Share

5. Tak Masuk Akal

Author: pramudining
last update Last Updated: 2025-08-14 10:11:17

Happy Reading

***

"Ada apa Bapak terus menelponku?" tanya Aisyah.

"Pulang, Ais. Kamu ada di mana?" tanya sang penelpon yang tak lain adalah Burhan.

"Bentar, Pak."

"Bapak tunggu di rumah secepatnya," perintah sang kepala rumah tangga.

"Iya ... iya. Ais segera pulang, Pak."

"Ya, sudah. Bapak tunggu secepatnya."  Panggilan mereka terputus setelah Burhan mengucap salam.

Mengembuskan napas panjang, Aisyah segera bergegas mengendari motornya kembali. Sebenarnya, hatinya belum rela pulang. Dia sangat takut jika keadaan kacaunya hari ini, membuat orang tuanya khawatir.

Beberapa puluh menit berlalu, Aisyah  sudah sampai di halaman rumah. Ada mobil yang sangat dia kenal terparkir rapi.

Langkahnya gontai memasuki rumah, senyum tak biasa menghias wajah. Rasanya, dia belum sanggup jika benar pemilik mobil tersebut adalah orang yang dicari tadi.

Pintu rumah yang terbuka dan suara perdebatan di ruang tamu membuat Aisyah membelalakkan mata. Si gadis hafal dengan suara orang di dalam itu. Gegas Aisyah memastikan dugaannya. Jantungnya kian berdetak kencang, kakinya bergetar hebat tatkala mendengar perdebatan tersebut.

"Lelaki itu yang dipegang omongan  dan janjinya, Mas. Jangan macam-macam!" bentak Burhan.

Nada tinggi lelaki paruh baya tersebut melengking di telinga. Aisyah mulai mendekat ke arah Burhan yang mukanya tampak memerah karena marah. Di samping sang kepala keluarga, ada Endang. Perempuan paruh baya itu tampak mengusap lembut lengan Burhan. Mungkin, untuk meredakan emosi yang mulai menguasai suaminya.

"Tapi, kenyataannya saya harus mengakhiri semua ini, Pak," sahut lelaki yang kemarin masih bersikap sangat mesra pada Aisyah.

"Mas!" panggil si gadis berjilbab dengan kulit kuning Langsat, tepat di sebelah Burhan dan Endang. "Apa kamu belum merasa puas dengan kejutan yang kamu berikan semalam? Mengapa kini harus berdebat dan menyakiti Bapak juga?"

Suara Aisyah bergetar menahan isak. Matanya memerah dan digenangi kabut tebal yang siap turun kapan saja.

"Aku harus bagaimana lagi? Semua itu kenyataan. Aku nggak bisa meneruskan rencana pernikahan kita," jelas Haritz dengan suara berapi-api. Sama sekali tak tersentuh dengan kesedihan gadis yang selama ini sudah menjalin hubungan dengannya.

"Mas, tega kamu," cicit Aisyah.

Burhan menatap sang putri, hatinya teriris melihat kesedihan yang jelas terlihat di mata Aisyah. Tidak ada orang tua yang mampu menahan tangis melihat kesedihan sang buah hati, tetapi Burhan harus menahan air mata itu agar tidak menambah beban kesedihan Aisyah.

"Apa alasanmu memutus hubungan ini secara sepihak? Dulu, bukannya Mas sendiri yang mati-matian memaksa agar kita segera menikah. Aku nggak percaya dengan alasanmu semalam, Mas. Pasti ada alasan lain. Apa kamu tergoda orang lain?" tanya si gadis berjilbab.  Riak muka Haritz benar-benar memuakkan. 

Lelaki itu terdiam, menatap perempuan yang selama ini sudah menjalin hubungan dengannya. Kata-kata yang terlontar tadi memang benar. Haritz yang selalu memaksa Aisyah untuk segera menyetujui rencana pernikahan mereka.

"Mas, jawab!" bentak Aisyah. Si gadis mulai tak sabar mendengar alasan itu keluar dari mulut Haritz secara langsung.

Haritz memandang wajah orang-orang di depannya satu per satu. Burhan menajamkan pandangannya pada sang calon menantu yang kini telah membelot dan menolak putrinya. Andai tidak ingat hukum yang berlaku di negara ini, mungkin Burhan sudah memukul pemuda di dapannya sampai babak belur. Sungguh kurang ajar, berani menaykiti putrinya.

"Aku sudah memberi penjelasan semalam. Apa masih belum cukup? Jangan paksa aku mengatakan di hadapan kedua orang tuamu," tatapan Haritz nyalang. Tidak mau terintimidasi oleh keluarga Aisyah.

"Benar begitu, Ais?" tanya Burhan, "Apa dia sudah menjelaskan kenapa pernikahan kalian dibatalkan?"

"I-ya, Pak." Wajah Aisyah tertunduk. "Mas Haritz memang sudah menjelaskan alasannya, tapi bagiku sangat nggak masuk akal sama sekali."

"Sekarang, katakan. Bapak juga ingin mendengarnya secara langsung darimu. Apa alasanmu membatalkan semua rancana itu?" Kesabaran Burhan mulai hilang. Haritz dinilai tidak konsisten dan bertanggung jawab sebagai laki-laki.

Sekali lagi, Haritz menatap semua orang yang ada di ruang tamu tersebut. "Saya nggak mencintai Aisyah," ucapnya gugup dan terbata.

"Hah?! Apa yang kamu katakan tadi?" tanya Endang dengan mata melotot. Sementara Burhan, dia membulatkan mata secara sempurna, mendengar kata-kata Haritz.

"Saya nggak mencintai Aisyah," ucap Haritz sekali lagi, menegaskan ucapan sebelumnya.

Endang terdiam karena melihat kesedihan putrinya yang terlihat jelas. Tetapi hatinya memberontak kuat untuk memberi pelajaran pada lelaki di depannya itu. Tanpa kata, perempuan paruh baya tersebut mendekati Haritz dan melayangkan tamparan ke pipi.

Plak ... plak ...

Bunyinya begitu keras hingga membuat Aisyah melotot, Burhan juga sangat terkejut dengan tindakan sang istri.

"Bu, sudah. Kita bisa kena pasal penganiayaan jika memukulnya," bisik Burhan yang gegas mencegah tindakan Endang selanjutnya.

"Manusia macam apa kamu? Jika, kamu nggak pernah mencintai Aisyah, lalu untuk apa kamu melamarmya?" teriak Endang, begitu tak terima dengan perkataan Haritz tadi.

"Bu, sudah!" teriak Aisyah, histeris.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   71. Puncak Nirwana

    Suara azan fajar membangunkan Zaki. Dia melihat jam dinding yang terletak tepat di hadapannya. Sekali lagi dia ingin mencoba meraih puncak nirwana bersama Aisyah.Dia memulai lagi perjalanannya, kali ini persiapannya sudah matang. Dia sudah mengenali medan perjalannya, jadi lebih mudah menggapai bintang terbaik itu. Lenguhan panjang dari Aisyah menandakan bahwa dia pun merasakan hal terindah itu."Mas, sudah cukup, ya!" katanya saat Zaki kembali mengajaknya meraih kebahagiaan itu."Sekali lagi, Sayang. Masih ada waktu sebentar sebelum azan subuh berkumandang.""Mas, Ais capek. Besok lagi, ya?""Hhm, baiklah. Bagaimana kalau sekarang kita mandi bareng saja?"Aisyah sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk menjawab pertanyaan Zaki. Dia hanya bisa pasrah ketika Zaki membawanya ke kamar mandi. Bukan hanya kegiatan mandi yang akhirnya dilakukan keduanya, tetapi hal-hal untuk meraih bintang kembali.Suara teriakan dari luar kamar menghentikan kegiatan mereka di kamar mandi. Burhan sudah terla

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   70. Rayuan Membawa Petaka

    Rasanya langit tidak perlu mengukur seberapa luas dirinya, demikian juga samudera. Dia tidak akan meminta mengukur berapa kedalaman yang dia miliki. Cinta yang berjalan atas koridor yang telah di tetapkan syariat tentunya akan sangat indah.Berkali-kali Aisyah menanyakan pada suaminya, apa alasannya bisa mencintai dirinya sebegitu besar. Hingga tidak ada ruang lagi untuk perempuan lain. Nyatanya, Zaki tidak pernah memiliki alasan mengapa dia bisa mencintai Aisyah. Dia hanya tahu bahwa hati dan jiwanya selalu nyaman ketika bersama Aisyah."Sayang, apa perlu kamu menanyakan hal itu terus?" Sampai kapan pun Zaki tidak akan pernah memiliki alasan mengapa dia mencintai Aisyah."Ais cuma pengen tahu, Mas. Masalahnya dulu waktu kecil itu, Mas, nyebelin. Suka bikin nangis, gak ada tuh tanda-tanda kalau, Mas, sayang sama Ais." Dia meletakkan kepalanya di dada Zaki ketika mereka berbincang-bincang di malam hari setelah acara resepsi tadi."Sayang, kita salat, yuk! Setelah itu ...?""Ayok! Kok,

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   69. Riana dan Kecemburuannya

    Dua orang yang saling mengenal itu keluar dari hotel dengan ekspresi wajah masing-masing. Riana dengan wajah bahagianya karena berhasil menjebak calon suami sahabatnya. Haritz dengan wajah penuh penyesalan karena telah menghianati Aisyah.Haritz memanggil sebuah taksi yang berada di depan hotel. Dia meminta Riana untuk pulang dengan taksi itu. Namun, Riana masih berulah lagi. Dia minta ditemani Haritz sampai rumahnya. Sebagai bentuk pertanggung jawabannya Haritz menerima ajakan Riana."Ri, aku pasti tanggung jawab atas apa yang telah aku lakukan, tapi berjanjilah kamu tidak akan menghubungi Aisyah dan menceritakannya." Riana mengangguk, dia menyandarkan kepalanya di dada Haritz dengan manja."Mas, aku punya permintaan sama kamu.""Katakan apa yang kamu mau?""Aku akan tutup mulut. Asalkan, Mas Haritz berjanji tidak akan menikahi Aisyah. Setidaknya, sampai aku mengetahui benih yang kamu tanam padaku ini tidak berbuah. Bagaimana?""Lalu, alasan apa yang harus aku katakan pada keluargany

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   68. Haritz dan Rahasianya (2)

    Happy Reading*****Riana tersenyum penuh arti. Sedikit menggeser posisi duduknya, lebih merapat ke tubuh calon suami Aisyah. "Nggak akan pernah ada seorang pun di dunia ini yang benar-benar setia. Pun termasuk Aisyah. Jadi, lupakan dia sejenak, mari bersenang-senang denganku," bisiknya. Haritz merasakan elusan tangan Riana di paha yang membuatnya sedikit menahan rasa geli di sekitar selakangan. Bukannya lelaki itu tidak mau melakukan seperti teman-temannya, tetapi Haritz masih menjaga amanah Aisyah. Sebentar lagi, dia sudah menikah. Apa jadinya, jika sang kekasih sampai tahu yang dilakukan saat ini.Godaan dari Riana semakin menjadi, perempuan itu sudah melangkah terlalu jauh. Tangannya telah menyentuh apa yang seharusnya tidak boleh disentuh karena berakibat fatal. Namun, Riana terus membangkitkan apa yang telah Haritz tahan sejak tadi.Saat hasrat Haritz telah mencapai puncaknya, dia melupakan siapa perempuan yang kini sedang berada di sampingnya. Dengan kasar Haritz meraup bibi

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   67. Haritz dan Rahasianya (1)

    Happy Reading*****Dentum suara musik memekakkan telinga siapa pun yang tidak terbiasa masuk ke tempat seperti ini. Goyangan kepala serta badan meliuk mengikuti irama musik yang menghentak. Hilang sudah akal warasnya. Demi memenuhi permintaan para sahabatnya untuk mengadakan acara Bachelor party. Haritz rela masuk ke sebuah club malam di kota ini.Sebulan lagi, acara pernikahannya sudah akan dilangsungkan. Sebelum cuti nikahnya dimulai, rekan-rekan kerjanya meminta diadakan pesta lajang. Ketika nanti, dia sudah kembali ke kota kelahirannya tidak akan bisa mengadakan acara yang seperti mereka inginkan saat ini.Gelas demi gelas minuman berwarna merah menyala itu masuk pada kerongkongannya. Sekalipun, dulu sewaktu masa putih abu-abu dia pernah meminum minuman yang serupa, tetapi nyatanya rasa yang dimiliki masing-masing minuman memabukkan itu berbeda. Kadar alkoholnya pun lebih tinggi yang berwarna merah, meskipun masih ada yang lebih tinggi lagi kadarnya.Tegukan pertama membuatnya me

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   66. Puncak Nirwana

    Happy Reading*****"Mas, kenapa berkata kasar seperti itu?" Aisyah hampir saja menangis mendengar kata-kata keras sang suami.Endang mendekati putrinya. Mengelus lengannya. "Dengarkan penjelasan masmu dulu. Dia mengatakannya dengan keras pasti memiliki alasan. Mas Zaki adalah orang yang paling menyayangimu setelah Bapak dan Ibu, jadi dia akan selalu melindungimu, nggak akan membiarkan siapa pun nyakitin kamu," bisiknya pada sang putri."Maaf, Sayang," ucap Zaki. "Mas nggak maksud berkata kasar. Tapi, dialah yang sudah merencanakan semua kesakitanmu dari awal. Benda di foto waktu itu adalah buktinya. Tante Rum yang menemukannya di bawah pohon rambutan depan rumah. Mas sengaja nggak menceritakan semua ini sebelumnya karena nggak mau kamu kepikiran." "Ais, dia nggak pernah tulus menjadi sahabatmu. Bahkan aku, hanya berpura-pura mau bertunangan dengannya. Jika aku menolaknya, dia akan memisahkan kembali orang yang kamu cintai sekarang. Riani nggak pernah bisa melihat kebahagiaanmu." L

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status