Share

Terjebak Pesona Pria Dingin
Terjebak Pesona Pria Dingin
Penulis: Nona_Anisa

Bab 1 Pria Dingin

~ New York, Amerika Serikat ~

Vindy Marsela Dafani berjalan terburu-buru menuju sebuah ruangan yang diperintahkan oleh manager pemasaran, untuk menyerahkan surat pengunduran diri kepada pemilik Perusahaan Harrison Corporation. Vindy sengaja berlari menuju lift, karena sebentar lagi jam makan siang. Jika dia tidak buru-buru lift akan penuh sesak, dia bisa saja telat menyerahkan tugas kepada sang pemimpin. Sesampainya di lorong ruangan tertinggi di Perusahaan tersebut, dia langsung melirik ke kanan dan ke kiri. Vindy bingung luar biasa, karena di sana banyak sekali pintu ruangan yang tertutup. Vindy memejamkan matanya, lalu menghela napas panjang dan mengetuk pintu ruangan berwarna hitam pekat, terdapat ukiran singa emas yang sangat indah.

"Semoga saja benar ini ruangannya. Jika tidak habislah aku," batin Vindy.

Vindy kembali menghela napas panjang dan mengetuk pintunya dengan penuh kelembutan. Lama ia menunggu, tetapi ketukan pertama di pintu tersebut tidak dihiraukan sama sekali.

"Apa aku ketuk lagi saja ya?" tanya Vindy kepada dirinya sendiri.

Vindy tidak membuang waktu berharganya, lalu dia mengetuk kembali pintunya tetapi kali ini lebih kencang. Tak lama kemudian pintu terbuka dan menampilkan sosok pria tampan berwibawa akan tetapi sangat dingin luar biasa.

"Maaf menganggu waktu anda, Tuan Keenan. Saya diperintahkan Tuan Gabriel untuk menyerahkan surat pemberhentian beberapa karyawan di bidang pemasaran," ujar Vindy cepat.

Sosok pria tampan berwibawa itu hanya diam saja, lalu menatap Vindy dari atas hingga bawah. Tubuh gadis dihadapannya ini terlihat gemetar hebat, seperti sedang ketakutan.

"Saya bukan Keenan," sahut pria itu dengan cepat.

Gadis itu terkejut bukan main, rasanya ia ingin pingsan saja. Waktu sudah berjalan 30 menit, jika dia tidak kembali 10 menit lagi maka dirinya akan dikeluarkan dari Harisson Corporation.

"Mati aku," lirihnya pelan akan tetapi sepertinya pria itu sangat peka. Dia bisa mendengar jelas perkataan Vindy.

"Maafkan saya, Tuan," ujar Vindy.

Vindy berjalan dengan lemas meninggalkan pria dingin itu, dia sepertinya sudah pasrah saja akan kehilangan pekerjaan.

"Berikan berkas itu padaku dan kamu ikut denganku!" tegas pria itu.

Vindy yang mendengar perkataan tegas tersebut langsung berbalik arah dan mendekati pria dingin itu, kini keduanya sudah saling berhadapan meski ada jarak satu jengkal diantara mereka. Pria berwibawa itu langsung mengambil berkas tersebut, tangan kanannya membuka pintu ruangan miliknya seperti memberikan isyarat kepada Vindy untuk masuk. Vindy langsung masuk ke ruangan, dia terpesona dengan isinya tetapi cepat-cepat menguasai dirinya kembali.

"Silahkan duduk. Saya akan memeriksa berkas-berkas ini terlebih dahulu, sepertinya ada yang tidak beres!" tegas pria itu.

Vindy menurut dan langsung duduk dihadapan pria itu. Sosok itu dengan teliti memeriksa berkas-berkas itu, tangan kekar itu mengepal kuat.

"Siapa namamu?" tanya pria itu.

"Vindy Marsella Dafani," balas Vindy dengan cepat.

Sosok pria tampan itu menghela nafas panjang dan menahan emosi yang akan meledak.

"Mulai sekarang kamu menjadi sekretaris pribadi saya. Gabriel ingin menyingkirkan dirimu!" tegas pria itu.

Pria itu langsung bangkit dan berjalan menuju pintu, tetapi suara lembut Vindy menghentikan langkahnya.

"Apa salah saya kepada Tuan Gabriel, Tuan? Padahal diriku selalu mengikuti semua perintahnya tanpa pernah membantah," ujar Vindy.

"Kamu jangan khawatir, Vindy. Saya akan mencari informasi tentang Gabriel dan perlu kamu ketahui ketiga sahabatmu juga mengalami hal yang sama begitu pula dengan beberapa karyawan dan karyawati lainnya. Mereka pasti akan kecewa terhadapku jika sampai surat ini sampai ke tangan mereka. Tugas pertama kamu sebagai sekretaris pribadi diriku adalah mencatat semua jadwalku dan menjaga ruangan ini sampai saya kembali!" tegas pria itu.

Vindy mengangguk dan pria itu pergi.

Kini hanya ada Vindy saja di ruangan itu beserta keheningan. Vindy menatap berkas-berkas surat masuk dihadapannya, lalu mulai mengerjakannya dengan teliti.

"Mr. Cool. Anda sangat baik dan aku bahagia bisa bekerja di Harrison Corporation," ujar Vindy.

Vindy tersenyum dan kembali fokus.

***

Di sisi lain...

~ Edbert Edric Corporation ~

Seorang pria muda dengan setelan jas formal sedang asik menikmati Vodka Js5 miliknya, di kanan dan kirinya ada dua wanita yang tampak asik meraba tubuhnya.

"Anda sangat tampan sekali, Tuan. Apa tidak ingin bermain cinta dengan kami?" tanya wanita seksi disebelah kanannya.

"Benar yang dikatakan Jessica, Tuan. Anda tidak rindu bercinta dengan kami?" tanya wanita seksi disebelah kirinya.

Pria itu langsung menerkam wanita bernama Jessica itu, dikecupnya leher mulus wanita itu. Terdengar suara desahan menjijikkan, dari mulut wanita dibawah kungkungannya. Sebelum adegan menjijikkan selanjutnya berlanjut, pintu ruangan tiba-tiba saja terbuka dan menampilkan sosok pria paruh baya dengan balutan jas formal berwarna putih, pria itu tampak sangat jijik dengan pemandangan dihadapannya.

"Jadi ini yang kamu lakukan di Kantor, Alvian. Benar-benar memalukan tidak tersangka anakku sendiri melakukan hal menjijikkan seperti ini," ujar pria paruh baya itu, ada rasa kecewa luar biasa karena putra pertama yang dia banggakan ternyata tumbuh menjadi pria yang menjijikkan, suka bermain wanita, dan tidak pantas untuk meneruskan Perusahaan.

"AKU KECEWA PADAMU!" bentak pria paruh baya itu, "PERUSAHAAN KU BISA HANCUR KARENA DIRIMU."

Pria paruh baya itu langsung pergi begitu saja, dan pria muda itu tersenyum menyeringai.

"Kau benar tua bangka. Aku akan menghancurkan perusahaan yang telah kau bangun dari nol, diriku jugalah yang telah memfitnah Alland putra keduamu dengan cara menyewa wanita jalang. Wanita itu telah melakukan tugasnya, dengan mengatakan padamu kalau dia hamil anak Alland. Diriku berhasil membuat konspirasi besar dengan  memodifikasi mobil Alland, hingga dia mengalami kecelakaan dan kakinya lumpuh lalu setelah itu kau mengusirnya dan mengatakan anak pembawa sial pada putra kandungmu sendiri," ujar pria itu.

Pria itu tidak menyadari bahwa seorang pria tampan penuh wibawa serta berkharisma tinggi, dia sedang merekam perkataan pria muda licik itu.

"Aku bukanlah Alvian Edbert Edric dan diriku adalah Bara putra kandung Devan Barnard. Daddy lah yang telah menyingkirkan Alvian dan membuangnya jauh-jauh dari dirimu Allard Edbert Edric, saat itu istrimu melahirkan Alvian di rumah sakit dan Daddy menukar bayi Alvian dengan diriku. Bayi Alvian dibuangnya ke tempat sampah yang sangat jauh. Aku berhasil menyingkirkan Alland dan akan berhasil menyingkirkan Almira juga adik dari Alvian dan Alland. Setelah kedua anakmu tersingkirkan, maka istrimu akan terbunuh olehku lalu kau serta Perusahaan milikmu. Barnard Corporation akan menjadi Perusahaan terbesar di dunia!" teriak Bara.

Bara tertawa terbahak-bahak dan pria yang merekam perkataan Bara pun pergi.

***

Pria muda yang sangat berwibawa dan berkharisma itu tampak khawatir serta cemas luar biasa. Di satu sisi dia senang mengetahui dirinya adalah pewaris tunggal Edbert Edric Corporation, tapi di sisi lain nyawa kedua orangtuanya dan kedua adiknya dalam bahaya.

"Aku harus membuat rencana besar untuk melawan Bara dan mengungkapkan kebenaran sesungguhnya, bahwa aku adalah Alvian Edbert Edric yang asli. Ayo Alvian kamu pasti bisa," ujar Alvian.

Alvian pun berjalan dengan terburu-buru, dan menabrak seorang wanita paruh baya. Dia adalah Carlina Sofea Edric, istri dari Allard Edbert Edric.

"Maafkan saya, Nyonya," ujar Alvian.

Carlina menatap mata hijau milik Alvian, warna matanya mirip dengan suaminya dan juga dirinya. Carlina merasakan ikatan batin yang kuat, saat bersama dengan pria muda dihadapannya.

"Sayang kenapa kamu menyusul diriku, siapa yang akan menjaga Almira di Mansion?" tanya Allard.

Debaran jantung Allard dan Carlina terasa kencang, saat keduanya menatap mata hijau milik Alvian yang asli.

"Siapa sebenarnya kamu nak? Kenapa kami tidak merasakan debaran jantung dan ikatan batin yang kuat saat bersama dengan Alvian putra pertama kami?" tanya Allard.

Alvian hanya diam saja dan tanpa bisa ditahan dia memeluk keduanya dengan sangat erat. Ikatan batin itu semakin kuat menyatu, tapi tiba-tiba saja Alvian palsu mendorong Alvian yang asli.

"Lancang sekali kamu memeluk kedua orangtuaku!" bentak Bara.

"Alvian! Jaga bicaramu!" tegas Allard.

"Maafkan putra kami nak. Dia selalu kasar seperti ini," ujar Carlina membela Alvian yang asli.

"Tidak apa-apa, Mommy. Aku baik-baik saja," ujar Alvian.

"Mommy?" tanya Allard.

Allard tersenyum dan mengusap lembut rambut hitam pendek Alvian, Alvian tersenyum lalu pamit untuk pergi.

"Daddy. Aku ingin meminta Black Card milikmu untuk bersenang-senang di Bar. Cepat berikan!" bentak Bara.

"Tidak akan!" bentak Allard.

"Cepat berikan. Tua bangka sialan!" bentak Bara.

"Jangan sayang!" tegas Carlina.

"Jangan ikut campur!" bentak Bara.

Bara mendorong Carlina dengan kencang dan kepalanya hampir membentur batu, tetapi Rudolf orang kepercayaan Owner Perusahaan Harrison Corporation berhasil menahannya.

Sebuah tamparan dahsyat dilayangkan oleh Allard pada kedua pipi Bara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status