Home / Romansa / Terjebak Obsesi Sang CEO / 97. Tidur Bersamaku

Share

97. Tidur Bersamaku

Author: feynaa
last update Last Updated: 2025-06-29 21:58:21

Alfonso terdiam sejenak untuk menarik napas dalam dan menenangkan dirinya. Ia menatap Lorenzo dalam-dalam berharap pria itu mengerti tanpa harus melaki kekerasan dan pertengkaran karena mereka berada di tim yang sama.

"Itulah yang harus kita bicarakan dengan sangat hati-hati, Lorenzo. Kita harus membuat rencana yang sematang mungkin. Kita akan membekali Ella dengan peralatan keamanan, seperti kamera tersembunyi, GPS, dan yang lainnya."

Lorenzo melipat tangannya di depan dada. Di saat Alfonso mencoba untuk bicara dengan tenang, dengan pikiran yang jernih, tapi Lorenzo masih dengan ketegangan dalam tubuhnya, masih menganggap solusi Alfonso adalah ancaman.

"Kita harus mengetahui lebih dulu siapa pengkhianat itu, berapa jumlah mereka. Kau dan aku akan fokus untuk melakukan penyerangan. Lessa akan menjadi koordinator utama yang fokus untuk membawa Ella ke tempat yang aman setelah kita turun."

"Bagaimana jika rencanamu gagal?" Lorenzo bertanya dengan suara yang parau.

"Maka kita
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   142. Jebakan Tahun Baru

    Musim dingin Chicago menyapa kulit Ella ketika ia melangkah keluar rumah. Ella memeluk tubuh mungilnya menahan dingin meski telah tebungkus mantel tebal. Di hadapannya, Daren yang akan berangkat kerja menatap dengan senyum geli, terlihat gemas dengan Ella yang tubuhnya tengelam dalam mantel. Tanpa ragu, tangannya mengangkup kedua pipi Ella yang dingin dan memerah. Kemudian, membenamkan ciuman ringan yang lembut dan hangat di bibirnya. Ella tersenyum tipis yang tulus, mata coklatnya berbinar hangat. "Daren," panggilnya dengan suara yang lembut. Jari-jarinya menyentuh lengan Daren, mencengkeram kain mantel hitamnya. Ia menatap Daten degan mata bulat penuh harap. "Aku ingin kita habiskan malam tahun baru bersama. Lihat festival kembang api di Navy Pier, apa kau bisa?" Tangan Daren bergerak melingkari pinggang ramping Ella, menariknya ke dalam pelukan hangat. Daren menghela napas panjan, merasakan dadanya berat dengan permintaan Ella yang walau sederhana, sulit ia penuhi.

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   141. Rencana Manipulatif

    Lorenzo menatap adiknya dengan mata yang berkaca-kaca, kilatan dingin yang biasa membuat orang rang gemetar kini sirna, tergantikan kepedihan mendalam. Lorenzo yang selalu menjadi sosok pelindung bagi keluarga mereka, pria yang tidak pernah menunjukkan kelemahan bahkan dalam situasi paling berbahaya, kini, di hadapan Lessa, tembok pertahanan itu runtuh. Kali ini, Lorenzo yang membutuhkan perlindungan, setidaknya dari rasa sakit yang menggerogotinya hatinya. "Dan sekarang ada Daren.” Suaranya kini serak karena tangisan yang ia tahan. Lessa merasakan dadanya sesak mendengar suara memilukan Lorenzo karena ia terbiasa mendengar suara tegas dan otoritas Lorenzo.Ia bisa merasakan rasa sakit yang dialami Lorenzo karena ia pernah menyaksikan bagaimana Lorenzo dan Ella saling mencintai dengan intensitas yang memabukkan. Lorenzo menatap Lessa dengan mata yang mulai berkabut air mata pemandangan yang sangat langka karena dia tidak pernah menangis, bahkan ketika peluru menembus tubuhnya beb

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   140. Bahagia Tanpa Aku

    Kesunyian mencekam menyelimuti suite mewah di lantai tertinggi hotel. Lorenzo melangkah limbung menuju bar mini di sudut ruangan. Dengan gerakan kasar, ia melepaskan kancing atas kemejanya satu per satu. Dada bidangnya yang kecoklatan terlihat naik turun dengan irama yang tidak teratur. Rahangnya terkatup rapat, otot-otot di sana menegang karena tekanan emosi yang masih menguasai setiap saraf tubuhnya. Mata kelamnya yang biasanya memancarkan otoritas mutlak dan kepercayaan diri yang mengintimidasi kini tampak penuh keputusasaan. Emosi yang bahkan hampir tidak pernah ditunjukkan oleh seorang Lorenzo De Luca. Tangan besarnya menuangkan whiskey ke dalam gelas kristal. Cairan mengalir dengan gemericik yang memecah kesunyian. Ia berdiri dengan postur tubuh yang sedikit bungkuk. Jemarinya Mencengkeram gelas dengan kekuatan yang berlebihan, buku-buku jarinya memutih karena tekanan. Dalam satu tegukan rakus, ia menghabiskan seluruh isi gelas. Namun, sensasi panas yang mengalir mel

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   139. Dua Nama, Satu Hati

    "Apa yang sudah diberikan Daren padamu yang tidak pernah aku berikan? Katakan, Ella, katakan apa yang dimiliki Daren dan tidak ada dalam diriku. Katakan saja apa maumu dan semua itu akan menjadi milikmu!” Suara Lorenzo naik satu oktaf. Tangannya terkepal di sisi tubuhnya. Tubuhnya kaku penuh ketegangan. Rahangnya mengeras, otot-otot di leher mencuat. Aura dominan Lorenzo begitu kuat, membuat Ella merasa tertekan dari berbagai arah, membuat merasa terpojok dan merasa kecil. Ella menarik rambutnya ke belakang, gelagat frutrasinya mulai terasa begitu kuat. "Kau tidak mengerti. Ini bukan soal siapa yang lebih banyak memberikan. Ini soal... soal yang benar dan yang salah," balasnya lirih, suaranya bergetar, kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri. "Benar dan salah?" ulang Lorenzo dengan nada meremehkan. "Lalu kau pikir apa keputusanmu ini benar? Apakah kamu benar-benar menggunakan kata hatimu?” "Jangan," bisik Ella, tangannya meremas ujung kausnya. "Jangan katakan i

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   138. Jaga Jarak

    Sinar keemasan fajar merayap lembut melalui celah-celah tirai. Pagi ini, suasana terasa berbeda dengan pagi sebelumnya. Hangat, tapi masih menyimpan ketegangan yang tidak terucap. Sejak terbangun dari tidurnya, Daren selalu ingin menempel dengan Ella. Benar-benar tidak melepaskan Ella dari genggamannya. Tangan kekarnya selalu curi-curi kesempatan untuk menyentuh Ella. Entah itu menelusuri punggung mungil gadis, sesekali memeluknya dengan mesra, dan memberikan kecupan singkat di wajahnya. Bahkan saat sarapan, kakinya beberapa kali bersentuhan dengan kaki Ella. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan, tapi Daren enggan pergi kerja, enggan meninggalkan Ellla. Ia mengamati lekat-lekat gadis itu yang sedang mengikat dasinya. Bibir Daren melengkung membentuk senyuman tipis. Dengan gerakan kilat, Daren menangkup wajah Ella dan mencuri ciuman singkat di bibir ranum gadis itu. Ella membeku, terkejut dengan sentuhan tiba-tiba itu. "Aku tidak ingin meninggalkanmu hari ini," bisik Dare

  • Terjebak Obsesi Sang CEO   137. Hati yang Mendua

    Langit biru cerah perlahan memudah menjadi senja kemerahan ketika Ella melangkah memasuki pelataran rumah yang sunyi setelah suara mesin mobil Lorenzo telah menjauh. Paper bag belanjaan di tangan kirinya, sementara tangan kanannya memeluk kotak mika berisi sebuah mangkuk tanah liat yang masih kasar, belum sempurna, bahkan belum diberi warna apa pun. Begitu ia berada di dalam rumah, matanya langsung tertuju pada sosok yang berdiri tegak di tengah ruang tamu, menghadap ke arahnya seolah tengah menunggunya. Ella dapat merasakan aura Daren yang berbeda dari biasanya. Rambutnya berantakan, seolah berkali-kali dia mengusapnya dalam frustasi. Keningnya berkerut dalam. Mata birunya yang biasanya hangat kini dingin. Tatapannya tajam, tepat di mata Ella. Ruang tamu yang luas itu tiba-tiba terasa sesak, seolah dinding-dindingnya menyempit dan menekan mereka berdua dalam ketegangan yang menyesakkan. "Apa yang kau lakukan dengannya?" Suara Daren merobek keheningan. Nada yang bias

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status