Share

6. Pergilah!

Author: pramudining
last update Last Updated: 2025-08-14 11:47:08

Happy Reading

*****

"Bu, sudah!" teriak Aisyah histeris.

Tubuh gadis dengan berat sekitar 42 kg itu ambruk, terjatuh di lantai dan tak sadarkan diri. Jiwanya kembali terguncang mendengar alasan Haritz yang sebenarnya. Jika, Haritz tidak mencintainya selama ini. Apa arti kedekatan yang terjalin bertahun-tahun lamanya itu?

"Ais," panggil Endang. Dia dengan cepat memegang kepala putri agar tidak sampai membentur lantai yang keras hingga menyebabkan cedera. "Pak ini gimana?"

Burhan menoleh pada istrinya. Cepat, dia memindahkan Aisyah ke sofa panjang di ruangan tersebut. Setelahnya, dia menatap nyalang pada lelaki yang sudah sangat mengecewakan sang buah hati.

"Kamu memang lelaki munafik. Jadi, selama bertahun-tahun kamu sengaja memberi harapan palsu pada putriku. Sekarang dengan entengnya kamu mengatakan nggak cinta pada Aisyah," kata Burhan.

Sebuah pukulan kembali melayang di wajah Haritz. Bukan lagi tamparan ringan seperti yang dilakukan Endang, tetapi Burhan mengerahkan semua energinya menghantam lelaki di depannya.

Emosi yang sempat dipendam kini dikeluarkan semua oleh Burhan. Tak ada lagi rasa takut, jika lelaki yang dia pukul nanti akan melaporkan perbuatannya kepada polisi. Dalam diri lelaki paruh baya tersebut, hanya ada kemarahan dan kekecewaan atas sikap Haritz.

"Maafkan saya, Pak," kata Hatitz. Menyeka darah yang keluar dari bibir akibat pukulan tadi.

"Maaf, katamu? Enak sekali kamu mengatakannya. Asal kamu tahu Aisyah banyak berkorban untukmu. Dia selalu menjadikan dirimu prioritas utama. Tapi, apa balasan yang dia dapatkan? Kamu seenaknya saja mengatakan nggak cinta. Cuih!" umpat Burhan. Tendangan pun melayang di perut si lelaki sehingga membuat darah kembali keluar dari bibir pemuda dengan kulit kuning langsat tersebut.

"Silakan pukul saya sampai puas, Pak. Asal setelah itu, saya bisa berpisah dan nggak diganggu lagi sama Aisyah," ucap Haritz menantang kesabaran sang kepala keluarga.

Burhan kalap, beberapa kali dia melakukan pukulan serta tendangan pada lelaki yang sangat dicintai putrinya itu.

"Pak, sudah," pinta Endang setelah melihat luka Haritz.

Burhan mengentikan pukulannya setelah merasa puas. Namun, tatapannya tetap tidak berubah, begitu benci pada Haritz karena luka yang ditorehkan pada sang putri.

"Pak, dia bisa mati kalau kamu terus memukulnya. Lebih baik, kita urus anak kita saja daripada terus melampiaskan kemarahan padanya," bisik Endang berusaha menasihati dan menyadarkan sang suami. Bisa jadi, tindakan pemukulan itu akan menyebabkan masalah tersendiri nantinya.

Burhan menoleh pada Aisyah yang matanya terpejam erat. Segera membopong putri semata wayangnya ke kamar. Keselamatan dan kejiwaan putrinya jauh lebih penting saat ini.

"Urus dia, Bu," pinta Burhan pada istrinya. Tatapannya mengarah tajam pada Haritz.

"Iya. Bapak bawa Aisyah naik saja," sahut Endang disertai anggukan penuh kepatuhan.

Walau sangat benci dengan tindakan Haritz yang sudah sangat menyakiti hati putrinya. Namun, Endang juga tidak tega melihat keadaannya setelah dipukuli oleh Burhan tadi. Sedikit berbelas kasih, perempuan paruh baya itu mengulurkan tangan, berusaha membantu Haritz.

"Sudah cukup kamu menyakiti putri kami. Sekarang pergilah! Jangan pernah hadir dan terlihat dalam hidup Aisyah. Putriku terlalu berharga untuk lelaki sepertimu. Ibu harap, nggak akan ada lagi korbanmu setelah ini," usir Endang.

Kesadarannya mulai kembali. Walau bagaimanapun, takdir tidak bisa dipaksakan. Mungkin inilah jalan terbaik bagi Aisyah, meski sangat menyakitkan.

"Bu, tolong maafkan. Saya, hanya mengatakan apa yang ada dalam hati dan perasaan diri saya sendiri. Rasa cinta saya pada Aisyah memang telah habis. Jadi, saya nggak bisa dan nggak mungkin untuk menikahinya. Bukankah pernikahan itu harus dibangun berdasarkan rasa cinta agar langgeng nantinya?" Haritz mengatakannya dengan amat pelan seakan dia memiliki beban di hatinya.

Endang memutar bola matanya, malas sekali mendengar semua ucapan lelaki yang hanya memberikan harapan palsu pada putrinya.

"Pergi! Pergi!" usir Endang disertai gerakan tangan mengibas ke arah luar. "Jangan coba memberi alasan apa pun untuk membenarkan semua tindakanmu. Di mata Ibu, kamu hanyalah pecundang."

Haritz perlahan meninggalkan rumah Aisyah. Sekalipun sekujur tubuh terluka, tetapi ada kelegaan di hatinya kini. Kelegaan karena telah mengatakan alasan pada Aisyah tentang batalnya pernikahan mereka secara langsung.

Berkali-kali Haritz mengatakan dan meyakinkan hatinya. Bukankah cinta itu tidak bisa dipaksa? Jadi, apa yang sudah dia lakukan adalah benar.

Baru saja keluar dari rumah Aisyah, suara ponsel Haritz berdering nyaring. Garis bibirnya terangkat ketika sebuah nama terlihat di layar.

"Ya," kata Haritz.

"Apa kamu sudah menyelesaikan semua masalah dengan Aisyah?" tanya seseorang di seberang sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   71. Puncak Nirwana

    Suara azan fajar membangunkan Zaki. Dia melihat jam dinding yang terletak tepat di hadapannya. Sekali lagi dia ingin mencoba meraih puncak nirwana bersama Aisyah.Dia memulai lagi perjalanannya, kali ini persiapannya sudah matang. Dia sudah mengenali medan perjalannya, jadi lebih mudah menggapai bintang terbaik itu. Lenguhan panjang dari Aisyah menandakan bahwa dia pun merasakan hal terindah itu."Mas, sudah cukup, ya!" katanya saat Zaki kembali mengajaknya meraih kebahagiaan itu."Sekali lagi, Sayang. Masih ada waktu sebentar sebelum azan subuh berkumandang.""Mas, Ais capek. Besok lagi, ya?""Hhm, baiklah. Bagaimana kalau sekarang kita mandi bareng saja?"Aisyah sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk menjawab pertanyaan Zaki. Dia hanya bisa pasrah ketika Zaki membawanya ke kamar mandi. Bukan hanya kegiatan mandi yang akhirnya dilakukan keduanya, tetapi hal-hal untuk meraih bintang kembali.Suara teriakan dari luar kamar menghentikan kegiatan mereka di kamar mandi. Burhan sudah terla

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   70. Rayuan Membawa Petaka

    Rasanya langit tidak perlu mengukur seberapa luas dirinya, demikian juga samudera. Dia tidak akan meminta mengukur berapa kedalaman yang dia miliki. Cinta yang berjalan atas koridor yang telah di tetapkan syariat tentunya akan sangat indah.Berkali-kali Aisyah menanyakan pada suaminya, apa alasannya bisa mencintai dirinya sebegitu besar. Hingga tidak ada ruang lagi untuk perempuan lain. Nyatanya, Zaki tidak pernah memiliki alasan mengapa dia bisa mencintai Aisyah. Dia hanya tahu bahwa hati dan jiwanya selalu nyaman ketika bersama Aisyah."Sayang, apa perlu kamu menanyakan hal itu terus?" Sampai kapan pun Zaki tidak akan pernah memiliki alasan mengapa dia mencintai Aisyah."Ais cuma pengen tahu, Mas. Masalahnya dulu waktu kecil itu, Mas, nyebelin. Suka bikin nangis, gak ada tuh tanda-tanda kalau, Mas, sayang sama Ais." Dia meletakkan kepalanya di dada Zaki ketika mereka berbincang-bincang di malam hari setelah acara resepsi tadi."Sayang, kita salat, yuk! Setelah itu ...?""Ayok! Kok,

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   69. Riana dan Kecemburuannya

    Dua orang yang saling mengenal itu keluar dari hotel dengan ekspresi wajah masing-masing. Riana dengan wajah bahagianya karena berhasil menjebak calon suami sahabatnya. Haritz dengan wajah penuh penyesalan karena telah menghianati Aisyah.Haritz memanggil sebuah taksi yang berada di depan hotel. Dia meminta Riana untuk pulang dengan taksi itu. Namun, Riana masih berulah lagi. Dia minta ditemani Haritz sampai rumahnya. Sebagai bentuk pertanggung jawabannya Haritz menerima ajakan Riana."Ri, aku pasti tanggung jawab atas apa yang telah aku lakukan, tapi berjanjilah kamu tidak akan menghubungi Aisyah dan menceritakannya." Riana mengangguk, dia menyandarkan kepalanya di dada Haritz dengan manja."Mas, aku punya permintaan sama kamu.""Katakan apa yang kamu mau?""Aku akan tutup mulut. Asalkan, Mas Haritz berjanji tidak akan menikahi Aisyah. Setidaknya, sampai aku mengetahui benih yang kamu tanam padaku ini tidak berbuah. Bagaimana?""Lalu, alasan apa yang harus aku katakan pada keluargany

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   68. Haritz dan Rahasianya (2)

    Happy Reading*****Riana tersenyum penuh arti. Sedikit menggeser posisi duduknya, lebih merapat ke tubuh calon suami Aisyah. "Nggak akan pernah ada seorang pun di dunia ini yang benar-benar setia. Pun termasuk Aisyah. Jadi, lupakan dia sejenak, mari bersenang-senang denganku," bisiknya. Haritz merasakan elusan tangan Riana di paha yang membuatnya sedikit menahan rasa geli di sekitar selakangan. Bukannya lelaki itu tidak mau melakukan seperti teman-temannya, tetapi Haritz masih menjaga amanah Aisyah. Sebentar lagi, dia sudah menikah. Apa jadinya, jika sang kekasih sampai tahu yang dilakukan saat ini.Godaan dari Riana semakin menjadi, perempuan itu sudah melangkah terlalu jauh. Tangannya telah menyentuh apa yang seharusnya tidak boleh disentuh karena berakibat fatal. Namun, Riana terus membangkitkan apa yang telah Haritz tahan sejak tadi.Saat hasrat Haritz telah mencapai puncaknya, dia melupakan siapa perempuan yang kini sedang berada di sampingnya. Dengan kasar Haritz meraup bibi

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   67. Haritz dan Rahasianya (1)

    Happy Reading*****Dentum suara musik memekakkan telinga siapa pun yang tidak terbiasa masuk ke tempat seperti ini. Goyangan kepala serta badan meliuk mengikuti irama musik yang menghentak. Hilang sudah akal warasnya. Demi memenuhi permintaan para sahabatnya untuk mengadakan acara Bachelor party. Haritz rela masuk ke sebuah club malam di kota ini.Sebulan lagi, acara pernikahannya sudah akan dilangsungkan. Sebelum cuti nikahnya dimulai, rekan-rekan kerjanya meminta diadakan pesta lajang. Ketika nanti, dia sudah kembali ke kota kelahirannya tidak akan bisa mengadakan acara yang seperti mereka inginkan saat ini.Gelas demi gelas minuman berwarna merah menyala itu masuk pada kerongkongannya. Sekalipun, dulu sewaktu masa putih abu-abu dia pernah meminum minuman yang serupa, tetapi nyatanya rasa yang dimiliki masing-masing minuman memabukkan itu berbeda. Kadar alkoholnya pun lebih tinggi yang berwarna merah, meskipun masih ada yang lebih tinggi lagi kadarnya.Tegukan pertama membuatnya me

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   66. Puncak Nirwana

    Happy Reading*****"Mas, kenapa berkata kasar seperti itu?" Aisyah hampir saja menangis mendengar kata-kata keras sang suami.Endang mendekati putrinya. Mengelus lengannya. "Dengarkan penjelasan masmu dulu. Dia mengatakannya dengan keras pasti memiliki alasan. Mas Zaki adalah orang yang paling menyayangimu setelah Bapak dan Ibu, jadi dia akan selalu melindungimu, nggak akan membiarkan siapa pun nyakitin kamu," bisiknya pada sang putri."Maaf, Sayang," ucap Zaki. "Mas nggak maksud berkata kasar. Tapi, dialah yang sudah merencanakan semua kesakitanmu dari awal. Benda di foto waktu itu adalah buktinya. Tante Rum yang menemukannya di bawah pohon rambutan depan rumah. Mas sengaja nggak menceritakan semua ini sebelumnya karena nggak mau kamu kepikiran." "Ais, dia nggak pernah tulus menjadi sahabatmu. Bahkan aku, hanya berpura-pura mau bertunangan dengannya. Jika aku menolaknya, dia akan memisahkan kembali orang yang kamu cintai sekarang. Riani nggak pernah bisa melihat kebahagiaanmu." L

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status