Share

13. Amarah Berakhir Ajakan

Beberapa minggu ini, Zillo tak secerah biasa berlebih sekembalinya ia dari Yogyakarta. Namun, anak kecil itu makin lengket, tapi sang ayah makin hari makin kurang ajar padaku. Kini, Baeck hanya berlalu dengan makan siangnya tanpa memedulikan kami sama sekali. Ia pikir, aku sudi membuatkan makan siang untuk anaknya?

"Tante ...."

Rahangku yang tanpa sadar mengetat, refleks kendur perlahan ketika menunduk karena panggilannya. Bibir ini hanya berdehem ketus. "Omong-omong, mengapa kalian tiba-tiba ke Jogja?" Netra bundarku berputar malas. "Kau tahu, karena kepergian kalian, aku jadi hutang budi. Seharusnya, Kaneena bisa bebas hari ini."

Anak itu seperti tak pernah memedulikan betapa ketus seseorang bersikap padanya. "Bunda dan—"

"Illo, tolong ambilkan ponsel ayah di meja depan, Sayang!" titah Baeck dari dalam kamar.

Azillo beranjak dari duduknya, kemudian berlari kecil menuju ruang tamu sebelum tenggelam dalam kamar. Memperhatikan langkah renyah bocah itu, bibir ini tersungging miris. Jika
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status