Viana baru tersadar dari termangunya. Dia tidak tahu bagaimana saat ini sudah berada dalam pelukan Galla, pistolnya di rebut pria itu dan Galla menembak salah satu anak buah Teofilano. Rasanya semua terjadi dalam sekedip mata.“Galla, kenapa membunuhnya?” tanya Viana antara percaya dan tidak percaya dengan pria yang saat ini memeluknya.“Karena aku bukan Galla, Sayang.”"Hose?" Viana menangis sesenggukan, pucat pasi takut setengah mati melihat pria yang memeluknya memang bukan Galla. Pantas saja dia ragu sejak awal. Karena Galla yang dia kenal pria baik, tidak mungkin membunuh orang.“Apa topengku bagus?”Viana tak menjawab. Hanya menangis, ingin Teofilano datang detik ini juga. Viana semakin kelu ketika pria itu mencium lehernya dengan menodongkan pistol di pinggang.“Bagaimana kalau kita bersenang-senang di hotel?”Viana menggeleng, dia jijik tubuhnya disentuh pria lain selain Galla dan Teofilano.“Kenapa? Kamu takut aku tidak bisa menyenangkanmu?”“Bu—bukan begitu?”“Tapi apa?”“Ak
Dorr!“Felix!” jerit Viana melihat Felix tertembak dadanya. Viana mengigit tangan Galla sampai pria itu melepaskannya. Lalu berlari ke arah Felix yang sudah ambruk ke aspal.“Felix, bertahanlah!” Tangis Viana, takut Felix tidak selamat karena tubuh bodyguardnya itu bergetar.“Nona, maafkan saya. Sepertinya mulai malam ini saya tidak bisa melindungi anda lagi,” kata Felix terbata-bata.Tangis Viana semakin kencang, tidak siapa kehilangan Felix.“Jangan berkata seperti itu, Felix. Aku akan membawamu ke Dokter, bertahanlah!”Felix menggeleng. Menatap mata Viana dan mengenggam tangannya, memohon kepada perempuan yang bertahun-tahun dijaganya itu.“Tidak Nona, apapun yang terjadi jangan keluar dari mansion.”“Aku tidak peduli! Kamu harus selamat!”Felix merasakan tubuhnya mengigil. Dia melihat orang-orang itu sudah masuk ke mansion semua. Dia memberikan pistolnya kepada Viana karena masih ada Galla yang memperhatikannya layaknya psikopat.“Nona, kalau dia menyakitimu, jangan ragu menembakny
“Aku mengusirnya dari pantai itu. Dia marah dan malu saat itu,” aku Teofilano. Tersenyum kecut mengenang sikap buruknya ke Lauren.“Serius, Pak?” tanya Reynhart, tak percaya. Pasalnya, bos ini kelemahannya perempuan cantik. Karena itu di KIC bertabur perempuan-perempuan cantik nan seksi. Karena setiap ada cewek cantik kalau tidak diajak ONS ya dijadikan karyawati, seperti Linda.Hanya Viana saja yang tragis, tidak diajak ONS atau dijadikan karyawatinya tapi dijadikan pengganti Lauren.“Serius. Ironisnya, dua hari setelah itu aku kena hipnotis dan dia menolongku. Ponsel, dompet, kunci mobil sudah kuserahkan ke penghipnotis itu. Sampai sekarang aku nggak bisa bayangin kalau Lauren tidak menolongku. Karena semua dokumen tanah keluargaku yang 2.000 hektar itu ada di mobil, dan flashdisk data wali murid INS—Inggo National School juga ada di sana.”Reynhart melongo, ngilu merasakan jika aset dan daftar wali murid itu hilang. Aset masih ok hilang, tapi kalau daftar wali murid INS hilang bahka
“Ya, Pak.” Reynhart sudah hafal jika bosnya itu dalam kondisi rahangnya mengeras, dari tatapan matanya terlihat malas bicara, dan hanya memanggil namanya tanpa perintah jelas. Itu artinya dia disuruh mengikat kaki dan tangan Romeo, melakban mulutnya. Untuk ditangani lebih lanjut.Semua mulut melongo, hanya ibu Lauren yang tersenyum melihat Romeo diperlakukan seperti itu. Namun tidak ada yang berani menolong karena takut bernasib sama.Teofilano mengusap pipi Lauren yang rusak setelah disiram air keras oleh Cintya. Lauren bunuh diri karena merasa tidak cantik lagi.‘Kenapa kamu tak cerita padaku, hm? Aku bisa menerimamu meskipun kamu tak secantik dulu. Aku memang menyukai kecantikanmu tapi bukan itu alasanku menikahimu. Apa kamu lupa itu?’Teofilano tahu Lauren takut jarum suntik, sebab itu andai waktu bisa diputar, dia tidak akan menyuruh perempuan itu operasi plastik. Tapi akan menerima apa adanya. Tentu saja karena dia sudah punya Viana yang kecantikannya mirip Lauren.‘Aku tidak mem
Benar-benar sebentar, cuma 5 menit selesai. Pria itu sekarang turun dari tubuhnya dan membuat Viana menoleh bingung.“Bapak nggak jadi?”“Jadi apa?”“Katanya mau ….”Teofilano tersenyum. “Aku cuma ingin menciummu. Apa yang kamu pikirkan?”Wajah Viana semburat merah karena malu. Baru tahu kalau ternyata Teofilano cuma ingin dia semi telanjang saat menemani pria itu tidur.Sudah 10 menit Teofilano memeluk sembari mengenggam payudara Viana. Viana sesekali melirik Teofilano yang memejamkan mata. Heran, kenapa pria ini tidak memberinya hukuman. Padahal Viana kira dia bakal digantung lagi setelah Lauren meninggal.“Bapak udah tidur?”“Belum,” sahut Teofilano dengan mata tetap terpejam.“Nggak marah sama aku karena Bu Lauren?”“Memangnya apa salahmu?”“Ya kan aku yang buat Bu Lauren seperti ini.”Kali ini Teofilano membuka mata, menatap perempuan yang hanya memakai bikini ini. Tadinya ingin menyimpan sendiri apa yang dia dengar, namun tak tega melihat Viana.“Rumi minta maaf.”“Untuk?” tanya
1 jam lalu.“Kenapa kamu larang aku kasih tahu Mama? Kan Kakek sekarang udah nggak ada,” protes Viana.“Kenapa Mama harus tahu?”“Ya karena kamu tahu gimana Mama mandang aku selama ini. Siapa tahu kalau Mama tahu aku anak Nit King, Mama lebih bisa menerimaku sebagai menantunya. Aku nggak minta disanjung atau dihormati, cuma jangan main tangan aja.” Viana jadi emosional mengingat perlakukan Vonny padanya. Memang sih sakitnya tak seberapa, tapi harga dirinya. Saking dia tak pernah lapor ke Galla selama ini. Karena Vonny mengancam akan memberinya pelajaran jika berani lapor Galla.Pikiran Viana nengah minggir. Dia ingin lapor, tapi takut dia sendiri yang kecewa. Karena Viana tahu betul bagaimana kultur di keluarga ini. Jika Vonny bilang A, semua akan A. Vonny bilang B semua akan B. Tanpa berpikir benar atau salah, keluarga nomor satu.Karena itu Viana memilih diam selama masih kuat. Dari pada lapor ke Galla ujung-ujungnya pria itu tetap berpihak pada Mamanya, itu lebih menyakitkan.Tapi