Share

84. Kakak Ipar

Author: feynaa
last update Last Updated: 2025-06-16 23:16:18
“Aku tidak mengerti, apa maksudmu?” balas Ella dengan suara bergetar. Jantungnya berdegup kencang. Ia tidak pernah menghadapi situasi seperti ini sebelumnya.

Namun, gadis itu malam semakin mendorong moncong sejata hingga kepala Ella terdorong ke belakang. “Jangan pura-pura tidak tahu. Jawab aku. Siapa kau, dan mau apa kau?” bentak gadis itu, tatapannya tajam dan tidak sekalipun berkedip.

“Sentuh dia kau akan mati di tangan Lorenzo.”

Suara berat itu mngintrusp ketengan di antara kedua wanita itu. Ella menoleh ke ambang pintu, keningny berkerut mendapati sosok Alfonso sedang menyeruput kopi di tangan kanannya sambil menatap mereka dengan ekspresi tenang seolah pemandangan senjata terhunus adalah hal biasa baginya.

“Turunkan senjatamu, anak kecil. Sebelum Lorenzo mengamuk, dia sangat sensitif jika menyangkut wanita ini,” tegurnya lembut.

Gadis itu yang tampang begitu galak sebelumnya, kini ekpsresinya berubah heran. Ia perlahan menurunkan pistolnya. Ella akhirnya bisa bernapas
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   154. Bersatu Kembali (Tamat)

    Lorenzo tertawa. Tawa yang lega, hangat, dan penuh haru, bergema di ruangan ini. Ia mengenali nada suara sarkastik dan ketus itu. Ia mengenali sikap sinis dan menantang itu, ciri khas Ella untuk menyembunyikan kerentanan dan perasaan sesungguhnya. Dan sialnya semua sikp itulah yang membuat Lorenzo jatuh cinta padanya sejak awal. Ellanya telah kembali utuh seperti saat pertama kali ia mengenalnya. Tanpa bisa menahan diri lagi, Lorenzo menerjang Ella dengan pelukan erat yang hampir mengangkat tubuh mungil gadis itu dari lantai. Lengannya melingkar posesif di pinggang ramping Ella. Ia menenggelamkan wajahnya di lekuk leher Ella yang membuatnya merasa seperti pulang ke rumah. "Ambil saja, Sayang," bisik Lorenzo.Napasnya yang hangat membuat gadis itu bergidik geli. Suaranya serak, penuh hasrat dan kerinduan yang telah ia pendam selama setahun. "Bawa apa pun yang kau mau. Bawa seluruh perusahaan ini kalau perlu. Asal aku bisa memelukmu sesuka hatiku seperti ini." Ella terta

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   153. Cincin Berlian

    Satu tahun. Tepat satu tahun sudah berlalu sejak Lorenzo terakhir kali merasakan kehangatan tubuh Ella dalam pelukannya. Satu tahun berlalu sejak gadis itu memutuskan untuk pergi ke Oklahoma, menciptakan jarak ribuan kilometer di antara mereka. Namun, perpisahan itu bukan berarti ketiadaan kontak sama sekali. Sesekali, pesan singkat masih terkirim di antara mereka. Walau hanya kalimat-kalimat pendek yang terasa dingin, sekadar basa-basi. Sesekali telepon masih tersambung, walau hanya sepatah dua patah kata yang terlontar. Lorenzo telah berjanji untuk memberikan kebebasan kepada Ella, memberikan waktu dan ruang untuk menyembuhkan lukanya dan membangun kembali kepercayaannya pada cinta.Walau di sini Lorenzo yang menanggung sakit karena menahan rindu yang menggerogoti jiwanya. Janji itu adalah bentuk penebusan atas kesalahan besar yang ia lakukan yang bahkan sampai sekarang masih menjadi rahasia antara dirinya dan Lessa. Namun, nyatanya janji itu membuatnya gelisah hingga su

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   152. Rumah

    Senja di Oklahoma menyambut kepulangan Ella. Gadis itu melangkah turun dari mobil dengan gerakan yang kaku, setiap sendi tubuhnya seolah menahan beban yang tak terlihat. Ia berjalan menuju pintu masuk dengan langkah gontai karena kelelahan emosional. Wajahnya pucat, matanya sembab. Lorenzo berdiri di sampingnya dengan postur tubuh yang tegap. Matanya yang gelap memindai setiap sudut rumah dengan kewaspadaan. Tangannya bertumpu lembut di punggung Ella, memberikan dukungan tanpa kata. Suara langkah kaki terdengar samar-samar. Thomas muncul menuruni tangga dengan langkah terburu-buru. Wajah pria baya itu langsung tegang ketika melihat Lorenzo. Dahinya berkerut, rahangnya mengetat, tatapannya dingin. Lorenzo tentu menyadari pandangan menusuk dari Thomas. Ia bisa merasakan bahwa pria itu sedang menimbang-nimbang apakah ia layak untuk berdiri di rumahnya. Di belakang Thomas, Karen muncul dengan wajah yang dipenuhi kekhawatiran dan kebingungan mendalam. "Ella?" Karen memangg

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   151. Korban dan Pelaku

    Pertanyaan itu bagaikan belati tajam yang menusuk tepat ke jantung Lorenzo. Namun, Lorenzo tidak menunjukkan keputusasaan dan rasa sakitnya di depan Ella. Lorenzo mengangkat dagu Ella dengan lembut. Ia mengecup singkat kening Ella. "Aku akan membuat kenangan baru bersamamu yang lebih indah. Aku akan membuatmu mencintaiku lagi dengan setiap detik kebersamaan yang kita ciptakan. Jika masa lalu tidak bisa kembali, kita akan menciptakan masa depan yang jauh lebih indah dan penuh warna.” Keteguhan dalam suara Lorenzo membuat hati Ella berdebar tidak stabil. Ada sesuatu dalam tatapan mata pria itu yang membuatnya merasa aman meskipun dunianya sedang hancur. Namun, ketukan keras di pintu memecahkan momen haru merema. Sebelum Lorenzo sempat mengeluarkan sepatah kata, pintu sudah terbuka. Alessio menerobos masuk dengan wajah tegang. "Maaf mengganggu," kata Alessio tegas. "Daren menerobos masuk. Menuntut untuk bertemu Ella. Keamanan hampir tidak bisa menahannya." Nama itu menghan

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   150. Galeri Foto

    "Ella, aku paham kau mungkin telah kehilangan kepercayaan padaku, apalagi di keadaanmu sekarang, di mana aku tidak ada di dalam ingatanmu," ucap Lorenzo, lembut meski suaranya bergetar halus. "Aku tahu kau tidak akan percaya saat aku hanya mengatakan bahwa aku tidak akan pernah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Daren padamu, bahwa aku berbeda darinya." Lorenzo melanjutkan, sembari membelai rambut Ella. "Tapi izinkan aku membuktikan bahwa tidak semua pria seperti Daren. Izinkan aku menunjukkan padamu bagaimana seharusnya seorang wanita dicintai dan dihargai." Lorenzo perlahan melepaskan pelukan mereka, kemudia menangkup pipi Ella tang pucat agar menatapnya. Matanya yang kelam menatap lekat-lekat mata cokelat Ella yang masih bergelimang air mata. Ada sesuatu dalam tatapan Lorenzo yang membuat dada Ella terasa hangat. "Berikan aku waktu. Biarkan aku membuktikan dengan tindakan, bukan hanya dengan kata-kata," ucap Lorenzo penuh keyakinan. Jemarinya bergerak m

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   148. Melepaskan Luka

    "Aku tidak tahu lagi bagaimana caranya mempercayai seseorang lagi, bagaimana caranya membuka hati." Kata-kata itu keluar dengan susah payah, setiap hurufnya terasa seperti bongkahan batu di tenggorokannya. Ella menatap wajah Lorenzo dengan pandangan yang kosong.Namun di dalamnya tersimpan rasa takut yang mendalam. Takut untuk membuka hati lagi, takut untuk mempercayai lagi, takut untuk mencintai lagi.Mata cokelatnya yang sembab bertemu dengan mata Lorenzo yang penuh dengan kekhawatiran menyadari tindakannya lebih parah dari yang ia duga. Betapa hancurnya kepercayaan diri gadis itu, betapa dalam luka yang mengoyak jiwanya. Lorenzo merasa tercekat, merasa seperti sedang menggali kuburannya sendiri sekarang. Ia menahan diri untuk tidak berteriak mengatakan bahwa ia bukan Daren. Ia ingin mengatakan bahwa ia bisa menjadi tempat yang aman untuk Ella, bahwa pelukannya bisa menjadi rumah yang paling nyaman di dunia. Ia ingin berteriak, ingin mengatakan bahwa ia bisa menjadi obat unt

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status