Share

7. Tinggal Kenangan

Penulis: pramudining
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-15 07:45:18

Happy Reading

*****

Mendung bergelayut manja di langit siang hari ini. Memberikan kesyahduan pada setiap insan yang berada di bumi. Menutupi panasnya mentari serta panas perasaan dicampakkan oleh seseorang yang sangat dicintai.

"Pak, kenapa Ais belum bangun juga? Padahal, sekarang sudah hampir Ashar," ucap Endang disertai usapan di kepala putri semata wayangnya.

"Sabar, Bu. Kita tunggu sampai Ashar. Jika dia belum bangun juga, kita terpaksa harus membawanya ke rumah sakit." Sejak tadi, Burhan juga cemas dengan keadaan putrinya. Namun, dia berusaha tetap tenang dan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.

Perlahan bola mata Aisyah bergerak-gerak, jemarinya juga mulai merespon sentuhan dari Endang. Kemudian, gadis berkulit kuning langsat itu membuka mata dengan sempurna.  memandang kedua orang tuanya bergantian. Kesedihan di mata keduanya terlihat dengan jelas.

"Pak, Bu, maaf," ucap si gadis setelah berhasil duduk sambil bersandar di kepala ranjang. Aisyah menampakkan senyum kepalsuan, hanya untuk menutupi kehancuran hatinya. Dia tak akan menambah beban kedua orang tuanya lagi.

"Kamu ngomong apa, Nduk? Kenapa harus meminta maaf? Semua sudah terjadi dan inilah takdir terindah yang harus dijalani," ucap Burhan. Mengusap lembut puncak kepala putrinya bahkan sesekali mencium penuh kasih kasih sayang.

"Tapi, Pak. Gimana dengan semua persiapan pernikahan itu?" Tatapan Aisyah lurus, kosong seperti tak ada ruh dalam jasad tubuhnya.

Setiap patah pasti ada tumbuh, tiap ada yang turun ada pula yang naik. Tetesan air yang diberikan langit kepada bumi akan dibalas secara tunai dengan kuncup yang mengembang, melambai keatas sebagai ucapan rasa syukur dan terima kasih. Roda kehidupan akan selalu berputar. Aisyah hanya perlu bersabar hingga hikmah di balik peristiwa ini akan terlihat olehnya.

Saat cahaya spektrum menyempit, maka harapan meluas. Saat keheningan dan kesendirian datang, maka sujud diperlukan. Ketika seseorang itu belum seutuhnya kamu miliki, maka segala tentangnya adalah kesempurnaan. Sampai datang masanya kau pun tahu bahwa dia yang kau cinta tega menghancurkan cintamu.

Seperti itulah ujian cinta. Tak akan pernah berakhir sampai para pencinta itu membuktikan kesungguhan cintanya. Apa yang terjadi pada Aisyah, kini sebagai bukti bahwa ujian cintanya gagal sebelum di mulai.

"Lupakan kejadian pahit ini, Ais. Kamu harus bangkit demi masa depanmu," nasihat Endang yang sama sekali tidak dihiraukan oleh putrinya. Aisyah masih terlihat melamun. "Pak, gimana ini?" tanyanya pada  sang suami.

"Ais, nggak usah melamun terus. Kamu harus bisa bangkit dan melupakan Haritz. Dia nggak layak menjadi suamimu." Burhan mengguncang bahu Aisyah karena sedari tadi memanggil, tetapi tidak dihiraukan pun demikian dengan panggilan dan perkataan Endang. Sama sekali tidak didengar oleh putri semata wayang mereka.

Kesadaran Aisyah kembali, dia menatap kedua orang tuanya bergantian. "Ya, Pak. Ais, akan berusaha melupakan semua," sahutnya, " Tapi, bagaimana dengan berkas-berkas yang sudah Ais ajukan di KUA dan segala persiapan pernikahan itu?" Tangannya menyeka air mata yang mulai turun di pipi.

"Kita temui Pak Rosyid nanti. Bapak akan tanya apakah berkas pernikahan yang kamu ajukan itu bisa dibatalkan."

Endang menghela napas panjang. Tak mudah membatalkan semua persiapan pernikahan tersebut. Namun, demi kebahagiaan putri tunggalnya, dia akan melakukan yang terbaik. Berdiri dan mengambil air putih di dekat meja rias di kamar tersebut, lalu menyodorkan pada Aisyah.

Si gadis mengambil air putih tersebut dan menatap Endang. Tatapan perempuan yang telah melahirkannya itu sangat meneduhkan dan menentramkan hati. Setidaknya, Endang bukanlah tipe orang tua yang akan memaki anaknya karena sudah membatalkan pernikahan. Setelah meneguk air putih tersebut hingga tinggal separuh, Aisyah kembali menatap ibunya.

"Jangan pikirkan apa-apa lagi. Cukup tata hatimu kembali dengan memulai suatu hubungan baru dan lupakan semua tentang Haritz. Semua hal yang berkaitan dengan persiapan pernikahan biar Bapak dan Ibu yang menyelesaikan." Kembali Endang mengelus puncak kepala putri yang tidak tertutup jilbab.

"Kita ini masih beruntung. Allah ngasih tahu siapa Haritz lebih awal. Bayangkan, jika kamu mengetahui semua keburukannya seperti tadi ketika kalian sudah menikah, rasa sakit yang kamu alami pasti jauh lebih besar. Dia pasti dengan mudahnya akan menceraikanmu. Bayangkan jika kata cerai itu terucap ketika kalian sudah memiliki anak. Pasti,  efek perpisahan itu akan lebih menyakitkan dan meninggalkan luka psikis bagi anak-anak kalian." nasihat Burhan yang mencoba memberi semangat kepada putrinya.

Aisyah cuma bisa diam dan menatap kedua orang tuanya. "Terima kasih, Pak, Bu. Maafkan, Ais, karena sudah membuat malu keluarga dengan pembatalan pernikahan ini."

"Kamu ngomog apa, Nduk." Endang segera merengkuh Aisyah ke dalam pelukan.

"Jangan meminta maaf lagi. Ini semua sudah jalan yang telah Allah tuliskan untukmu. Nggak ada yang salah," tambah perempuan yang  telah melahirkan Aisyah.

"Sudah cukup pengorbananmu. Selama ini, kamu sudah memenuhi semua keinginannya. Kuliah di jurusan yang nggak kamu sukai demi dia. Berhenti kerja kerena keinginannya dengan alasan supaya kamu menjadi istri yang salihah. Sekarang, ketika semua telah dikorbankan dengan ringannya mulut itu mengakatan nggak mencintai putri Bapak." Burhan mengusap sayang pucuk kepala Aisyah.

"Sudah! Sudah!" lerai Endang, "Pak, hari ini kita ada janji dengan Mas Jamal, 'kan?"

"Astagfirullah, iya, Bu. Mas jamal, mengundang kita di acara tasyakuran putranya yang baru naik jabatan. Kamu ikut, ya, Ais? Bude, pasti senang kalau kamu ikut."

"Ais, di rumah saja, Pak. Ais, ingin sendiri dulu," ucap si gadis.

"Padahal, dengan kamu bertemu banyak orang, kesedihanmu mungkin akan sedikit teralihkan. Tapi, ya, sudahlah," ucap Burhan.

Burhan dan Endang meninggalkan putrinya sendiri di kamar. Aisyah kembali memejamkan mata untuk menghilangkan beban pikirannya. Dia masih tidak mempercayai alasan Haritz. Segala kenangan bersama masih terukir indah dalam memori. Kata-kata cinta yang Haritz ucapkan ternyata, hanya sebuah ilusi. Seperti cakrawala di ujung senja, indah, tetapi cuma sesaat.

Semua kenangan yang terjadi itu kini disebut pembelajaran. Pembelajaran sebagai bekal masa depan agar tak terjebak pada rasa yang bernama cinta.

"Maafkan Ais, Pak, Bu. Bukannya, nggak pengen mengibur diri. Tapi, kalau ikut ke rumah Bu De, Ais pasti akan ketemu dia dan malah menambah beban kesedihan. Dia itu selalu membuatku jengkel dan menangis," gumam Aisyah sendirian.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   11. Surat Lamaran

    Happy Reading*****Burhan memutar bola matanya. Niat semula ingin menggoda putri semata wayangnya dengan mengajukan syarat bahwa Aisyah harus menikah jika ingin mencari kerja ke Surabaya lagi. Namun, ketika mengingat jika semua itu tidak mungkin, sang kepala keluarga pun urung mengatakannya. "Pak, apa syarat yang harus Ais lakukan untuk bisa kembali kerja ke Surabaya lagi?" rengek Aisyah. "Lupakan saja, anggap Bapak nggak pernah ngomong seperti tadi. Pokoknya, kamu harus berusaha mendapatkan pekerjaan di sini dulu," kata Burhan setengah memaksa dan berharap putrinya berubah pikiran."Bapak, ih," ucap Aisyah manja dengan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Burhan. "Kamu itu putri Bapak satu-satunya. Jadi, Bapak ingin selalu melihatmu di rumah setiap kali Bapak pulang, sebelum kamu menjadi seorang istri nantinya." Lelaki paruh baya itu merengkuh Aisyah dalam pelukan. Mencium puncak kepala putrinya berkali-kali. *****Kemilau kekuningan dari sinar mentari mengenai wajah Aisyah

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   10. Syarat

    Happy Reading*****Kedua tangan Zaki terangkat, lalu lelaki itu menggoyang ke kanan dan kiri. "Bukan begitu maksudnya, Ais.""Lalu, apa yang Mas maksud? Bukankah kalimatmu tadi dengan jelas mengatakan jika aku lebih baik memperbaiki sikap dengan orang lama. Siapa lagi orang lama yang dekatku jika bukan dia yang sudah membatalkan pernikahan ini," kata Aisyah masih dengan nada jengkel.Zaki menggaruk kepalanya yang tak gatal. Menatap Bibi dan juga omnya. Sementara sang penghulu menatapnya aneh. Kebingungan harus menjawab apa atas perkataan Aisyah tadi, lelaki itu memilih untuk menghindar saja."Om, aku pamit dulu. Ada hal yang masih harus aku kerjakan," kata lelaki yang sejak kecil selalu membuat aisyah menangis. Zaki pamit pada Burhan, langsung berdiri, melangkahkan kakinya."Buru-buru sekali, Mas. Kita belum ngobrol, lho," timpal Burhan, "Masak cuma gara-gara omongan tadi Mas Zaki tersinggung. Kamu kan tahu gimana Ais, dari dulu pasti meminta penjelasan sejelas-jelasnya atas perkata

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   9. Carilah Pengganti

    Happy Reading*****Burhan menatap keponakannya dengan senyuman. "Panjang ceritanya, Mas," jelasnya pada Zaki."Bukannya mereka sudah pacaran lama dan saling mencintai?" tambah Zaki masih dengan rasa penasaran yang begitu kuat.Burhan mengembuskan napas panjang. Berat rasanya mengungkap hal yang menjadi aib keluarga. Apalagi saat ini keadaan Aisyah masih tidak baik-baik saja."Pak, saya tidak akan memaksa njenengan jika memang tidak bisa menceritakan alasannya," kata sang penghulu."Pihak laki-laki membatalkan rencana pernikahan ini, Pak." Burhan akhirnya mengeluarkan apa yang mengganjal di hati. Raut kesedihan kentara sekali di wajahnya."Kok, bisa?" tanya Zaki dan sang penghulu bersamaan."Bukankah pernikahan ini atas keinginan mereka berdua, Pak?" tambah Rosyid.Burhan kembali mengembuskan napas panjang. "Takdir, kita nggak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan," jawabnya bijak.Diam-diam, Zaki mengepalkan tangannya. Rasanya, dia ingin sekali memukul lelaki yang telah memperm

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   8. Dibatalkan

    Happy Reading*****Beberapa hari berlalu sejak kejadian pembatalan pernikahan oleh Haritz. Putri semata wayang Burhan tersebut terus mengurung diri di kamar. Walau kedua orang tuanya sudah membujuk bahkan berusaha mengajak keluar. Namun, kenyataannya luka karena patah itu sangat dalam.Hari ini, dia berniat menghirup udara segar. Jadi, dia beranjak dari pembaringan. Aisyah mengamati pantulan wajahnya di cermin. Kulit itu tak sebersih biasanya, pori-pori tampak membesar, noda jerawat tampak jelas, melingkar hitam. Dua hari saja semua telah berubah. Koleksi make up milik Aisyah sama sekali tak tersentuh olehnya beberapa hari ini.Semua aktifitas berhenti, hanya untuk memikirkan, mengapa dan mengapa cinta itu bisa dengan mudahnya lenyap. Apa karena wajahnya seperti ini hingga Haritz mengatakan bahwa cintanya sudah habis."Tapi, aku dulu sangat menjaga kulit wajahku. Nggak mungkin, Hany karena wajahku kusam, Mas Haritz tega mengatakan kalimat yang begitu menyakitkan," gumam Aisyah sambi

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   7. Tinggal Kenangan

    Happy Reading*****Mendung bergelayut manja di langit siang hari ini. Memberikan kesyahduan pada setiap insan yang berada di bumi. Menutupi panasnya mentari serta panas perasaan dicampakkan oleh seseorang yang sangat dicintai."Pak, kenapa Ais belum bangun juga? Padahal, sekarang sudah hampir Ashar," ucap Endang disertai usapan di kepala putri semata wayangnya."Sabar, Bu. Kita tunggu sampai Ashar. Jika dia belum bangun juga, kita terpaksa harus membawanya ke rumah sakit." Sejak tadi, Burhan juga cemas dengan keadaan putrinya. Namun, dia berusaha tetap tenang dan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.Perlahan bola mata Aisyah bergerak-gerak, jemarinya juga mulai merespon sentuhan dari Endang. Kemudian, gadis berkulit kuning langsat itu membuka mata dengan sempurna. memandang kedua orang tuanya bergantian. Kesedihan di mata keduanya terlihat dengan jelas."Pak, Bu, maaf," ucap si gadis setelah berhasil duduk sambil bersandar di kepala ranjang. Aisyah menamp

  • Terjebak Permainan Cinta Sepupu   6. Pergilah!

    Happy Reading*****"Bu, sudah!" teriak Aisyah histeris.Tubuh gadis dengan berat sekitar 42 kg itu ambruk, terjatuh di lantai dan tak sadarkan diri. Jiwanya kembali terguncang mendengar alasan Haritz yang sebenarnya. Jika, Haritz tidak mencintainya selama ini. Apa arti kedekatan yang terjalin bertahun-tahun lamanya itu?"Ais," panggil Endang. Dia dengan cepat memegang kepala putri agar tidak sampai membentur lantai yang keras hingga menyebabkan cedera. "Pak ini gimana?"Burhan menoleh pada istrinya. Cepat, dia memindahkan Aisyah ke sofa panjang di ruangan tersebut. Setelahnya, dia menatap nyalang pada lelaki yang sudah sangat mengecewakan sang buah hati. "Kamu memang lelaki munafik. Jadi, selama bertahun-tahun kamu sengaja memberi harapan palsu pada putriku. Sekarang dengan entengnya kamu mengatakan nggak cinta pada Aisyah," kata Burhan.Sebuah pukulan kembali melayang di wajah Haritz. Bukan lagi tamparan ringan seperti yang dilakukan Endang, tetapi Burhan mengerahkan semua energin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status