INDONESIA)   Bab 5 - Kenangan dan Pembalasan

    Seorang wanita duduk di kursi kerjanya sejak pagi buta. Dia tak bisa memejamkan mata malam tadi. Berbagai pikiran berkecamuk mengganggunya. Dia masih berusaha mencari siapa pun yang menyebabkan seorang gadis kecil harus terpisah dari orang tuanya. Merenggut masa kecilnya yang terpaksa harus dia jalani tanpa kasih sayang orang tua. Abby hanya bisa mendesah pasrah setiap kali mengingat kehidupannya yang berubah jadi mimpi buruk sejak kedatangan wanita yang mengaku mengandung anak dari ayahnya. Dia masih ingat potongan kejadian kala itu. Dia masih berusia 12 tahun, bahagia menanti kehadiran adik yang akan meramaikan rumahnya. Dia gembira karena akan memiliki teman bermain. Akan tetapi, kebahagiaan itu seketika musnah ketika wanita yang mengaku kekasih gelap ayahnya datang dengan membawa kabar mengejutkan. Saat itu ibunya menangis histeris, memukul dada ayahnya yang berusaha menjelaskan dan menenangkan wanita itu. Suara benda jatuh, dan benda pecah berkeping-keping tak henti menjadi mu

  • Terjebak Cinta dalam Dendam (INDONESIA)   Bab 4 - Makan Malam Rival

    Abby berjalan keluar ruangan demi menemui Zachary yang katanya sudah menunggu di lobi. Dia tak ingin tergesa dan sengaja membiarkan lelaki itu menunggu. Itu hukuman atas sikapnya yang telah memperolok dirinya atas kekalahannya di bursa saham. Ketika tiba di hadapan Zac, lelaki itu seketika berdiri dan menatap Abby dengan tatapan yang tak mampu dia terjemahkan. Apakah itu salah satu bentuk pelecehan juga? Karena Abby tidak suka ditatap seperti itu. “Maaf jika membuatmu menunggu lama,” ujar Abby berusaha untuk tenang meski enggan berbasa-basi dengan lelaki itu. Tujuan utamanya adalah menghancurkan dengan menjadi musuh, bukan dengan menjadi teman apalagi menanggapi sikap genit lelaki player seperti Zac. “Apakah kau ingin kita bicara di ruanganku atau ...” “Tunggu. Apakah kau benar Abigail Genovhia yang berbicara denganku di telepon tadi?” “Menurutmu?” Zac tertawa pelan lalu merutuki kebodohan pertanyaannya. Tentu saja dia Abigail, siapa lagi? “Tidak, maksudku ... kau sangat berbed

  • Terjebak Cinta dalam Dendam (INDONESIA)   Bab 3 - Knock Down

    Abby masih memusatkan konsentrasi di depan layar besar di mana tampak tampilan diagram dan grafik yang menunjukkan jumlah dan besaran saham yang sudah terdaftar dalam bursa saham. Dia tak akan melewatkan kesempatan untuk memperluas kekuasaannya di dunia bisnis dan hal itu harus dia lakukan dengan komitmen yang kuat. Terlebih saat ini, dia memiliki rival baru. Sementara itu, pegawai lainnya akan secara bersamaan melakukan hal yang sama dan ketika nantinya ada salah satu saham yang memiliki prospek bagus, mereka akan dengan segera menghubungi Abby dan melakukan pembelian setelah mendapat persetujuannya. Kali ini, musuhnya bukanlah generasi tua Emerson yang bahkan sudah tak mampu mengangkat kaki tanpa bantuan tongkat, melainkan sang putra mahkota. Zachary Emerson. Meski baginya, Zachary tergolong baru di bidang saham, tetapi Abby tak boleh meremehkannya. “Nona Genovhia, saham di bidang pertambangan telah dimunculkan. Perusahaan mana yang kau incar?” tanya salah satu pegawai melalui s

  • Terjebak Cinta dalam Dendam (INDONESIA)   Bab 2 - Walk Out

    Abby mematut tubuh di depan cermin yang ada di ruangannya. Dia memutuskan untuk tidak pulang, melainkan langsung bersiap di kantor karena tak ingin membuang waktu. Dia tak boleh terlambat karena rencananya dimulai dari acara ini. Dia melangkah dengan gemulai memasuki ballroom. Ratusan tamu undangan telah berada di sana, berbaur dan percakapan mereka pastilah tak jauh dari bisnis. Abby bosan membicarakan bisnis di acara pesta. Kecuali hari ini. Karena dia akan menebar jaring mulai dari sini. Jika suasana hatinya sedang bagus, mungkin tak masalah jika dia berbincang dengan beberapa orang. Hanya beberapa orang penting saja. Lainnya tidak. Akan tetapi, tiba-tiba dia tidak ingin berbaur dengan siapa pun. Kecuali putra mahkota keluarga Emerson. Dia lantas memilih tempat di sudut ruangan, sengaja agar tak terlihat karena dia tidak suka jika orang-orang dengan otak bisnis yang kotor lantas mendekat padanya. Siapa yang tidak mengenalnya? Seorang pebisnis wanita yang menjadi salah satu kand

  • Terjebak Cinta dalam Dendam (INDONESIA)   Bab 1 - Trigger

    Seorang pria berdiri di dalam ruangan, tatapannya tertuju pada wanita yang melangkah masuk. Dia tidak tahu apa yang membuat suaminya terlihat begitu buruk: rahang yang mengeras dan mata yang memerah menatapnya dengan seksama dengan lembar kertas di tangannya. "Apakah ini yang kau lakukan padaku selama ini, Abby?" Pertanyaan pria itu membuat wanita yang dipanggilnya Abby terbelalak. "A-apa yang kau bicarakan, Zac? Dan apa yang kau lakukan di kamarku?" "Jawab saja pertanyaanku!" "Zac, ada apa ini? Kita baik-baik saja, tidak ada yang terjadi pagi ini. Kita bahkan bercinta dan mencoba memperbaiki pernikahan kita. Lalu sekarang—apa yang terjadi, sayang?" Abby mengikis jarak antara dia dan Zac, mengelus rahangnya, dan menatap matanya. "Apakah ada seseorang yang mengatakan sesuatu padamu?" "Tidak ada yang memberitahuku tentang apa pun—bahkan kau. Aku baru saja mengetahui sendiri bahwa semua yang telah kita lalui hanyalah omong kosong bagimu. Kau menikah denganku untuk suatu tujuan." "A

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status