Adam dan Viana turut membungkuk, “Pagi, Pak.”
Masih seperti biasa, Teofilano tidak menoleh atau menjawab saat di sapa. Tapi pagi ini dia tidak menjawab karena tidak suka melihat Viana dipegang – pegang Adam.
Tak lama, telpon kembali berdering. Viana pura – pura ke Toilet karena tahu yang menelpon 201, Teofilano. Sayang, baru saja kembali dari Toilet. Rafa membawa kabar buruk.
“Vi, disuruh ke ruangan Bapak,” ujar Rafa.
Rahang Viana jatuh, dia pikir sudah lolos dari Teofilano, ternyata malah disuruh menemuinya.
Viana gugup, di depan sekretaris Teofilano, “Bapak memintaku menemuinya.”
“Ya, masuk aja.”
Tidak ada karyawan rendahan seperti Viana yang masuk ruangan CEO. Tapi semua orang tahu, kemarin Viana membuat kesalahan fatal.
Selama 5 bulan bekerja di KIC, baru kali ini Viana tahu ruangan Teofilano. Ruangan segi empat dengan dinding kaca menghadap parkiran.
“Bapak panggil saya?” jantung Viana berdetak tidak normal ditatap manik hitam Teofilano.
“Ya, sini.”
Viana menolak duduk di pangkuan Teofilano. Sebagai gantinya, memilih sofa.
Tapi kemudian menyesal, Teofilano melarangnya keluar dari ruangan sampai jam pulang, gara – gara dia tidak nurut.
“Apa yang mereka pikirkan jika saya lama di sini?” Viana kesal juga lama-lama. Meski begitu tetap menjaga intonasi, takut Teofilano bertindak gila.
“Pengganti Lauren, mungkin.”
Viana marah. Dari pada salah ucap di depan orang gila ini, lebih baik langsung keluar saja. Sayang, gelagatnya itu terbaca oleh mata elang Teofilano.
Viana merutuki Teofilano dalam hati. Melihat pria itu menggenggam tangannya yang memegang handle pintu.
“Aku bilang stay,” kata Teofilano
“Saya tidak mau orang – orang bergosip,” alasan Viana. Aslinya, dia tidak mau berjam – jam seruangan dengan bandit ini.
“Apa kamu meragukan caraku menundukkan mereka?”
“Bukan itu,” Viana takut salah ucap.
Teofilano membalik badan Viana, sehingga mereka berhadapan, “Lalu apa?”
“Kenapa Bapak maksa saya jadi Bu Lauren?”
Viana penasaran. Teofilano sudah memiliki Cintya, kenapa masih mengejar dirinya yang jelas – jelas tidak mau dan sudah bersuami.
“Karena kamu mirip,” aku Teofilano.
Di tempat kerjanya, kecantikan Viana memang disebut – sebut mirip istri muda Teofilano, yaitu Lauren.
Sebab itu Viana menjadi idola dan sering digoda teman kerjanya yang laki - laki.
“Jadi karena itu?” Viana tidak percaya.
“Ya.”
Viana membuang nafas kasar, ternyata wajahnya ini yang membawa petaka, “Kalau saya operasi plastik, apa Bapak akan melepaskan saya?”
Rahang Teofilano mengeras, sayang Viana tidak menyadari.
“Ya.”
Viana tidak percaya! secepat itu Teofilano menjawab.
Kepala Viana migrain. Dari mana dapat uang sebanyak itu. Bahkan jika dia mencium kaki suaminya pun, belum tentu diberi uang.
“Kenapa diam? Tak punya uang?”
Teofilano seolah tahu pikiran Viana. Padahal, bukan tanpa alasan menebak seperti ini. Suami perempuan berusia 20 tahun ini seorang pebisnis, Galla Galardi. Tapi kenapa Viana masih mau kerja dengan gaji UMR.
“Tidurlah denganku sampai punya cukup uang! Baru bicara operasi!”
Rahang Viana jatuh, merasa terhina.
Jika ada hari yang boleh dia sesali, bukan hari dimana lahir di keluarga miskin.
Tapi hari dimana memutuskan lanjut kerja di King International Club atau KIC, meski tahu ada aturan aneh yang mengharuskan seluruh karyawan menutupi perselingkuhan CEOnya.
“Saya bukan pelacur!” desis Viana.
“Pelacur bukan pelacur, kamu tetap akan menggantikannya!”
Darah Viana mendidih dari ujung kaki sampai ubun – ubun. Atasan yang selama ini dia hormati, segani, dia anggap baik, ternyata hanyalah bandit brengsek.
Viana tetap keluar. Tidak takut lagi mau dibunuh atau dimutilasi Teofilano. Mungkin itu lebih baik dari pada menuruti semua keinginan Teofilano.
Dari dalam tas, Viana mengambil surat pengunduran diri yang sudah dia siapkan.
Tenggorokan Viana tercekat, “Bisakan Pak saya terakhir hari ini?”
Taufiq menatap Viana, “Nggak bisa mendadak, Vi. Kamu kan udah tanda tangan kontrak.”
“Berapa penalty yang harus saya bayar?”
Viana sudah memikirkan ini semalaman. Dia mengeluarkan sekotak perhiasan, mahar dari Galla.
“Apa ini cukup?” meski berat hati, Viana relakan demi tidak bertemu Teofilano lagi. Dia juga berharap suatu hari nanti Galla mengerti.
Viana lega, Taufiq akhirnya mengerti keadaannya setelah dia menceritakan sedikit. Meski gajinya belum di transfer, tapi ijazahnya yang ditahan sudah bisa dia bawa pulang.
KIC memang menerapkan kebijakan menahan ijazah bagi seluruh karyawannya. Tujuannya untuk menghindari karyawan mengundurkan diri secara mendadak seperti ini.
Baru saja Viana lega, hidupnya kembali berat. Teofilano duduk di atas motornya sembari menyesap rokok. Reyhartpun ada di sana.
“Rupanya Tuan Tiger mati, juga,” olok Derryl. “Ikutlah kami.”“Tidak! Kalian pasti membunuhku!”“Kami tidak tahu masalah itu.” Alvin mendekat. “Bisa jadi tidak, kalau anda memberikan bayi itu kepada kami.”“Dia harus tahu rasanya kehilangan anak!”“Sekarang dia sudah tahu, karena itu melarang kami membunuh anda,” sahut Derryl.Tiger tertawa. “Tidak, dia belum tahu rasanya, karena anaknya masih hidup.”Tawa Tiger semakin kencang melihat Derryl dan Alvin tak bisa membalas argumennya. Namun saat dia melihat ke jalan raya di bawahnya, tawanya pudar melihat semua kendaraan sudah disuruh berhenti dan anak buah Teofilano bersiap menangkap bayi itu.“Cepat berikan!” perintah Alvin.Tidak ada pilihan lain untuk Tiger. Dia menyerahkan bayi kembar Teofilano ke Alvin, karena percuma di jatuhkan ke bawah, ada banyak orang yang akan menangkapnya.***’Viana memeluk Teofilano, menangis haru melihat dari vlog yang beredar bahwa kedua anaknya sudah berada di tangan Alvin.Sebenarnya Teofilano tidak mem
“Lin,” Teofilano mengusap kepala Linda yang sudah tak berambut. “Aku datang.”Ada rasa bersalah yang menjalar hati Teofilano. Sejak menikahi Linda, dia tak pernah datang ke sini. Dia hanya menyuruh Derryl, asisten pribadinya, untuk mewakili kehadirannya. Sebab merasa bersalah kepada Viana.Tapi, mau bagaimana lagi. Linda salah satu karyawannya yang pandai memikat tamu, ratusan botol alkohol mahal-mahal berhasil Linda jual, setiap bulannya. Menikahi Linda adalah kompromi, balas budi kepada orang yang mendatangkan uang untuk bisnisnya.Menikahi Viana, adalah cinta.“Kamu akhirnya datang,” gumam Linda, tersenyum senang. Kehadiran Teofilano seperti morfin baginya.“Ya, Lin.”Teofilano mengecup kening Linda, kompromi, sebagai suami. Detik berikutnya, dia tak berani melihat Linda yang kesakitan karena serangan sel kanker.Dulu dia berpikir pria makluk kuat. Ternyata salah, perempuanlah makluk kuat.Tadi dia melihat Viana berjuang antara hidup dan mati demi anaknya, sekarang dia tak mampu mel
Hampir 3 bulan Viana tinggal di rumahnya yang berseberangan dengan Mr Fox. Dia tidak mau bertemu Teofilano, karena merasa dikhianati.“Alvin!” Viana merasa perutnya semakin sakit. “Alvin!”“Ya, Nyonya.”Alvin ngos-ngosan ketika membuka pintu, sebab kamarnya dan kamar Viana jauh, namun ada intercom yang menghubungkan mereka. Karena itu meskipun sedang mimpi indah, dia segera meloncat bangun.Alvin terkejut ketika melihat Viana berada di lantai. Dia segera mendekat dan mengangkat bosnya itu ke ranjang.“Alvin, sepertinya aku mau melahirkan.”“Ba—baik, Nyonya.”Malam itu juga Alvin mengantar Viana ke rumah sakit Luiqi.“Kenapa anda terlambat ke rumah sakit, Nyonya? Ini sudah bukaan 7,” tanya dokter kandungan yang jaga malam itu, tapi bukan dokter yang biasa merawat Viana.“Maaf, Dok, ini kehamilan saya yang pertama. Saya tidak tahu jika akan melahirkan, karena prediksi masih seminggu lagi.Tubuh Viana gemetar, tak bisa dikendalikan karena sakit yang merajam perut dan pinggang.“Alvin, a
“Mama nggak apa aku tinggal?” tanya Viana sembari menatap Vonny yang duduk di teras rumah.“Ya, ya, nggak apa, Viana. Di rumah ada Airy dan satpam. Makasih, ya, udah nolongin Mama. Mama nggak tahu kalau tadi kamu nggak lewat, penjambret itu pasti berhasil melakukan aksinya,” jawab Vonny, masih gemetar, syok.“Sama-sama, Ma.”Pukul 12 siang ketika Viana turun dari mobil. Alvin membantu Viana pindah ke kursi roda, lalu mendorong bosnya itu menuju pintu utama mansion yang terbuka.“Dari mana?”Viana dan Alvin kompak menoleh ke samping, terkejut melihat Teofilano tiba-tiba muncul melalui garasi.“Kantor,” dusta Viana.Viana takut dianggap ODGJ oleh Teofilano bila jujur mengatakan dari psikiater. Lebih parahnya lagi, takut pria itu akan meninggalkannya malu punya istri dengan gangguan mental. Sebab itu lebih baik dia simpan sendiri. Hanya Alvin yang tahu.“Oh ya?”Teofilano menatap Viana dan Alvin bergantian, tapi tidak heran Viana membohonginya. Sebab, jika Viana berniat jujur pasti sudah
Pagi ini Teofilano heran, ketika bangun tidur Viana sudah tidak ada di sampingnya. Dia cari kebawah pun tidak ada. Dan tidak ada yang tahu kemana perginya, yang pasti keluar bersama bodyguardnya.‘Tumben gak pamit ke aku?’ batin Teofilano sembari meraih ponselnya dari saku saku celana.Dia menelpon Viana, panggilannya masuk namun hingga tak dijawab. Tak mau membuang waktu, dia menghubungi bodyguard Viana. Rasa herannya berubah menjadi geram. Tak satupun yang mengangkatnya.Akhirnya telpon bodyguard bayangan Viana yaitu anak buahnya yang Viana angkat jadi mata-mata ketika dia pura-pura jadi Devil.“Ke psikiater?” tanya Teofilano, heran.“Ya, Pak.”“Sejak kapan dia ke psikiater?”“Kalau saya tahunya sejak Ibu kembali ke Triodes,” kata Z1“Ok, Z1. Kirimi aku lokasinya.”2 jam kemudian Teofilano tiba di lokasi. Sengaja dia parkir agak jauh, sebab mobil Viana masih ada di depan tempat praktek.Teofilano tidak bisa menjawab pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya. Selama ini Viana selalu
“Pernah dengar aja,” dusta Viana. “Oh ya kapan aku bisa pulang?” Viana tidak betah berada di rumah sakit.“Setahun lagi.”Viana menyesal bertanya ke Mr Fox. Entah kenapa pria itu terlihat sebal dari tadi. Namun Viana sedang malas bertanya.“Aku ingin menemui suamiku.” Viana menatap mereka bergantian, namun tak ada yang menjawab. Akhirnya Viana berusaha turun dari tempat tidurnya.“Nyonya, anda belum bisa menemuinya,” cegah Alvin, berusaha sabar bila Viana dalam mode kekanak-kanakan seperti ini. Namun bukan Viana jika tidak keras kepala.Terpaksa malam itu juga mereka mengantar Viana ke kantor polisi. Sebenarnya datang ke kantor polisi juga tidak bisa sembarangan. Karena Viana sudah seperti anak kecil, Mr Fox dan Alvin mau tak mau meloby penjaga.Tangis Viana pecah ketika melihat suaminya muncul. Viana segera minta peluk Teofilano dan itu membuat Mr Fox ingin muntah. Dia kesal melihat Viana sebucin itu dengan Teofilano. Padahal Teofilano itu brengsek, punya banyak wanita.“Aku gak mau l