Nathan dan Abilon kini berada di ruang studio milik keluarga Nauval. Dewi tak terlihat karena dia ditugaskan untuk memantau keadaan di dalam rumah. Dari ruangan ini Nathan dan Abilon bisa melihat semua rekaman CCTV."Kita harus memulihkan tenaga, perasaanku sangat tidak enak," kata Abilon."Kalau begitu kita sama-sama melakukan meditasi," ucap Nathan.Saat mereka hendak bersiap-siap melakukan meditasi terdengar teriakan yang sangat kencang."Itu Nela!" Nathan dan Abilon segera melompat dari kursi dan berlari keluar, tentu saja tak ada yang bisa melihat mereka kecuali Dewi. "Apa yang terjadi?" tanya Abilon pada Dewi."Entahlah, tak ada yang mendengarnya. Ini sepertinya di sengaja, ayo kita masuk ke dalam!' jawab Dewi.Nampak Nela sedang meringis kesakitan, wajahnya sangat pucat. "Apa yang terjadi?" tanya Dewi."Aku me..melihat sesuatu dilempar ke jendela kamar lalu perutku terasa sangat sakit seakan di iris dengan pisau, dan da...daku sesak,' ucap Nela terbata-bata.Sebagai calon do
Ujian seakan datang silih berganti, Nela pasrah. Dengan kondisi kehamilannya yang baru seumur jagung dia harus menghadapi hal mistik diluar nalar.Saat suaminya datang Nela memeluknya dengan erat sambil menangis, dia tak tahu dengan cara apa mengungkapkan isi hatinya. Hendak menceritakan apa yang di alaminya nantinya malah memperkeruh keadaan."Apa yang terjadi sayang?" Nauval yang baru saja pulang kerja tentulah bertanya-tanya apa yang terjadi."A..ku merasa sangat tidak nyaman!"Hanya kalimat itu yang bisa diucapkan Nela, biarlah suaminya yang akan menyadarinya dengan sendirinya."Apa aku harus memanggil tabib Suhu?"Seketika Nela menggelengkan kepalanya dengan kuat. Dia terlihat sangat ketakutan.Diluar ibu Astrid bersama tuan Jorgi sedang berbincang seputar kehamilan Nela, dan bagaimana menyingkirkannya tanpa mengorbankan nyawanya."Sebenarnya apa yang ibu inginkan?" tanya tabib Jorgi.'Aku menghendaki anakku berpisah dari istrinya yang sekarang dan menikah dengan Zaskia, tapi ki
Hampir semua sudut rumah mereka kelilingi, rumah yang cukup mewah dan megah. Setiap berpapasan dengan pembantu Suhu dan tabib Jorgi menyapa mereka untuk memberikan kesan yang baik agar lebih mempermudah bagi mereka melakukan aksinya."Kita ke lantai dua, di atas terdapat ruang perpustakaan, ruang gym dan studio!" ajak ibu Astrid.Tabib Jorgi tersenyum penuh arti, dia mengikuti langkah tuan rumah menaiki tangga satu persatu dengan pelan, sesekali dia menengok ke kamar Nela di sebelah kiri. Ruang perpustakaan yang mereka kunjungi lumayan besar, begitu juga ruang gym. Tabib Jorgi yang baru melihat beberapa peralatan itu ingin sekali mencobanya."Bagaimana cara menggunakan ini?' tanya tabib Jorgi saat menaiki alat jogging."Tuan berdiri disitu seakan berlari, nanti akan saya contohkan!' tuan Budi berdiri dan mulai menghidupkan alat.Tabib Jorgi menganggukkan kepala tanda mengerti dengan apa yang dilihatnya. Satu persatu tuan Budi mengajarkan cara menggunakan alat olahraga di ruang itu.'H
Dewi kebingungan melihat Nela kesakitan seperti itu, dia segera mengabari Abilon dan Nathan. Di lantai dua nampak Ibu Astrid dan tuan Budi bergegas menuruni tangga. Tak berapa lama nampak pula dokter keluarga datang tergesa-gesa dan langsung di tuntun maid ke dalam kamar Nela.Dr. Leo memeriksa kondisi Nela dengan cermat."Apa yang terjadi?" tanya ibu Astrid.Tak ada yang menjawab, semua terhanyut dengan keadaan. Nela meringis kesakitan."Sebaiknya dia di bawa ke Rumah Sakit," usul Dr. Leo."Tidak perlu, panggilkan tabib Jorgi dan Suhu!" tolak ibu Astrid lalu menyuruh maid memanggil ke dua tamu itu untuk datang ke kamar Nela.Di luar jendela nampak Abilon, Nathan dan Dewi hanya bisa menatap prihatin tanpa bisa berbuat banyak. 'Apa yang harus kita lakukan?' tanya Nathan."Menurutku, sebentar lagi Nela akan sembuh. Tabib Jorgi ingin menarik simpatik dengan mengirimkan sihir lalu menyembuhkannya dengan sekejap."'Apakah kita hanya terus menunggu seperti itu?" tanya Nathan dengan penuh
Bukannya tak tahu akan kedatangan Kyai Lukman dan Badar, tabib Jorgi tidak terlalu peduli dengan mereka, saat ini dia dan Suhu sedang menyusun rencana untuk menyelesaikan misi secepatnya tanpa perlu berlama-lama di rumah ini."Malam ini kita segera melakukan aksi, aku akan mengirimkan jarum beracun melalui angin agar langsung menusuk perut Nela," kata tabib Jorgi."Tapi bagaimana dengan Kyai yang sedang berada di ruang tamu guru," tanya Suhu."Sementara abaikan saja, biarkan Ibu Astrid yang akan mengatasinya. Sekarang tugasmu menghalau tiga bayangan mahluk yang kau lihat di balik jendela, jangan biarkan ketiganya mengacaukan rencana kita.""Baik guru, apakah saya akan turun sekarang?" "Tunggu sampai tamu itu pulang, kau lakukan tugasmu."Di luar rumah Abilon, Dewi dan Nathan sedang berembuk."Aku yakin malam ini tabib Jorgi akan menyerang Nela, usahakan kyai Lukman jangan pulang dulu. Atau sebaiknya kau temui mereka, tak masalah dengan tabib Jorgi, dia pasti akan pangling cukup sisir
"Hentikan!" teriakan Ibu Astrid dari ujung tangga cukup membuat Nauval dan Nathan terkejut."Apa-apaan ini ma, mereka membaca ayat-ayat suci, kok mama menyuruh berhenti, ada apa ini ma?" protes Nauval.Ibu Astrid terkejut dengan protes anaknya, dia yang tak berpikir panjang dengan teriakannya sendiri kelabakan menghadapi protes Nauval. Dia terdiam beberapa saat, Nauval ada benarnya, mengapa dia menghentikan bacaan ayat-ayat itu? Kyai Lukman tak terpengaruh dengan itu semua, dia tetap meneruskan bacaannya dan malah lebih di keraskan. Abilon dan Dewi tertawa melihat tingkah ibu Astrid."Pasti tabib Jorgi yang menyuruh ibu Astrid sehingga bertingkah konyol begitu!' ucap Abilon."Mereka sepertinya nya kepanasan, aku merasakan hawa panas dari ruang studio!" kata Dewi.Belum selesai obrolan mereka berdua tiba-tiba dari lantai dua terdengar teriakan yang menggema."Aku tak suka ini, hentikan!"Abilon dan Dewi waspada, begitupula Nathan, Kyai Lukman tak terpengaruh sama sekali, dia terus mela
Di dalam rumah pertarungan terus berlanjut, Kyai Lukman merasa seakan ada yang membantunya, Nathan berhasil melumpuhkan Suhu. Seisi rumah menjadi berantakan, para maid bersembunyi di dapur, ada yang nyalinya cukup kuat berusaha mengintip dari balik pintu."Jika tuan Budi kembali melihat rumah bagaikan kapal pecah seperti ini kira-kira apa yang akan terjadi?" kata Maid Wati."Hush diam, ini bukan menjadi urusan kita. Kita hanya akan membantu membereskan rumah!" tegur Maid kepala pada bawahannya.Di sudut rumah nampak ibu Astrid meringkuk ketakutan, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini, entah apa yang akan dia sampaikan pada suaminya apalagi Nauval kini membencinya.Di dalam kamar Nauval tak sekalipun meninggalkan Nela, di elusnya kepala istrinya itu dengan lembut "Tenanglah! Tidak akan terjadi apapun padamu," hiburnya.Nela mendengar pertarungan di luar walau suaminya berusaha menutup telinganya dengan headset, Nela mendengar suara kakek Sutan dan beberapa suara pasukan yang men
Nathan dan Nela saling berpandangan, ada sedikit kelegaan di hati kedua kakak beradik itu, lalu seakan teringat sesuatu Nathan segera menarik tangan Nela masuk ke dalam.Nampak Nauval sedang duduk berjongkok di depan ibunya yang terus meringkuk gemetar, air yang di berikan Kyai Lukman hanya di taruhnya di atas meja. Di samping kanan Nauval nampak Suhu terikat dengan tak sadarkan diri.Nauval menghampiri Suhu dan berusaha menepuk-nepuk bahunya agar sadar. Nela menghampiri suaminya dengan membawa botol air yang terletak di meja."Kak, mengapa tak memberikan air ini pada mama. Kasihan mama sedang shock, kita perlu menghubungi dokter," ucap Nela lalu ikut duduk di samping suaminya.Nauval bukannya tak mendengar perkataan Nela tetapi di hatinya sangat menyesali tindakan ibunya. Nela begitu sangat perduli pada ibunya walau dia tahu ibunya bermaksud mencelakainya.Mobil berhenti di depan rumah, rupanya tuan Budi yang sejak tadi di hubungi Nauval telah tiba dari luar kota. Para maid segera be